Saranghae, My Brotha.

Characters: Oh Sehun and Xi Luhan and Others

Present by: KaiSooEXO

Chapter Satu

.

.

.

.

.

.

Deritan kasur menemani indahnya pagi pada saat ini. Menampilkan dua orang namja yang saling 'bergelut' satu sama lain. Suasana yang dingin di kota seoul benar-benar terabaikan dengan 'aksi panas' yang mereka lakukan saat ini. Salah satu kepala mereka menyembul dari selimut, melenguhkan sesuatu. Wajahnya tersirat penuh dengan kenikmatan.

"Nggh~ Sehun-ah, dorong terus. Nggh~" Namja yang menyembul itu terus mendesah, merasakan benda kenyal itu menubruk dan menekan bokongnya.

"Ah~ Nggh B-baik Hyung.. Nggh you're so thick. I love your ass so bad. You're a dumb bitch i ever seen. Ngh." Desah namja itu sembari memaju mundurkan pinggulnya. Selimut sudah tersibak, menampilkan tubuh dan wajah mereka yang merah penuh dengan keringat, mengkilap.

Deritan kasur semakin kencang, bantal-guling yang bercampakkan tak mereka perdulikan. Sekarang yang mereka inginkan adalah, sama-sama saling terpuaskan.

"Pabbo, aku masih Hyungmu! Jadi jangan pernah berbicara kotor pada..~ Anghh.. di-disitu Hunnie~" omelan namja itu terpotong, saat namja diatasnya menekan kuat bokong namja dibawahnya— Oh Luhan.

"Nggh~ do it again. I love it. Squezze me." Racaunya membabi buta. Namja diatasnya— Oh Sehun tersenyum senang, melihat hasil karyanya ditubuh Luhan. Tanda tanda kemerahan yang tercipta ditubuh Luhan yang berkeringat itu benar-benar menaikkan libidonya. Junior Sehun kembali membesar.

"Nggh, lakukan lagi." Desah Luhan tertahan, pikirannya sekarang adalah bagaimana menikmati surga dunia ini.

"Ngh~ Sehunah~"

"Hyung...Luhan ah~"

Jerit mereka bersama. Sebelum ketukan dari luar menghentikan kegiatan mereka.

"Aishh siapa itu, mengganggu saja." Keluh Sehun menatap pintu yang diketuk itu.

Luhan mendecak kesal, kepalanya tak tahan untuk memukul kepala bodoh adiknya itu. "Kau itu bodoh atau apa Sehun-ah, sudah pasti itu Umma. Cepat bergegas!" Perintah Luhan berusaha bangkit dari rasa sakitnya yang nikmat itu.

Tok..tok.

"Ah, ia Umma. tunggu sebentar. Sebentar lagi kami turun." Teriak Luhan. Sehun bangkit dari tidurnya. Membiarkan tubuhnya yang telanjang itu terekspos dengan indah. Sesaat kemudian ia merasakan lemparan bantal dari Luhan, tepat dibokongnya.

"Aish, ada apa lagi Hyung?" Tanyanya berbalik tepat dihadapan Luhan, menampilkan juniornya yang masih tegang.

Luhan mendelik tajam. "Setidaknya tutupi tubuhmu dengan selimut." Omel Luhan.

Sehun tak memperdulikan itu lagi dan langsung kekamar mandi yang letaknya didalam kamar mereka. Langkahnya terhenti kemudian menatap Luhan lagi. "Hyung, seperti tidak pernah melihatku telanjang bulat saja." Setelah itu terdengar lemparan bantal dipintu kamar mandi mereka.

Sehun memakan sarapannya dengan hikmat, begitupula dengan Luhan, Umma, dan Appanya. Tak ada yang memulai percakapan, yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Luhan meneguk susunya, setelah itu kembali makan.

"Sehun, apa kau baik-baik saja? Kenapa wajahmu terus tertekuk?" Tanya sang Appa saat menyadari ada perbedaan diwajah Sehun.

Sibungsu mendengus, bibirnya meracau tak jelas. "Bagaimana tak kesal jika waktu bercintamu diganggu." Jawabnya pelan bahkan hampir tak terdengar namun Luhan yang berada disampingnya sontak memberikan pelototan yang langsung membuat Sehun terdiam.

"Sehun, apa kau baik-baik saja?" Ulang sang Appa, kali ini menatap Sehun khawatir.

Sehun yang dipandangi langsung bertingkah kikuk, kepalanya mengangguk. "Ah, ia Appa aku baik-baik saja kok."

Appa mereka mengangguk dan melanjutkan makannya. Hari ini acara sarapan mereka hanya diakhiri oleh keheningan.

.

.

.

.

.

.

Sehun dan Luhan berjalan menuju lorong sekolah. Tak terasa lima belas menit lagi bel masuk berbunyi. Namun sebelum berpisah, Luhan kembali memberikan wejangan demi wejangan kepada Sehun

"Sehun, Hyung ingatkan sekali lagi. Jangan lakukan apapun yang buruk." Sehun mengangguk.

"Jangan melakukan hal yang bodoh bersama teman hitammu itu." Ucapnya lagi.

"Namanya Kim Jongin Hyung. Dan Hyung tenang saja, aku tidak akan melakukan hal-hal yang buruk lagi." Langkah mereka berdua terhenti setelah tepat dibelokan kelas mereka masing-masing. Yah, Luhan dan Sehun satu sekolah. Dimana tahun ini Luhan menginjak kelas tingkat tiga, sedangkan Sehun merupakan anak kelas tingkat satu.

Sehun mendekatkan wajahnya kearah Luhan, menempelkan kedua bibir mereka, hanya sekedar kecupan singkat. Setelah itu berjalan pergi.

Luhan memegang bibirnya, dia tahu ini merupakan kesalahan tapi mau bagaimana lagi? Dia mencintai Sehun, adik kandungnya sendiri. Begitupula dengan Sehun yang mencintai dirinya.

Luhan kembali berjalan menuju kelasnya, belum sempat beberapa langkah menuju kelas ia sudah dikejutkan dengan dua sahabatnya. Baekhyun si Namja ber-eyeliner yang super aktif dan Kyungsoo sinamja pororo.

"Hai, Luhan sayang~. Harimu sepertinya kelihatan lebih indah hari ini, ada apa? Apakah kau sudah berhasil menggandeng lima Ahjussi tampan yang kaya raya?" Tanya Baekhyun dengan kecabeannya. Luhan tak abis pikir dengan kekasih Park Chanyeol ini.

"Jaga bicaramu Baekhyun, bagaimana bila orang-orang mendengarnya. Mereka akan berpikir yang aneh-aneh." Tutur Kyungsoo sembari mencubit pelan pinggang Baekhyun yang langsung membuat Baekhyun bergelinjang. Mata sipitnya menatap Kyungsoo tajam, sedangkan yang ditatap hanya menunjukkan mata owlnya yang kelihatan polos itu, seakan lupa kalau ada Luhan dihadapan mereka.

"Aish, terserahku. Lebih baik kau urusi saja Namja Hitammu itu." Celetuk Baekhyun, tanpa perduli bagaimana perubahan Kaisoo sekarang. Satansoo.

"Apa?! Apa maksudmu berucap seperti itu tentang Jongin, Baekhyun! Apa kau tidak sadar kalau kau lebih parah! Kau berpacaran dengan Namja idiot tinggi yang bertelinga besar dan memiliki senyum seperti orang autis." Omel Kyungsoo kesal. Luhan yang akan tau bagaimana akhir dari pertengkaran ini akhirnya memutuskan untuk melerai kedua sahabatnya.

"Sudah, lebih baik kita masuk saja."

...

"Sehun-ah membolos yuk? Aku bosan sekali mendengar seongsanim bicara." Itu Kim Jongin, yang merengek-rengek dari setengah jam yang lalu.

Sehun menggeleng, sebenarnya ia bukan tipikal murid pembuat masalah tapi terkadang sifat Jongin yang sesukanya akhirnya menular ke Sehun. Tapi kali ini ia menggeleng, setelah mengingat nasihat Kakak sekaligus Kekasihnya itu siapa lagi kalau bukan Oh Luhan.

Jongin mendengus. "Pasti teringat nasihat-nasihat kakakmu itu kan? Haissh. Kau mengesalkan sekali Sehun-ah."

Sehun mendelik tajam, "Jaga bicaramu Jongin. Kau tidak ingin melihat Juniormu itu hilangkan dari tubuhmu."

Dan pada akhirnya Jongin hanya mengangguk, sembari menahan kekesalan yang sudah menumpuk didalam hatinya. Shit! He really hates History.

...

Luhan dan Sehun duduk dengan tenang dihadapan kedua orang tuanya. Sehun heran, tumben sekali orang tuanya meminta mereka berdua berkumpul dengan mereka. Walaupun begitu, Sehun benar-benar sangat menyayangi kedua orang tuanya terutama Umma yang selalu menyayanginya.

"Ehmm," Appa mereka memulai untuk melihat reaksi mereka berdua, yang ternyata biasa saja.

"Sebenarnya appa memanggil kalian karena Appa dan Umma berencana pergi ke China selama dua minggu." Sehun menatap Ummanya seakan bertanya 'apakah itu benar' dan Ummanya hanya mengangguk.

Sehun mendesah, bagaimanapun tingkah kekanakkannya belum bisa hilang. Berbeda dengan Luhan yang bisa menanggapinya dengan dewasa. "Jadi apa yang harus kami lakukan Appa?" Tanya Luhan, to the point.

Sehun mendengus, kesal. " Aish, kenapa harus dua minggu Umma? Itu sangat lama? Siapa yang harus membuatkanku Susu setiap pagi? Nggg~" rengeknya lucu. Namja tinggi itu tak kuasa menahan tangisnya, hingga akhirnya ia menangis tak rela membiarkan Ummanya pergi.

Luhan yang tau bagaimana sifat adiknya itu hanya diam, malas menanggapi. Dasar namja labil. "Kenapa bukan Appa saja yang pergi? Umma tinggal disini bersama kami?" Tanya Sehun lagi.

Wanita itu menggeleng, mengacak kedua rambut anaknya dengan lembut. "Tidak bisa sayang. Umma harus ikut dengan Appamu. Karena ada urusan lain yang harus Umma urus disana. Dan lihat kakakmu, ia juga pandai memasak jadi kau tak perlu takut mati kelaparan." Umma mereka terkekeh. Gemas lihat tingkah keduanya.

"Baiklah Appa, Umma. Jadi kapan kalian pergi?"

"Sebentar lagi sayang. Urus Adikmu Luhan. Dan jangan berkelahi satu sama lain. Jangan mengundang orang orang yang tak dikenal dan teruslah berprilaku baik. Appa akan menghubungi Uncle Junmyeon dan Uncle Yixing untuk mengawasi kalian. Okay?"

Pada akhirnya mereka berdua hanya mengangguk. Merelakan kedua orang tua mereka pergi jauh ke negeri seberang. Kelihatan terlalu berlebihan, sebenarnya.

...

.

.

.

.

.

Setelah mengantar kepergian orang tua mereka, Luhan dan Sehun memutuskan untuk pergi ke supermarket, sekedar membeli bahan bahan makanan untuk dua minggu kedepan. Setelah dirasa cukup akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.

Dan disinilah mereka, dirumah kesayangan mereka berdua. Sehun yang asyik memakan camilannya sambil menonton Spongebob dan Luhan yang masih sibuk dengan acara masak-memasaknya.

Sehun menatap televisinya dengan jengah, sekarang yang ia rasakan adalah kebosanan. Kedua matanya memutar menatap Hyungnya yang masih berkutat dengan kualinya.

"Hyung, masih lama tidak? Aku lapar?" Teriaknya yang begitu berlebihan, karena jarak antara ruang tv dengan dapur hanya sekitar lima meter.

Luhan mendelik kesal, tangannya masih saja mengongseng masakannya. "Sabar sedikit, Bayi besarku." Jawabnya sarkatik, tapi hanya main-main. Setelah dirasa selesai, Luhan dengan gesit menyiapkan makanan untuk mereka.

"Uwaaah, harum sekali. Eum~" Ucap Sehun ketika mencium aroma masakan Luhan. Serius, Sehun tidak akan pernah meragukan masakan Hyungnya itu. Kedua tangannya saling mengusap seakan tak sabar untuk mencicipi makanan enak didepannya.

"Mari makan~" Sehun kembali berteriak kegirangan. Sedangkan Luhan hanya geleng-geleng kepala. Padahal umur mereka hanya terpaut dua tahun saja, tapi mengapa pikiran Luhan jauh lebih dewasa ketimbang Sehun? Oh iya Luhan lupa jika dirinya adalah seorang Hyung disini. Luhan mengulum senyumnya, seakan berterimakasih kepada tuhan karena telah memberikannya malaikat terindah dihidupnya. Jujur, Luhan tak pernah menyesali melakukan kesalahan ini. Karena ia tahu, Tuhanlah yang telah merencanakannya. Merencanakan Dirinya untuk mencintai Oh Sehun, adik— laki-laki— kandungnya sendiri.

Sehun menatap Luhan bingung. Tumben sekali Hyungnya ini melamun, biasanya dia cerewet walaupun sebenarnya Luhan juga merupakan tipikal yang pendiam minus dihadapan Sehun, Orang tua dan Sahabatnya. "Hyung, cepat dimakan. Nanti makanannya jadi dingin." Luhan mengangguk dan memakan sendokkan pertamanya.

"Sehun, apa yang akan kita lakukan selama Appa dan Eomma pergi?"

"Hmm, Bermain game. Mengundang Kai, Chanyeol Hyung."

Luhan yang mendengarnya langsung menatap Sehun kesal. "Bukan seperti itu, dan yah! Jangan kau ajak sih Namja hitam itu."

Sehun memutar matanya bosan. "Namanya Kim Jongin Hyung, dan ingat hitam-hitam begitu dia kekasih Kyungsoo Hyung."

"Ah aku tidak mau Sehun, itu membosankan." Protes Luhan.

Sehun nampak berpikir, kedua jari nya— jempol dan telunjuk— menggosok-gosok dagunya, simbol berpikir. "Hmm, Having Sex?" Jawabnya yang sontak membuat Luhan melebarkan matanya, wajahnya mengeras.

"Percuma bicara denganmu Sehun-ah, lupakan."

Sehun terkikik, dia suka saat melihat Hyung cantiknya— ups tampannya itu ngambek atau bertingkah kesal. Serius, itu sangat memanjakan matanya." Bagaimana kalau kita pergi ke Ilsan, Hyung? Sebentar lagi kan musim dingin?"

Dan dipastikan beberapa hari lagi mereka libur. Luhan tampak berpikir, benar juga kata-kata Sehun."Baiklah, sepertinya itu ide baik." Luhan tersenyum, Bahagia.

"Tapi Hyung kita ajak Jongin, Chanyeol Hyung, Kyungsoo Hyung dan Cabe Hyung." Usul Sehun lagi,

"Apa maksud perkataanmu itu Sehun-ah, dia Baekhyun! Byun Baekhyun." Omel Luhan lagi, membenarkan ucapan Sehun sebelumnya.

"Baiklah-baiklah, maafkan aku Hyung."

...

.

.

.

.

.

Suasana yang sudah larut ini seharusnya mewajibkan semua manusia untuk mengistirahatkan tubuh mereka. Namun tidak bagi Luhan dan Sehun. Ranjang mereka seakan bergoyang-goyang begitu kuat, menahan bobot tubuh mereka yang sedang melakukan 'pergulatan' itu.

Kedua napas mereka terengah-engah, menyahut satu sama lain. Dari eluhan, racauan bahkan ucapan-ucapan kotor yang terlontar dari bibir mereka menemani indahnya malam.

Sehun menatap lapar Luhan, salah satu tangannya terus saja memelintir dan memainkan nipple merah mudah Hyungnya itu. Sedangkan yang dimainkan hanya mengerang nikmat sembari menunggu perlakuan lebih dari Sehun. Ini benar-benar servis yang menyenangkan!

Setelah puas memainkannya, Sehun langsung menjilat dan mengigiti daerah tersebut. Menghisapnya dengan penuh napsu, seakan tak ada hari esok. Sehun tersenyum, saat Luhan kembali menyebut namanya. Padahal ini baru saja pembukaan. Mereka sepertinya benar-benar tak perduli dengan sekitar.

"Aww, Se-sehun lakukan lagi.. please." Luhan mendesah memanggilkan nama sang adik. Sedangkan yang disebut hanya mengangguk sembari melakukan tugasnya.

Perlahan Sehun menggerayangi tubuh polos itu, membiarkan dirinya yang melakukan servis sementara Luhan hanya diam dan merasakannya. Lidahnya terus saja menjilat, mencium, bahkan mengigit. Sekarang tampak jelas, benda kenyal Luhan sudah berdiri tegak dihadapannya. Begitu manis, itulah yang dipikirkan Sehun setiap bertemu dengan si manis ini.

"Aww manis, Aku akan memanjakanmu~" Salah satu tangannya memegang junior Luhan, mengelusnya sebentar setelah itu mengocoknya. Erangan demi erangan terlewat begitu saja dari bibir Luhan. Tapi Sehun sama sekali tidak perduli, yang ia inginkan adalah Luhan terpuaskan dengan aksinya dan begitupula sebaliknya. Tangan Sehun terus saja mengocoknya, bahkan semakin menambah ritme dari kocokannya. Luhan semakin bergetar, seakan banyak aliran listrik yang menyetrum ditubuhnya.

"Sehun-ah—.." ucapan Luhan terhenti saat Sehun kembali mendaratkan ciuman dibibir nya. Sehun terus saja mengocok junior Luhan, tak terasa kocokkan itu mencampai puncaknya. Dengan indah tubuh Luhan melengkung jeatas, bertubrukan dengan namja diatasnya. Dada mereka saling menyatu, seakan memberikan kesempatan untuk saling berkomunikasi melalui hati. Luhan kembali meracau saat menggapai orgasme pertamanya. Cairan kental itu akhirnya keluar begitupula dengan tubuh Luhan yang terkapar dengan manis.

"Hosh..hosh.." Luhan mencoba untuk menetralisikan napasnya. Ia cukup terpuaskan dengan servis Sehun. Sekarang gilirannya...

Luhan bangkit dari posisi berbaringnya, merubah posisi antara Sehun dan dirinya. Kali ini ia sudah berada diatas Sehun. Wajahnya tersenyum licik layaknya seorang namja pelacur diluar sana. Kedua tangannya sibuk menggerayangi tubuh Sehun yang sedikit lebih atletis dari miliknya. Tubuh pucat didepannya ini benar-benar menghipnotis nya, tanpa babibu lagi Luhan langsung mengarahkan dirinya keleher Sehun, menghisapnya dan memberikan tanda kemerah-unguan disela-sela leher Sehun. Senyumnya semakin terbentuk disaat melihat Sehun mendesah keenakan. Setelah puas menciumi leher Luhan bergerak kebawah menjilati tulang selangka Sehun menciuminya begitu nafsu. Pandangannya berhenti tepat dikedua nipple Sehun yang menegang kemudian menjilatinya layaknya lollypop, menggigitnya kecil-kecil seakan menggoda keimanan Sehun untuk tidak memakannya. Tidak sampai disana saja, Luhan langsung menghisap kuat kuat nipple Sehun secara bergantian membuat sang empunya bergelinjangan penuh nikmat. Keringat yang membasahi mereka berdua bukanlah penghalang sama sekali bahkan itu semakin menambah hasrat muda mereka berdua. Luhan semakin bringas menguasai tubuh Sehun yang sengaja bertindak pasif untuk membiarkan Luhan yang berfantasi. Luhan semakin merapati tubuh berkeringat mereka, bergerak atas - bawah seakan memang sengaja menggoda milik Sehun itu. Miliknya dan milik Sehun saling beradu, menggiling bahkan bertubrukan satu sama lain.

"Nggh, Ini enak sekali Hyung..ini enak," racau Sehun tertahan. Luhan semakin menekan kedua junior mereka, tak perduli bagaimana tingkah sang adik yang merasa luar biasa itu.

"Ah~ rasakan servisku yang lain Sehunnie~" Luhan meraup bibir tipis merah mudah itu, menggigitnya perlahan. Sehun yang tak tahan pasif akhirnya bergerak juga, Ia membalas ciuman panas Hyungnya. Kedua tangannya asyik menggerayangi tubuh Hyungnya. Dari mengocok kembali junior Luhan sampai mencoba memasukkan beberapa jari kedalam bokong Luhan. Luhan juga tak bisa diam, tangannya juga ikut memelintir nipple Sehun dan mengocok kuat junior Sehun yang sama tegangnya dengan miliknya. Istilahnya, saling mengocok.

"Nggh~ H-hyung.. terus..Nggh" Sehun menutup matanya, merasakan indahnya surga dunia. Namun kedua tangannya tetap melakukan tugasnya.

Tak terasa kegiatan kecil itu sudah memakan waktu dua jam. Ya, hasrat birahi remaja terkadang merepotkan.

"Nggh, Sehunie aku tak tahan. Masukki aku. Masuki Hyungmu ini.." pinta Luhan bagaikan namja jalang yang sering meminum banyak sperma dari pelanggannya.

Sehun mengangguk, mereka berputar posisi. Luhan yang menelungkup dan menaikkan bokongnya kearah Sehun. Sehun yang sudah tegang itupun kemudian melakukan pemanasan seadanya. Kedua tangannya menampar-nampar pelan kedua pipi bokong Luhan yang sintal itu. Kemudian ia meludahkan air liurnya didalam lubang hole Luhan. Tidak perlu menunggu lagi, Sehun langsung menancapkan juniornya itu dihole Luhan yang sempit itu. Memaju-mundurkannya tanpa ampun. Sehun mendesah, saat otot ruang hole Luhan mengerut seakan memeras juniornya dengan kuat. Juniornya terus saja menekan titik ternikmat yang pernah dirasakan Luhan.

Mereka berdua sepertinya benar-benar menikmati kegiatan mereka.

.

.

.

.

.

Luhan menatap adiknya itu, perlahan bibirnya tersenyum dengan indah. Kegiatan mereka sudah berhenti sejak sejam yang lalu, bahkan Sehun sendiripun sudah terlelap kealam mimpinya. Luhan sekali lagi, berterimakasih kepada Tuhan yang telah menyusun ini semua. Ia tau yang mereka lakukan saat ini adalah dosa terhina sekaligus terindah dan rasanya begitu sulit untuk menghentikannya. Luhan telah jatuh dihadapan namja ini. Ia, Oh Luhan telah mencintai Oh Sehun yang merupakan adik kandungnya sendiri.

"Aku harap, kau akan terus mau berjuang bersamaku Sehun-ah." Perlahan tapi pasti kedua mata Luhan semakin meremang tiada menyisakan cahaya putih diiris matanya. Ia tertidur, fisiknya saat ini tertidur. Namun tidak untuk hatinya, dan ia berharap Sehun juga begitu.

...

Finally Chapter one is done. Rasanya seneng banget yah hahaha xD. Cerita ini sengaja dilabeli dengan predikat M walaupun nggak bakal setiap chapter kok yang mature content. Karena jujur, aku sendiri lebih menempatkan semua fanfic aku dengan jalan cerita. Jadi hitung-hitung scene M itu merupakan bonus atau hasrat birahiku yang ingin dikeluarkan xD #plakk. Sekali lagi mohon maaf bila ada kesalah bahasaan yah, (mis: bahasa yang terlalu frontal dan terkesan kotor) karena niatnya cuman ingin menghibur kok. Thx u, fanfix ini akan terus berlanjut bila kalian mau untuk review, atau bahkan follow dan favorit fanfic ini. Karena dukungan kalian akan selalu menjadi tenagaku #hemeh hehehe. Oh yah sekali lagi, aju mohon maaf utk FF lainku yang isi chapternya masih ada yang gak nyambung. Beberapa hari ini aku akan menggantinya ^^

Salam Fansboy

KaiSooEXO