YOU

Declaimer :

Sejujurnya semua member NCT itu punya Tuhan dan orang tua masing-masing.

Genre : Drama

Warning : Fic ini mengandung tema B x B

...

Jaehyun menatap jendela kamarnya dengan pandangan sendu. Sudah seminggu ini doyoung menjauhinya.

Ditatapnya jendela kamarnya yang kini tertutup tirai berwarna jingga. Warna itu, entah kenapa warna itu mengingatkan Jaehyun pada pertemuannya dengan Doyoung seminggu yang lalu. Sebelum Doyoung menjauhinya.

Jaehyun memainkan gitar usangnya dengan bosan. Ia tampak memainkan gitar berwarna coklat itu dengan asal-asalan. Kepalanya menengadah keatas dengan kelopak mata yang tertutup. Jaehyun bosan, tapi ia tidak tahu harus melakukan apa.

Jaehyun menatap birunya langit yang terbentang entah seberapa jauhnya. Jaehyun tidak bisa menerka. Tapi yang pasti, Jaehyun sangat menyukai warna biru. Karna warna biru itu terlihat sangat tenang.

Kali ini Jaehyun memainkan gitarnya dengan benar. Jaehyun tidak tahu lagu siapa yang dimainkannya. Yang pasti kini Jaehyun memetik kunci C dan kemudian kunci-kunci gitar yang lainnya.

Merangkainya hingga menjadi melody indah yang entah kenapa terasa pas sekali dengan apa yang Jaehyun rasakan saat ini. Jaehyun menghela napas kecil, entah kenapa ia ingin bernyanyi sekarang.

Jaehyun menatap kedepan, dilihatnya pemuda didepan sana dengan pandangan teduh. Pemuda itu bernama Doyoung, sahabatnya.

Jaehyun tersenyum, jantungnya berdetak kencang. Jaehyun hanya menatapnya dari kejauhan. Tapi entah kenapa, hanya seperti itu saja ia sudah merasa senang.

Doyoung melihatnya, pandangan mereka tak sengaja bertemu. Doyoung tersenyum kearahnya. Tidak perduli jika ia diperhatikan banyak orang. Yang terpenting adalah senyum itu ditujukan hanya untuknya.

Jaehyun merasa kecewa saat pemuda yang terlihat seperti kelinci itu mengalihkan pandangannya dan menatap entah apa yang ada didepan sana.

Jaehyun menyukai Doyoung. Ah tidak itu semua salah, yang benar Jaehyun mencintai Doyoung. Ia sangat mencintai Doyoung melebihi rasa cinta pada dirinya sendiri.

Jaehyun sangat tahu perasaan ini salah. Tapi getaran di dadanya yang semakin membuncah membuatnya sangat tidak nyaman. Jaehyun ingin mengungkapkannya, tapi ia takut hubungan mereka berubah jauh setelah ini.

Jaehyun bertekat, ia akan mengatakannya secepat mungkin. Namun setelah, ia menyiapkan hatinya dan mentalnya.

Doyoung menatap Jaehyun dengan pandangan heran. Mereka duduk berdua di kursi taman, dengan Jaehyun yang terus menatap gitar usangnya dengan pandangan teduh dan senyum mengembang.

Jaehyun mengalihkan pandangan matanya kearah pemuda kelinci itu, membuat orang yang ditatap terkejut. Jaehyun tersenyum lembut, dengan lesung pipi yang membuat parasnya terlihat semakin tampan.

Doyoung menunduk, ia tidak berani menatap Jaehyun. Tatapannya terlalu kuat, Doyoung tidak sanggup melihatnya semakin lama.

Jaehyun memetik senar gitarnya memainkan sebuah lagu. Alunan gitar itu terdegar sangat indah dan merdu. Membuat hati Doyoung menghangat seketika.

" Hyung."

Jaehyun menatap doyoung dengan serius begitu alunan gitar yang dimainkannya selesai. Jaehyun menatap Doyoung sangat lama, mata hitamnya menembus jauh kedalam mata besar pemuda di hadapannya. Membuat orang yang ditatapnya merasakan gejolak aneh di dadanya.

" Aku mencintaimu."

Jahyun tersenyum begitu melihat reaksi doyoung. Itu hal yang wajar saja menurut Jaehyun, Jaehyun tahu itu.

" Jangan bercanda!"

" Apa aku terlihat bercanda hyung?"

" Kenapa?"l

Senyum Jaehyun luntur, sejujurnya ia sudah menyiapkan jawaban untuk mengantisipasi jika Doyoung bertanya seperti ini. Jaehyun tidak siap, semua kalimat yang sudah disusunnya jauh-jauh hari menghilang begitu saja.

Jaehyun merasa sangat bimbang sekarang. Bukannya ia tidak ingin mengatakan alasannya, ia hanya takut jika sikap Doyoung akan berubah nantinya.

" Entahlah hyung. Aku juga tidak tahu…"

Doyoung tidak berniat menyela perkataan Jaehyun. Ia tahu, bahkan sangat tahu jika pemuda tampan di depannya ini akan melanjutkan ucapannya.

" Perasaan ini muncul secara tiba-tiba. Jika kau bertanya sejak kapan. Mungkin sejak sepuluh tahun yang lalu. Benar, aku menyadarinya sejak sepuluh tahun lalu tepat disaat hari ulang tahunmu."

Doyoung terdiam, ia lebih memilih menundukkan kepalanya menghindari tatapan Jaehyun yang membuatnya semakin bergetar.

" Tapi ini salah Jae."

Doyoung menatap Jaehyun dengan mata berkaca-kaca. Sungguh, sejujurnya Doyoung juga mempunyai perasaan yang sama seperti Jaehyun. Tapi begitu melihat keadaan mereka berdua, Doyoung langsung menyerah.

" Aku tahu."

Jaehyun memeluk tubuh ramping itu dengan erat, ia dapat merasakan bahunya mulai basah. Doyoung menangis dengan kencang, dan itu membuat nyeri di dada Jaehyun semakin terasa mencekam.

Jaehyun mengecup surai hitam itu dengan lembut. Mencoba menenangkan pemuda yang satu tahun lebih tua darinya itu. Jaehyun mengeratkan pelukannya, dan mengelus punggung ringkih itu senyaman mungkin.

Tapi doyoung justru menolaknya, memberontak dan melepaskan semua kenyamanan yang telah diberikan olehnya. Jaehyun mencelos, ia sudah ditolak.

" J-jangan seperti itu lagi. Orang lain bisa salah paham."

" Maaf aku kelepasan."

Doyoung menggeser tubuhnya menjauhi Jaehyun, kini jarak mereka tak lebih dari satu ujung bangku ke ujung yang lain. Jaehyun menatap Doyoung dengan pandangan yang suli diartikan.

" Maaf Jae. Aku tidak bisa."

" Tidak apa-apa. Hyung tidak usah merasa bersalah seperti itu."

" Aku minta maaf Jae. Aku benar-benar maaf hiks."

" Tidak apa-apa."

" A-ku juga mencintaimu tapi kita tidak bias seperti ini. Maaf."

" Tidak apa-apa."

" Tolong jangan berkata seperti itu lagi! Kumohon."

" Tidak apa-apa hyung."

Tangis Doyoung pecah, ia berlari meninggalkan Jaehyun yang masih tersenyum melihat kepergiannya.

Jaehyun menengadah, menatap langit yang tadinya biru kini mulai menjingga. Bibir itu menyunggingkan senyum lembut. Jaehyun meremas dada dikirnya dengan keras.

Rasanya sakit, sakit sekali. rasa sakit ini bahkan lebih sakit dari semua rasa sakit yang pernah Jaehyun rasakan. Jaehyun menangis, dengan senyum mengembang. Senyum itu, sangat bertolak belakang dengan air mata dan keadaan hatinya yang meremuk.

TBC

Aku gak terlalu jago buat sad ending, tapi aku harap ini bagus. Sebentar lagi OSM udah mau tamat. Sebenarnya aku mau bikin sequel dari OSM. Tapi karena ide ini muncul duluan setelah aku dengerin sing for you nya exo maka jadi lah seperti ini.

Adakah yangmau reques pair lain? Jangan lupa RnR.

Salam sokyu