Warning : Semi-AU, Manipulative!Dumbledore, Bashing!Ron!Ginny, Might Be Slash (means boys love) maybe not (lihat kedepannya), Independent!Harry, Stronger!Harry, And another surprises later.

Enjoy~

Disclaimer : J.K. Rowling

Chapter 1

Harry mengerang kesakitan saat ia perlahan menggerakan tubuhnya untuk bangun dari lantai setelah semalaman terbaring disana. Semalam, Uncle Vernon.. tidak, Vernon memberikannya "hukuman" lagi karena dirinya mengancam Vernon dan keluarganya dengan menggunakan status ayah baptisnya, Sirius, yang mereka tahu sebagai seorang pembunuh itu untuk mendatangi keluarga Durlsley jika mereka macam-macam dengan Harry.

Namun sayangnya, saat ia harus kembali lagi ke Privet Drive untuk tinggal disana selama liburan musim panas, Vernon mulai menghajarnya habis-habisan, memberikan daftar pekerjaan yang lebih banyak dari tahun sebelumnya dan memberikannya makan sekali dalam seminggu. Sungguh awal yang menyenangkan untuk memulai liburan musim panasnya.

Yah, semua itu tidak akan terjadi jika si tua bangka Dumbledore itu tidak memberitahu kematian Sirius kepada Dursley. Dan Harry benar-benar ingin mencekik tenggorokan pria tua itu saat Dumbledore menatapnya dengan tatapan mata aneh dan penuh makna mengerikan itu.

Harry baru saja berada satu bulan dua minggu di Privet Drive dan selama itu, Harry memutuskan untuk memotong benang pengendali bonekadari Dumbledore. Ia memutuskan untuk mengklaim status nya sebagai Lord Potter dihari ia ulang tahun nanti.

Dan ulang tahun nya akan datang dalam waktu kurang lebih 3 minggu lagi. Great.

Harry menatap kearah kandang burung hantu kesayangannya, Hedwig, dan melihat air yang berada di tempat minumnya telah habis.

"Aguamenti," Bisiknya dan seketika tempat minum Hedwig pun dipenuhi air. Hedwig minum dengan semangat sembari ber'hoot' ria.

Tidak banyak yang tahu jika Harry sudah mampu menguasai Wandless Magic, kecuali teman-temannya yang paling dekat dengannya.

Harry menggunakan mantra Episkey di beberapa tulang nya yang patah dan ia menggigit kain baju nya dengan keras saat rasa sakit menyerang indra nya.

"BOY! Turun sekarang dan buatkan kami sarapan!" Harry menutup kedua matanya dan menghela nafas kesal dan memakai Glamour nya untuk menyembunyikan penampilan fisiknya yang sebenarnya. Hanya inner circle nya, atau bisa dibilang teman-teman terdekatnya yang mengetahui hal ini.

"BOY! Apa kau ingin di hukum lagi, hah?! Dasar anak pemalas tidak tahu diri! Cepat turun!" Teriak Vernon kembali.

"Iya Uncle Vernon, tunggu sebentar," Jawab Harry sambil menuruni tangga. Suatu hari, ia akan memastikan untuk membunuh si paus bodoh itu.

Dengan wajah tanpa ekspresi, ia menatap sekilas 3 orang yang sudah duduk di ruang makan dan menunggu sarapan mereka. Dan ketiga orang tersebut menatap tajam Harry yang saat ini tengah memasak sarapan untuk mereka.

Dan pikirannya pun melayang menuju beberapa memori yang ia tidak yakin pernah ia alami sebelumnya.


Flashback - After the Battle in the Department of Mysteries -

"Severus, aku sudah menunggumu dari tadi. Bagaimana?" Tanya sebuah suara pria yang terdengar tua. Harry yakin itu suara Dumbledore. Entah mengapa mereka harus menggunakan Hospital Wing sebagai tempat mengobrol mereka. Harry mengerang dalam hati. Tidak bisakah mereka pergi dan memberikan beberapa waktu berisi ketenangan untuknya?

Severus menatap kearah Harry yang terlihat masih tidak sadarkan diri dari pingsan nya setelah tubuhnya sempat dirasuki oleh sang Pangeran Kegelapan di kementrian tadi. Severus mengecek sihir sang Potter terakhir dan menemukan bahwa Potter berada diantara alam sadar dan tidak sadarnya. Ia pun menutup daerah tempat tidur Potter di Hospital Wing dengan tirai putih yang beada di sekitar kasur tersebut.

"Sang Pangeran Kegelapan murka saat beberapa anggota Death Eaternya tertangkap oleh Auror, kecuali Lucius dan Bellatrix. Selain itu, ia terlihat gelisah akan suatu hal, namun aku tidak tahu apa. Dan juga, ia memberikanku sebuah misi."

"Misi?" Ulang Dumbledore. Severus menatap sang Kepala Sekolah selama beberapa saat seblum akhirnya melanjutkan laporannya.

"Ya, dia menyuruhku mencari suatu benda. Sebuah kalung lebih tepatnya." Harry merasa kaget saat merasa temperamen ruangan tersebut menurun. Sihir milik Dumbledore berada disekeliling ruangan itu, sepertinya Dumbledore tidak senang dengan apa yang Snape katakan. Tapi mengapa? Kalung apa yang bisa membuat Dumbledore bersikap seperti ini?

Orang tua itu benar-benar memiliki terlalu banyak rahasia.

Dan Harry tahu itu karena Dumbledore sudah beberapa kali menggunakan mantra Obliviate padanya dan semua teman-teman yang berada dalam Inner Circle nya itu.

Mantra Obliviate tersebut patah karena, anehnya, berkat Voldemort menggunakan Crucio kepadanya di pemakaman tahun lalu. Entah ia harus berterima kasih atau mengutuk sang Pangeran Kegelapan tersebut untuk hal itu.

"Apakah dia.. pernah mengatakan hal-hal lain seperti cincin dan sebuah piala? " Tanya Dumbledore memastikan, dan Severus menggelengkan kepalanya.

"Tidak, memangnya apa hubungannya kalung itu dengan cincin dan piala itu?" Severus memicingkan sepasang matanya kearah Dumbledore. Sudah jelas kalau sang Kepala Sekolah didepannya itu menyembunyikan sesuatu, dan firasatnya mengatakan hal ini adalah rahasia berisi informasi yang sangat vital.

Dumbledore menghela nafas dan menyilangkan kedua tangannya dibelakang punggungnya sembari menatap langit-langit Hospital Wing.

"Severus, apa kau familiar dengan kata Horcrux?" Severus seketika memucat mendengar apa yang baru saja Dumbledore tanyakan kepadanya.

"Horcrux? Apa maks-.. Tunggu.. jadi maksudmu sang Pangeran Kegelapan menggunakan cara sekeji itu untuk membuat dirinya abadi?" Tanya Severus. Semua Death Eater tahu sang Pangeran Kegelapan mendambakan kehidupan abadi, hanya saja tidak seorang pun tahu jika sang Pangeran Kegelapan menggunakan cara sekeji itu.

Untuk membuat Horcrux, kau harus melakukan pembunuhan dan menyembunyikan jiwamu di sebuah benda di luar tubuh. Dengan membuat Horcrux, kau membelah sebagian jiwamu agar kau tidak bisa mati karena sebagian jiwamu yang lain telah kau sembunyikan. Satu-satunya cara agar sang pengguna Horcrux bisa dikalahkan adalah dengan menghancurkan Horcruxnya, namun menghancurkan Horcrux bukanlah perkara mudah karena hal itu mampu membuat jiwa orang yang mencoba menghancurkan Horcrux tersebut melayang.

"Jangan bilang sang Pangeran Kegelapan membuat lebih dari 1 Horcrux?"

"Dia memang membuat lebih dari 1 Horcrux, Severus. Aku sudah melakukan pencarian selama setahun ini dan akhirnya aku tahu ada berapa jumlah Horcrux yang dibuatnya. Ia memiliki 7 buah Horcrux. Semakin banyak Horcrux yang ia buat, semakin hilang semua bagian kemanusiaannya hingga akhirnya ia menjadi seperti apa yang kita ketahui sekarang."

"Oh Merlin," Erang Severus frustasi.

Jadi inilah alasan sang Pangeran Kegelapan tiba-tiba saja menjadi gila saat itu? Karena ia membuat lebih dari 1 Horcrux?

"Severus." Dumbledore menatap Severus dengan tatapan keras. "Aku ingin kau membantuku memastikan semua Horcrux itu bisa ditemukan dan dihacurkan. Hanya itulah satu-satunya cara agar Voldemort bisa dikalahkan." Severus mengernyit saat Dumbledore mengunakan nama Voldemort. Sialan pria tua ini, tidak tahukah ia bahwa Dark Mark nya akan membuat tangannya sakit setiap kali ia mendengar seseorang menggunakan nama Voldemort di depan dirinya?

"Well, aku tidak tahu apa-apa saja benda yang dijadikan Horcrux itu. Mungkin kau akan berbaik hati untuk memberitahukan beberapa informasi yang telah kau dapat?" Ucap Severus dengan nada sinis. Memangnya kurang banyak kah pekerjaannya sehingga Dumbledore menganggapnya bisa mencari benda-benda tersebut?

Dumbledore hanya tertawa hambar mendengarnya. "Ah ya, tentu saja aku sekarang sudah tahu semua Horcrux milik Vol-.. ah maksudku Tom. Yaitu, Cincin milik Marvolo Gaunt, aku baru saja mendapatkannya. Lalu buku harian milik Tom Riddle yang sudah Harry hancurkan di tahun kedua nya, Liontin milik Salazar Slytherin, itulah kalung yang Tom ingin kau dapatkan untuknya, lalu Piala Hufflepuff dan Mahkota milik Rowena Ravenclaw yang aku masih tidak tahu ada dimana benda itu, Nagini, dan.." Dumbledore terdiam. Harry, entah mengapa memiliki perasaan tidak enak tentang hal ini.

"Albus?" Tanya Severus. Entah mengapa ia memiliki perasaan tidak nyaman mengenai Horcrux ketujuh milik sang Pangeran Kegelapan.

Dumbledore menghela nafas kembali, " Horcrux ketujuh milik Tom, sepertinya ia tidak sengaja membuatnya. Mungkin saja bahkan ia tidak tahu kalau Horcrux ketujuhnya ini ada."

Severus menaikkan sebelah alisnya. "Apa kau yakin dengan hal ini, Albus? Kau tahu sendiri sejenius apa sang Pangeran Kegelepan. Tidak mungkin ia tidak menyadari jika ada "kecelakaan" seperti ini."

"Benar sekali, tapi sayangnya, kali ini Tom benar-benar tidak mengetahui keberadaan Horcrux ketujuhnya ini. Ia tidak akan menyangkanya, karena Horcrux ketujuhnya, adalah Harry Potter."

"NO!" Teriak Severus. Wajahnya memucat setelah mendengar bahwa putra Lily kesayangannya, termasuk salah satu Horcrux milik sang Pangeran Kegelapan.

Harry membulatkan sepasang mata emeraldnya lebar-lebar. Ia.. memiliki pecahan jiwa Voldemort didalam dirinya? Tangan kanannya pun tanpa sadar memegang luka berbentuk petir yang berada di keningnya itu. Ia masih bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Severus kepada Albus. Ia tidak menyangka Severus malah akan marah.

"Awalnya aku hanya menerka saja, akan tetapi dengan semua hal yang terjadi di tahun ini, mengenai Harry yang bermimpi mengenai Departemen Misteri dan Sirius membuat dugaanku benar," Severus menatap Dumbledore agak curiga.

"Kau sudah menerka-nerka sejak awal?" Severus bisa melihat sepasang manik biru milik Dumbledore yang berkilat tajam sebelum kilatan itu menghilang seolah-olah tidak pernah ada disana.

"Akan kujelaskan hal itu dilain hari, Severus my boy. Lagipula, kau tidak perlu cemas dengan Harry. Aku sudah meminta tolong Percy dan Ronald Weasley untuk membantuku memastikan jika Harry tetap berada di 'jalan yang benar', dan tanpa kusangka ternyata Ginny Weasley juga ingin membantu kakaknya untuk menjaga Harry."

Harry mengepalkan tangan kanannya erat-erat. Rasanya ia ingin meninju suatu hal, lebih bagus jika ia bisa meninju wajah penyihir tua di balik tirai itu. Ia tidak menyangka bahwa Dumbledore menyuruh Ron, Ginny, dan Percy memata-matai dirinya.

Apakah pertemanannya dengan ketiga Weasley itu juga hanyalah akting saja?

Harry menggeram kembali dalam hati. Sepertinya sekarang ia mengerti alasan mengapa ia harus mengirimnya kembali kepada keluarga Dursley setiap tahun, atau setiap petualangan yang ia lewati di Hogwarts dan berbagai hal berbahaya lainnya, seperti posisinya sebagai juara keempat Piala Tri-Wizard tahun lalu.

Dumbledore ingin agar Horcrux yang ada dalam dirinya mati. Tapi tetap saja, dirinya juga akan mati!

Harry tidak menyangka betapa bodohnya ia bisa jatuh dengan mudahnya kedalam permainan manipulasi Dumbledore. Dan ia tidak pernah menyadarinya selama ini!

"Aku harus mencari tahu semua hal yang Dumbledore lakukan disemua hal yang berhubungan denganku. Oh Merlin, kenapa aku tidak bisa memiliki kehidupan yang normal, huh?" Pikir Harry sambil tertawa kecil dalam hati.

Well, ia keluar dari pekerjaannya menjadi seorang Penyelamat sekarang secara official. Seharusnya beban keselamatan seluruh dunia ini tidak berada dalam pundak anak berusia 15 tahun seperti dirinya!

Inilah saatnya Harry menentukan apa yang akan dan harus dilakukannya. Dumbledore tidak memiliki wewenang untuk mengatur kehidupannya, kecuali masalah sekolahnya.

Dan dengan pemikiran seperti itu, Harry mengizinkan dirinya ditarik kedalam alam bawah sadarnya.

Flashback End


Tengah malam di tanggal 25 Juli 1996 merupakan waktu yang tepat menurut Harry untuk menjalankan rencana yang telah ia rancang selama hampir dua bulan ini. Ia pun dengan perlahan dan diam-diam, mengumpulkan semua peralatan sekolahnya dan mengecilkan ukurannya dan ia masukan semuanya itu kedalam kantong celananya.

Harry pun memakai pakaian muggle terbaik yang ia punya. Well, sebenarnya pakaiannya cukup sederhana, hanya celana blue jeans, kaus polos berwarna biru tua dan sebuah jaket berwarna coklat tua. Kemudian Harry berjalan menuju kandang Hedwig dan membuka pintu kecil yang mengunci Hedwig didalam sana. Hedwig pun langsung pindah menuju pundak kiri Harry dengan riang.

"Berburulah terlebih dahulu dan setelahnya kau bisa mencariku lagi. Aku akan berada di salah satu Hotel di London, tapi kurasa kau bisa langsung pergi menuju The Burrow atau Longbottom Manor. Rumah milik Draco tidak terlalu aman untuk saat ini, ok girl?" Hedwig ber'hoot' pelan dan mengepakan sepasang sayapnya dan terbang menuju alam bebas. Harry pun mengecilkan ukuran kandang milik Hedwig dan berjalan pelan kearah kamar milik Vernon dan Petunia.

Dengan cepat dan lihai, Harry mampu mengambil tongkat sihirnya yang disimpan Vernon didalam laci kecil dekat Vernon. Harry menutup pintu dan menuruni tangga dengan cepat dan tanpa suara hingga akhirnya ia berhasil keluar dari rumah keluarga Dursley.

Udara bebas dan dingin pun menyambut wajahnya yang terlihat sangat gembira. Karena sekarang dia bebas!


Harry pun turun dari Knight Bus dan membayar 1 galleon 67 sickles untuk tujuannya malam ini. Ia bermalam di hotel bernama De Vere Selsdon Estate. Harry pun berbicara dengan sang resepsionis dan membooking sebuah kamar untuk seminggu.

Sesudahnya Harry menyerahkan Gringgots Cardnya yang ia dapatkan disaat umur nya 14 tahun. Kartu tersebut sudah dimantrai untuk terlihat dan beroperasi seperti kartu kredit yang dimiliki Muggle pada umumnya, namun bedanya adalah saldo yang ditarik langsung berasal dari akun milik Harry di Gringgots.

Akhirnya Harry pun memasuki kamarnya yang terlihat cukup megah untuk dirinya seorang. Lantai berkarpet, sebuah AC, sebuah kamar mandi dengan bathub yang memiliki desain elegan, sebuah ranjang queen size, dua buah single sofa, sebuah meja kecil, dan hal-hal lainnya yang biasanya berada dalam sebuah kamar Hotel.

Harry pun melepas sepatunya dan mengganti pakaiannya dengan sebuah kaos oblong berwarna putih dan celana panjang berbahan katun berwarna abu-abu dan setelah ia mencuci wajahnya, Harry melepas Glamournya.

Ia jadi terlihat lebih tinggi, rambutnya sedikit lebih panjang, namun tidak seberantakan rambutnya di tahun keempatnya, ia sedikit lebih berotot setelah ia melakukan banyak olah raga dari tahun ketiganya. Well, ia mulai memakai Glamournya dari tahun ketiga nya. Tahun tersebut adalah tahun dimana beberapa hal terjadi dan ah.. untuk malam ini ia ingin melupakan semua masalahnya dulu.

Harry pun merebahkan dirinya di ranjang queen size yang nyaman dan lembut itu, tidak seperti kasur lamanya di Privet Drive.

Harry tertawa pelan. Seharusnya ia sudah melakukan hal ini sejak dulu. Andai saja ia bersikeras mencari tahu semua hal tentang keluarganya dulu, pasti sudah dari lama ia akan meninggalkan kediaman Dursley.

Dan dengan pemikiran seperti itu, sepasang mata emerald itu pun perlahan menutup.


Tbc...

A/N : Reviewnya jangan lupa ya sodara2 XD Kalau mau tanya, jangan malu2 hehe. Dan sebenarnya bukan hanya karna harry baru tau dirinya adalah horcrux yang membuat harry memutuskan untuk "melepaskan diri" dari dumbledore, ada hal2 lainnya lagi hehe.. stay tuned and see ya on the next Chapter.

Untuk The Heir of Slytherin, aku mau rewrite dulu karena ternyata alurnya kecepetan dari ide awal aku dan mau ganti judul juga abisnya. Well, ga full 100% rewrite sih, paling ada chapter yang dimajuin atau dimundurin dan ada yang di replace dengan chapter baru juga.. hehe..