[DISCLAIMER]
The story belongs to it's real author. I just remake it into ChanBaek version.
.
HEART CONTRACT
심장 계약
[ChanBaek GS]
.
Remake story by Santhy Agatha
.
The casts so far :
Byun Baekhyun (EXO)
Park Chanyeol (EXO)
Hwang Minhyun (Wanna-One)
Sulli Choi
Byun Hyunmin (ex prod.101S2)
Park Eunbi
.
"Tak pernahkah kau mengerti? Hatiku ini sudah ada dalam genggamanmu, Lalu kau buang begitu saja. Begitu saja..."
.
.
CHAPTER ONE
Bahagianya ketika jatuh cinta.
Baekhyun tersenyum sambil membaringkan tubuhnya di kamar sepulang kuliahnya. Minhyun baru saja mengantarnya pulang, tadi mereka menghabiskan waktu bersama sepulang kuliah, berburu buku-buku lama, menonton dan menikmati es krim sebagai penutupnya. Oh astaga. Hari ini sangat menyenangkan baginya. Meskipun Minhyun tampak agak aneh dan murung tadi, tetapi Minhyun bilang dia hanya sedang tak enak badan dan berjanji bahwa sepulangnya nanti dia akan langsung beristirahat agar kondisinya pulih.
Baekhyun mencintai Minhyun, sangat cinta. Mereka menjadi dekat begitu saja seolah sudah ditakdirkan untuk bersama. Dan Baekhyun tidak pernah menyangka mereka bisa seserius ini. Dulu dia menyangka Minhyun sombong karena berasal dari keluarga kaya, tetapi ternyata tidak Lelaki itu yang menyapanya duluan, bahkan sangat baik dan ketika pertama kali ke rumah Baekhyun, tidak ada sikap mencemooh atau pun menghina rumah mungil itu. Status Baekhyun yang berasal dari keluarga sederhana tampaknya tidak masalah bagi Minhyun.
Mereka sudah merajut impian untuk masa depan. Menikah dan punya anak. lalu berbahagia untuk selamanya. Bahkan Minhyun sudah menunjukkan keseriusannya dengan mengajaknya ke rumahnya. bertemu dengan ibunya.
Meskipun sikap ibunya tidak bisa dikatakan ramah... Baekhyun mengernyit, teringat betapa malunya dia ketika lbu Minhyun menolak untuk membalas jabatan tangannya.
Setidaknya Minhyun bilang bahwa ibunya memang galak kepada siapa saja, bukan hanya kepadanya.
Ponselnya berkedip-kedip. Baekhyun segera mengangkatnya begitu melihat nama Minhyun di layar ponselnya, "Iya Hyunnie?"
"Aku baru saja sampai rumah." Suara Minhyun di seberang sana nampak berbeda, membuat Baekhyun bergumam dengan cemas.
"Kau tampaknya sakit... Syukurlah kau sudah sampai rumah... Istirahatlah ya, supaya besok kondisimu membaik."
Hening... Seolah Minhyun sedang mencari kata-kata. "Baekhyun...?" Minhyun bergumam ragu. "Ya Minhyun?"
"Bisakah besok kita bertemu di taman yang biasa? Besok aku tidak bisa datang kuliah, tetapi aku akan menunggumu di sana di sore hari. Kau menyusul ke sana ya."
Taman tempat mereka biasa bertemu itu terletak dekat dari kampusnya, Baekhyun hanya perlu berjalan ke sana. Dia tersenyum sambil membayangkan bahwa mungkin Minhyun punya rencana romantis untuknya, "Iya Hyunnie, aku akan datang besok."
"Oke." dan telepon pun ditutup di seberang sana. Membuat Baekhyun mengerutkan keningnya atas penutup yang dingin dari Minhyun, biasanya mereka mengakhiri percakapan dengan kata-kata cinta yang lembut. Tetapi kemudian dia menghela napas, Minhyun kan sedang sakit, jadi wajar saja kalau sikapnya terasa berbeda...
.
.
.
Baekhyun menangis, sungguh-sungguh menangis mendengarkan alunan lagu itu dari pemutar musik miliknya. Hujan turun dengan derasnya di luar, tetapi sederas apapun hujan itu, tak akan bisa mengalahkan derasnya darah yang mengalir dari hatinya yang remuk redam, dihancurkan begitu saja oleh kekasihnya, tanpa ampun.
Ingatannya melayang pada kejadian tadi sore yang berhujan, saat itu hanya ada dia dan Minhyun, kekasihnya.
"Kita sudah tidak boleh bertemu lagi."
Baekhyun mengernyit dan mendongak menatap Minhyun yang lebih tinggi darinya, "Apa maksudmu?" dia benar-benar terkejut mendengar kata-kata Minhyun itu. Tadi dia datang menemui Minhyun dengan senyum dan bahagia, mengira bahwa dia akan mendapatkan kejutan romantis dari kekasihnya. Dia memang mendapatkan kejutan. Tetapi ini bukan kejutan romantis.
"Aku sudah tidak bisa menemuimu lagi Baekhyun, maaf."
"Kenapa Minhyun?" Baekhyun mulai gemetaran, menyadari bahwa semua ini benar-benar nyata.
"Kau tahu kenapa, aku sudah tidak kuat dengan desakan ibuku dan sebagainya, dia tidak menyukaimu... Kau tahu dia kolot, dia berdarah biru dan dia ingin aku mendapatkan pasangan yang sederajat..." Minhyun menelan ludah, menatap Baekhyun dengan menyesal, "Maafkan aku Baekhyun, aku menerima pertunangan dengan Sulli. Selamat tinggal."
Hanya seperti itu, tanpa penjelasan apa-apa, tanpa pelukan perpisahan dan Minhyun pergi meninggalkan Baekhyun dengan hati hancur.
.
.
[Dua Tahun Kemudian]
Suara bel di taman kanak-kanak yang indah itu berbunyi. Baekhyun segera mengatur agar semua murid-muridnya duduk dengan rapi dan berdoa. Sangat susah mengatur anak-anak TK yang begitu aktif dan tak bisa duduk diam itu, tetapi Baekhyun senang, karena mereka adalah sekumpulan bocah tanpa dosa, yang penuh rasa ingin tahu dan kegembiraan murni dalam memandang dunia.
Selesai berdoa, anak-anak dengan rapi memberi hormat pada Baekhyun, lalu berhamburan menuju orang tua masing-masing yang sudah menunggu di luar. Baekhyun merapikan tas-nya ketika ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya.
"Selamat siang Seonsaengnim, jemputan sudah datang."
Baekhyun tersenyum, menatap laki-laki yang berdiri di pintu ruang kelasnya dengan tatapan jahilnya, "Selamat siang juga, apa yang kau lakukan di sini siang-siang Hyunmin?" sambil meraih tasnya, Baekhyun menghampiri sang adik yang telah tumbuh dewasa menjadi lelaki yang begitu tampan.
"Aku tidak sengaja lewat sini sepulang mengantar teman kampus dan menyadari bahwa aku lewat taman kanak-kanak tempat kakak mengajar, jadi kupikir ada baiknya aku menjemput kakak daripada kakak harus naik bus."
"Naik bus sebenarnya juga tidak apa-apa." Baekhyun berjalan menuju parkiran, diiringi oleh Hyunmin dan menghampiri mobil tua warna hitam, warisan dari mendiang ayah mereka yang sekarang dipakai oleh Hyunmin ke kampusnya.
Mereka masuk dan Hyunmin menjalankan mobilnya keluar dari halaman Taman kanak-kanak itu.
"Aku ingin minta bantuan kakak." Hyunmin mengernyitkan keningnya sambil menatap ke arah jalanan yang ramai.
"Bantuan apa?"
"Tentang Eunbi."
Baekhyun ingat tentang Eunbi. Perempuan itu adalah teman kuliah Hyunmin yang pernah diajak Hyunmin ke rumah beberapa hari yang lalu. Eunbi adalah perempuan cantik dan tentu saja anak dari orang kaya, pikir Baekhyun pahit, berusaha menahan goncangan masa lalu yang tiba-tiba menusuknya. Tentu saja dia anak orang kaya, Eunbi datang ke rumah mereka dengan mengendarai mobil sport keluaran terbaru yang harganya mungkin saja mencapai sepuluh kali lipat harga jual rumah mungil keluarga Baekhyun.
"Kenapa dengan Eunbi?" batin Baekhyun berteriak, dia sebenarnya tidak ingin Hyunmin berdekatan dengan Eunbi. Orang kaya selalu memandang rendah orang miskin. ltu fakta, itu pula yang dilakukan keluarga Minhyun kepadanya dulu. Baekhyun hanya tidak mau Hyunmin mengalami kekecewaan seperti dirinya sesudahnya. Tetapi semua larangannya tertahan, dia tak tega mengatakan semua itu kepada adiknya yang sekarang sedang berbinar-binar matanya, mabuk kepayang kepada perempuan impiannya.
"Eunbi dan aku, kami saling mencintai dan berniat menjalin hubungan serius." Hyunmin mendesah, "Tetapi ada masalah dengan keluarganya."
Baekhyun mengernyit. Pasti akan selalu ada masalah, ketika keluarga kaya menemukan anaknya berpacaran dengan keluarga miskin, pasti akan selalu ada masalah.
"Keluarganya mengundang kita dalam sebuah makan malam mewah di rumah mereka, pesta itu diadakan oleh kakak Eunbi, seorang pengusaha yang kaya raya... Kakaknya, ingin bertemu denganku dan aku... Aku agak ngeri karena desas desus yang berkembang, kakaknya itu sangat kejam dan jahat." Hyunmin menatap Baekhyun dengan tatapan memohonnya, yang selalu berhasil digunakannya untuk meluluhkan hati kakaknya, "Kau mau menemaniku ke pesta itu kan ya?"
"Kenapa harus denganku?" Baekhyun merengut, mencoba berkelit.
"Karena kakaknya ingin bertemu dengan salah satu keluarga kita, kau kakakku satu-satunya, aku kan tidak mungkin mengajak ibu, penyakit rematiknya parah dan tidak bisa keluar malam."
"Apa yang ingin dilakukan kakak Eunbi? Kenapa dia ingin bertemu dengan salah satu keluarga kita?" Baekhyun menerka-nerka dan sebuah pikiran pahit berkecamuk di benaknya, jangan-jangan si kakak itu ingin mencemooh dan menghina mereka di pesta itu?
"Yah... Aku adalah pacar Eunbi, kakaknya itu sangat protektif kepada Eunbi, mengingat sebelum-sebelumnya banyak lelaki yang mendekati Eunbi demi mengincar harta keluarga mereka, aku maklum kalau kakaknya ingin mengenal kita dan memastikan aku baik untuk Eunbi."
Tentu saja Hyunmin baik untuk Eunbi. Baekhyun mengernyit, dialah yang akan maju pertama kali kalau ada yang meragukan kebaikan hati Hyunmin. Mereka berdua adalah anak yang dibesarkan dari seorang ibu yang berjuang seorang diri karena suaminya telah meninggalkannya dengan dua anak yang masih kecil.
Ibunya berjualan tteokbokki dan menitipkannya ke kedai-kedai soju. Baekhyun masih ingat ketika dia dan Hyunmin sepulang dari sekolah dasar membantu sang ibu menarik wadah-wadah titipan dari kedai-kedai tersebut sambil berjalan kaki.
Dan hidup dengan keprihatinan dan kesederhanaan telah membuat Baekhyun dan Hyunmin tumbuh menjadi pribadi yang bersahaja, mereka membantu sang ibu dengan bekerja sambilan untuk membiayai pendidikan.
Akhirnya setelah Baekhyun lulus dan menjadi guru sebuah TK, Hyunmin mendapatkan beasiswa di sekolah teknik ternama di kotanya, dan kepandaiannya membuatnya mempunyai masa depan yang cukup cerah. Kepandaian otaknya, ketampanan fisiknya dan kebaikan hati Hyunmin membuat Baekhyun yakin bahwa adiknya adalah pasangan paling sempurna bagi siapapun.
.
.
.
"Selamat datang." Eunbi menyambut Hyunmin dan Baekhyun dengan bahagia di pintu, pipinya bersemu merah dan matanya berbinar ketika melihat Hyunmin. Baekhyun mengamatinya dan mau tak mau tersenyum. Bagaimanapun juga, Eunbi benar-benar tampak seperti perempuan yang baik dan sungguh-sungguh mencintai Hyunmin.
"Terima kasih eonni mau menemani Hyunmin kemari," dengan sopan dan ramah, Eunbi membungkukkan badannya, "Mari silahkan masuk, pestanya sudah dimulai."
Pesta itu benar-benar pesta mewah yang elegan, yang memang diperuntukkan untuk kelas atas. Semuanya berpakaian indah dan syukurlah meski tidak mahal gaun hitam Baekhyun yang sederhana tampak begitu cantik dipakainya.
"Sendirian di sini?" seorang lelaki tiba-tiba sudah ada di sebelahnya dan menyapanya.
Baekhyun menoleh dan menemukan lelaki paling tampan yang pernah dilihatnya. Dengan rambut disisir rapi, dagu yang sudah dicukur bersih, dan pakaian yang sepertinya dijahit khusus untuknya, lelaki muda itu tampak seperti pangeran dari negeri dongeng.
"Tidak... Saya bersama pasangan saya." tiba-tiba Baekhyun merasa gugup. Penampilan lelaki itu dan aura yang dibawanya entah kenapa membuatnya merasa gugup dan tiba-tiba saja ingin melarikan diri.
"0h? Benarkah? Sepertinya aku tidak melihatnya." lelaki itu menatap ke arah Baekhyun tajam meskipun bibirnya tersenyum,
"Sungguh pasangan anda orang yang sangat ceroboh membiarkan perempuan cantik sendirian di sini."
Baekhyun mengernyitkan keningnya, "Maaf... Saya akan mencari pasangan saya."
Dengan buru-buru Baekhyun membalikkan badannya dan mencoba pergi, aura lelaki membuatnya gelisah tidak tertahankan lagi, cara lelaki itu menatapnya bagaikan harimau mengincar mangsanya.
"Baekhyun?"
Baekhyun langsung tertegun mendengar suara itu, suara yang dikenalnya, suara dari masa lalunya yang sudah bertahun-tahun berusaha dilupakannya. Suara Minhyun.
Dengan gugup didongakkannya kepalanya, dan tertegun, itu memang benar Minhyun yang sama, hanya sekarang lebih tampan, lebih dewasa. Dan hati Baekhyun luar biasa sakitnya mengingat kenangan itu. Ketika Minhyun meninggalkannya begitu saja tanpa penjelasan apa-apa, karena dorongan keluarganya.
Baekhyun ingat sekali ketika itu ibu Minhyun, seorang nyonya besar yang kaya raya tidak menyetujui hubungan Baekhyun dengan Minhyun, karena Baekhyun hanyalah perempuan biasa, dari keluarga biasa, apalagi ibu Minhyun sudah menyiapkan calon untuk Minhyun, anak dari temannya, keturunan ningrat yang saat itu sedang menyelesaikan magisternya di Australia, bernama Sulli.
"Hai Minhyun, apa kabar?" suara Baekhyun terdengar lemah, terlalu terkejut.
Minhyun tersenyum miris. "Kabar baik Baekhyun, kau sendiri? Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik" tiba-tiba saja Baekhyun ingin menangis, kenapa dia harus bertemu Minhyun di sini? Minhyun adalah satu-satunya lelaki yang tidak ingin ditemuinya di dunia ini, "Dimana Sulli?" tanya Baekhyun mencoba tegar.
"Ah, Sulli..." Minhyun tampak salah tingkah, "Dia ada di sana, sedang berbicara dengan temannya, eh... Kami sudah bertunangan, tanggal pernikahan kami ditentukan 2 bulan lagi, segera setelah Sulli mengurus kepindahannya dari Australia, aku harap kau mau datang."
Bagaimana mungkin Minhyun tega mengucapkan kalimat menyakitkan itu tanpa rasa bersalah sedikit pun? Tidak ingatkah dia betapa dia telah menyakiti hati Baekhyun dengan begitu kejam, meninggalkannya tanpa perasaan? Membuat Baekhyun akhirnya tidak bisa mencintai lelaki lain...
"Aku... Aku tidak bisa berjanji... Aku..."
"Minhyun, teman-temanku ingin berbicara denganmu, dear." perempuan cantik itu tiba-tiba datang dan mengglayuti lengan Minhyun dengan manja, dia lalu menatap Baekhyun dan mengangkat alisnya, "Eh... Siapa ini?"
Minhyun tampak gugup dan menelan ludah. "Ini Baekhyun, teman kuliahku dulu, kami sudah lama tak bertemu dan kebetulan bertemu di sini."
"Oh." Sulli menatap Baekhyun dari kepala sampai kaki dengan pandangan meremehkan. "Aku pernah dengar dari ibumu kalau kau dulu pernah punya kekasih bernama Baekhyun yang kau tinggalkan, hmmmm..." Sulli tersenyum mencemooh, "Pantas saja kalau begitu, dia tidak selevel dengan kita, bukan begitu dear?"
Minhyun tampak kehilangan kata-kata sedangkan Baekhyun berdiri dengan muka merah padam atas penghinaan terang-terangan yang diucapkan dengan lantang tersebut.
Sebelum mereka dapat berkata-kata, sosok pria tampan yang tadi menyapa Baekhyun tiba-tiba melangkah mendekat dan mengamit lengan Baekhyun dengan mesra. "Kau tidak mengenalkan mereka kepadaku, sayang?"
Baekhyun mendongak, mengernyitkan alisnya sambil menatap lelaki tak dikenal itu, apa katanya tadi?
Tetapi kemudian perhatiannya teralihkan oleh wajah Sulli dan Minhyyn yang memucat, "Kau mengenal Tuan Park, Baekhyun?" tanya Minhyun seolah tak percaya.
Pria bernama Chanyeol itu semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuh Baekhyun, "Tentu saja, Baekhyun adalah kekasihku, dan sepertinya kalian mengenalku ya?"
"Keluarga kami menjalin hubungan bisnis dengan anda Tuan Park." kali ini Sulli yang menyahut sambil tersenyum manis, "Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu dan bercakap-cakap langsung dengan anda di sini."
Chanyeol ganti menatap Sulli dengan pandangan mencemooh, "Hmmm... Kehormatan bagimu juga mungkin bisa berbicara dengan kekasihku yang luar biasa ini." lalu Chanyeol tersenyum pada Baekhyun, tidak mempedulikan muka Sulli yang memerah karena jawaban kasarnya itu, "Ayo sayang kita pergi, masih banyak tamu-tamu penting yang harus kita temui."
Kemudian Chanyeol membalikkan tubuh Baekhyun, membawanya dalam gandengan lengannya, meninggalkan Minhyun dan Sulli yang berdiri dengan terhina di sana.
.
.
.
"Kenapa kau membantuku?" Baekhyun berbisik pelan setelah mereka menjauh dari pasangan Minhyun dan Sulli.
Chanyeol tergelak dan kemudian melepaskan genggaman lengannya, "Aku melihat seorang perempuan yang hampir dipermalukan oleh kekasih yang dengki, dan aku merasa harus turun tangan untuk membantu." Kemudian lelaki itu mengulurkan tangannya, "Kita tidak sempat berkenalan tadi karena kau buru-buru kabur."
"Oh." pipi Baekhyun memerah, "Te...terima kasih atas bantuannya, aku..."
"Kakak?" kali ini suara Eunbi yang menyela. Chanyeol dan Baekhyun menoleh serentak, dan berhadapan dengan Eunbi yang sedang bersama Hyunmin.
Eunbi tersenyum ceria ketika melihat Baekhyun, "Ah... Kulihat kakak sudah berkenalan dengan kak Baekhyun, kakaknya Hyunmin... eonni ini kakakku yang kuceritakan ingin berkenalan."
Sedikit terkejut atas informasi baru itu, Baekhyun melirik ke arah Chanyeol. Sekilas Baekhyun menyadari rona wajah Chanyeol yang hangat berubah menjadi dingin. Apakah lelaki itu menjadi dingin ketika mengetahui bahwa Baekhyun adalah kakak Hyunmin? Baekhyun masih ingat cerita Hyunmin bahwa kakak Eunbi ini sangat mencurigai orang miskin sebagai pengincar harta mereka.
Apakah kisahnya bersama Minhyun akan terulang pada Hyunmin? Dicemooh dan diremehkan hanya karena mereka berasal dari keluarga sederhana?
"Oh... Ini Hyunmin yang kau ceritakan itu?" Chanyeol berucap lambat-lambat dan kemudian membalas uluran tangan Hyunmin, setelah selesai berjabat tangan, dia menoleh lagi kepada Baekhyun, "Dan kau Baekhyun, kakaknya Hyunmin... Senang berkenalan denganmu." lelaki itu mengulurkan tangannya kepada Baekhyun, dan mau tak mau Baekhyun menerima uluran tangan itu.
Seketika Chanyeol menggenggam tangannya yang mungil itu dengan kuat dan dominan, seperti mengisyaratkan sesuatu.
"Well, sepertinya kita akan banyak bertemu nanti Baekhyun," gumamnya penuh arti.
Nada suaranya ramah, tetapi entah kenapa Baekhyun merasa ngeri. Membuat Baekhyun bertanya-tanya apa yang ada di benak Chanyeol sebenarnya.
Mereka berdiri berempat sambil mengamati pesta. Eunbi dan Hyunmin berpegangan tangan dengan penuh cinta, sementara Baekhyun berdiri dengan canggung di sebelah Chanyeol. Tiba-tiba musik lembut dansa dimainkan dan beberapa pasangan tampak turun ke lantai dansa, menikmati dansa romantis di antara kelap-kelip cahaya temaram dan suasana pesta yang elegan.
Chanyeol menoleh ke arah Baekhyun dan memasang senyumnya yang paling manis, "Mau berdansa?"
Baekhyun tertegun, lalu menggelengkan kepalanya, "Tidak... Saya tidak bisa berdansa," tolaknya cepat.
Tetapi Chanyeol menatapnya dengan keras kepala, "0h ayolah, aku akan mengajarimu. Lagipula kau tidak kasihan kepadaku, aku tidak punya pasangan dansa." dan sebelum Baekhyun bisa menolak, lelaki itu sudah menariknya ke lantai dansa.
Chanyeol bohong. Dia bisa memilih banyak pasangan dansa kalau mau, dilihat dari banyaknya mata yang memandang Baekhyun dengan iri. Baekhyun begitu gugup ketika Chanyeol dengan tenang melingkarkan tangannya di pinggang Baekhyun dan meletakkan tangan Baekhyun di pundaknya. Lelaki itu membawa Baekhyun melangkahkan kaki dengan lembut, mengikuti irama.
"Lihat, gampang kan?" bisiknya sambil tersenyum, menatap Baekhyun dengan matanya yang tajam.
Baekhyun memalingkan muka dengan wajah merah padam, tidak tahan ditatap seperti itu. Dia hanya menganggukkan kepalanya dan kemudian memusatkan perhatiannya kepada gerakan dansa mereka.
Ketika tanpa sengaja Baekhyun memutarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, matanya bertabrakan dengan mata Minhyun, lelaki itu sedang berdansa dengan Sulli yang sekarang berada dalam posisi membelakangi Baekhyun, membuat Minhyun leluasa menatap Baekhyun.
Ada sesuatu di tatapan mata Minhyun itu, sesuatu yang mirip dengan penyesalan dan kepedihan... Membuat dada Baekhyun terasa sesak. Dia memalingkan kepala, dan mencoba untuk tidak menoleh ke arah Minhyun lagi.
.
.
.
Seperti biasa Baekhyun melangkah keluar kelas setelah memastikan semua muridnya benar-benar pulang dalam jemputan keluarga mereka.
Taman kanak-kanak itu tampak lengang dan sepi. Yah biasanya yang membuat ramai adalah kehadiran murid-murid
kecilnya yang berceloteh riang kesana kemari. Sekarang tinggal guru-guru yang sibuk merapikan barang-barang mereka di ruang guru.
Baekhyun mendesah dan mengambil tasnya lalu melangkah ke lorong TK itu, entah kenapa sejak pesta itu batinnya kembali terasa sakit, sakit hati yang telah coba dilupakannya begitu lama. Sakit hati karena kepedihan ketika Minhyun meninggalkannya dengan kejam, kini semua itu kembali lagi.
Mungkin ini semua karena di pesta itu dia bertemu kembali secara langsung dengan Minhyun, melihat langsung bagaimana Minhyun sudah melupakannya dan berbahagia dengan tunangannya.
Pernikahan mereka dua bulan lagi...
Tiba-tiba saja batin Baekhyun berdenyut dan terasa sakit. Kenapa hatinya sakit? Apakah dia masih menyimpan cinta itu kepada Minhyun? Bahkan setelah dia dicampakkan dan dikhianati sedemikian rupa?
"Hati-hati, nanti kau tersandung."
Suara maskulin itu tiba-tiba muncul, tak disangkasangkanya. Begitu mengejutkan hingga Baekhyun mengeluarkan suara pekikan kaget. Dia mendongak ke arah suara itu dan menemukan Chanyeol, kakak Eunbi, sedang bersandar di tiang lorong taman kanak-kanak itu, masih mengenakan setelan jas kantornya yang elegan.
"Kenapa anda ada di sini?" tiba-tiba Baekhyun merasa waspada.
Chanyeol tersenyum misterius. "Ada yang ingin kusampaikan kepadamu, kalau kau tidak sibuk."
"Darimana anda tahu tempat saya bekerja?" kali ini perasaan Baekhyun di dominasi oleh rasa curiga, jangan-jangan lelaki ini sudah membayar orang untuk menyelidiki Baekhyun dan keluarganya.
Chanyeol terkekeh melihat tatapan curiga Baekhyun, "Jangan menatapku seperti itu, aku tidak mengambil informasi lewat jalan belakang." dengan elegan dia mengangkat bahunya, "Aku mendapat informasi dari Eunbi bahwa kau bekerja di sini, dia sering bercerita tentang Hyunmin dan tentang kau."
"Oh." Baekhyun tercenung, "Apa yang ingin anda sampaikan kepada saya?"
Mendengar pertanyaan Baekhyun, tatapan Chanyeol berubah serius, "Mungkin kau bisa ikut aku ke suatu tempat untuk membicarakannya?"
Alarm peringatan langsung berbunyi di benak Baekhyun, mengingatkannya. Entah kenapa, meskipun tersenyum ramah, aura Chanyeol tampak mendominasi dan menyimpan sesuatu yang misterius. Baekhyun tidak mau pergi kemanapun dengan lelaki itu. "Kalau memang bisa kenapa tidak kita bicarakan di sini saja?"
Chanyeol menatap tajam, kemudian sekilas tampak geli melihat ketakutan Baekhyun yang berusaha disembunyikannya dengan baik. "Oke kalau begitu, meskipun aku sebenarnya ingin membicarakannya di tempat yang lebih pribadi." Tatapannya berubah serius dan dalam sekejap auranya berubah dingin,
"Begini Nona Byun, aku ingin menawarkan sejumlah uang kepada keluargamu supaya kalian semua menjauhi Eunbi."
.
.
.
[TBC]
.
.
.
Author's Note :
Hai hai semuaaaa... fanfict baru nih, gimana casts nya? Sengaja aku gak pake banyak karakter EXO biar lebih fresh-an dikit :D :D
Jangan lupa tinggalkan review ya :) see you next chapter !
-ByunYeol-
