"Lihat, kau bahkan tak bisa menggapainya sedikitpun..."

Matou Sakura – gadis dengan helaian rambut berwarna ungu muda itu tak kuasa menutup mulutnya saat satu kalimat pendek dari sosok di belakangnya itu keluar tanpa nada. Hatinya seakan terasa dicabik-cabik oleh sesuatu yang tak ia tahu, saat pandangannya mendapati dua bayangan yang ia tahu tengah dalam satu tubuh di tangga sekolah, di malam hari.

Ya, malam hari. Disaat mereka bersembunyi di lantai atas dan mengintip Shirou di lantai bawah, disaat Sakura mencoba mengintip dengan kedua tangan yang bertumpu pada dinding pembatas...

Apa yang ia lihat kini seakan tak dapat ia percayai, meski kenyataan mengubah segalanya. Di sana, di tempat yang ia lihat saat ini, sang senpai tercinta, Emiya Shirou dengan tubuh gagahnya tanpa sehelai benang yang menutupi tengah menggagahi Tohsaka Rin yang menungging membelakanginya. Ya, gadis berambut hitam dikuncir dua itu tengah disetubuhi olehnya.

Tangannya meraih baju bagian dada kirinya, lalu meremasnya dengan keras, seakan tak dapat menahan apa yang saat ini ia rasakan. Air matanya jatuh ke sisi, ketika ia sadar bahwa cintanya pada Emiya Shirou tak akan pernah ia sampaikan. Ia menangis tanpa suara, sesekali matanya berkedip menghapus air mata yang menutupi pandangannya.

- Seolah hati berbicara Mengapa senpai melakukan ini padaku? Apa selama ini perlakuan spesialku tak pernah ada artinya bagi senpai? Atau ia tak pernah menyadari perasaanku sama sekali?

Semuanya tidak lebih dari pertanyaan yang tak akan pernah ada jawabannya.

"A-Ahh... Shi-Shirou..."

Sakura membelalakkan matanya, saat Emiya Shirou dalam pandangannya kini meraih payudara Rin dari belakang. Meremasnya sebagai pendorong nafsu syahwat yang merubungi tubuhnya ketika tusukan demi tusukan pada lubang depan Rin semakin kuat terasa. Sakura seakan tak percaya, jika Shirou bisa hal seperti ini.

- Lagipula, ia tak menyangka jika Shirou bakal melakukan ini pada Tohsaka Rin...

Bahkan di tempat seperti ini...

"I-ini...?!"

"Kau tahu kenyataannya sekarang bukan? senpai yang kau cintai itu tak akan pernah memberikan perhatian lebih padamu bodoh..."

Tepat di belakangnya – seorang remaja berambut ungu yang bernama Matou Shinji – membisikkan kalimat pilu itu di telinga Sakura, seakan meyakinkan Sakura bahwa cintanya tak akan pernah bisa ia gapai bahkan hingga ujung dunia sekalipun saat Shinji menunjukkan ini padanya, menunjukkan Shirou dan Tohsaka yang bersetubuh di tangga sekolah di malam hari. Shinji menyeringai, mengabaikan ekspresi apa yang kini ditampilkan Sakura.

"Ta-Tapi kakak! tapi –"

Shinji membungkam mulut Sakura dengan telapak tangannya, saat nada ucapan Sakura semakin meninggi, bersamaan dengan Shirou yang menusuk vagina Rin dengan tempo yang lebih cepat dari yang sebelumnya. Sakura mencoba melirik, mendapati Shinji yang mengedipkan sebelah matanya memberi sebuah kode yang dapat ia pahami.

"Lihat kesana, kau akan tahu sendiri ini akan berakhir seperti apa..."

Sakura mengalihkan pandangannya menuju arah yang ditunjuk Shinji, mendapati Shirou yang kini mempercepat temponya. Kedua tangannya kini menggenggam pergelangan tangan Rin yang tengah menungging membelakanginya. Berulang kali terdengar bunyi yang keras saat selangkangan Shirou terus dan terus menabrak Rin dari belakang. Semakin lama seakan semakin dalam.

"A-aaah~ Shirou... Aaaahnn..."

"U-uuh... Tohsaka..."

Dan dalam waktu yang tak berlangsung lama, dalam pandangan Sakura, dalam pandangan mata yang terlihat kecewa itu, tubuh Shirou menegang sempurna, dengan penis yang menusuk masuk sangat dalam di dalam tubuh Rin. Menumpahkan cairan putih kental dalam tubuh Rin dengan skala yang cukup banyak. Bahkan Sakura dapat melihat cairan putih itu meleleh dari celah vagina seorang Tohsaka Rin.

Sakura kecewa, Sakura terluka, Sakura seakan tak lagi memiliki harapan untuk bisa menggapai seorang Emiya Shirou dalam pelukannya. Tubuhnya melemas namun masih dapat menyeimbangkan keseimbangan tubuhnya. Ia tak menyangka, ia tak akan pernah menyangka hal ini bisa dapat terjadi –

- bahkan di depan matanya sendiri!

"Sakura..."

"Mmmmhh?!"

Sakura mengerenyit, saat Shinji mencoba menyentuh tubuhnya. Satu tangan yang mencoba meremas dadanya dari luar baju dengan keadaan mulut yang tak bisa mengeluarkan suara. Sakura murka. Ia mencoba menggigit tangan Shinji yang membungkam mulutnya, namun sebelum itu, Shinji melepasnya dan mencekik lehernya pelan.

"Kakak?! Apa-apaan?!"

"Diam kau pelacur sialan... kau tak tahu bagaimana perasaanku saat melihat Tohsaka disetubuhi si sialan itu!"

"Ka-kakak?"

"Sebagai gantinya, biarkan aku menyutubuhimu, jalang..."

"Ti-tidaak –"

Mulut Sakura kembali dibungkam, saat ia mencoba berteriak sekuat mungkin agar Shirou dapat mendengarnya, agar Shirou dapat melihatnya dan menghampirinya. Namun nyatanya? Si pria berambut merah itu malah kembali melanjutkan kegiatan bejatnya pada Rin dengan gaya yang berbeda.

Sakura membelalakkan matanya, ketika tangan Shinji turun hingga masuk ke dalam rok yang ia kenakan dan menyeruak masuk ke dalam celana dalam yang ia kenakan, bersamaan dengan Shirou yang perlahan menusuk Rin melalui lubang analnya.

Sakura menitikkan air mata...

Ia tak pernah berpikir jika ia akan berakhir seperti ini...

"Mmmmmhhh!"

Sakura mencoba berteriak sekuat tenaga ketika satu jari tangan Shinji masuk ke dalam tubuhnya. Tubuhnya menegang. Kedua pahanya seakan terasa lemas saat Shinji memainkan jarinya pada lubang vaginanya. Sakura menoleh, mendapati Shinji yang menyeringai padanya.

"Mmmmmhh?!"

"Apa huh? Kau pikir dengan berteriak, Emiya sialan itu bakal menghampirimu?"

"Mmmmhh!"

"Hahah tolol... lihat ke depan sana... kau pikir Emiya bisa mendengar suaramu dari sini?"

Shinji benar. Apa yang baru dikatakan Shinji memang benar. Melihat Shirou saat ini, Sakura tak yakin jika suaranya bakal mencapai ke gendang telinga pemuda berambut merah itu. Apa yang ia rasakan saat ini tidak lebih dari perasaan kecewa dan sedih yang melanda.

"Mmhh?!"

Sakura kembali terkejut saat Shinji mencoba menurunkan rok dan celana dalamnya dengan satu tangan hingga ke lutut . Sakura mencoba melawan, Sakura mencoba melepaskan diri dari Shinji yang hendak mencoba memperkosanya. Namun apa daya, tenaganya tak dapat melepas tubuhnya dari cengkraman Shinji.

"Gadis bodoh... lebih baik kau nikmati pemandangan indah di depan matamu itu..."

Menuruti apa yang dikatakan Shinji, Sakura terdiam melihat Shirou dengan ekspresinya yang ia perlihatkan saat ini, mendapati sosok sang senpai tercinta yang tengah menganal Rin dari belakang, memperlihatkan ekspresi akan kepuasan yang tiada tara saat penisnya serasa dijepit oleh dinding anus sempit milik seorang Tohsaka Rin.

Sakura terdiam, Sakura tak lagi bicara, Sakura kini telah menggantungkan harapannya pada langit.

Sakura seakan berpikir bahwa ia tak akan pernah bisa mendapatkan senpai tercintanya dalam pelukannya, ketika ia sadar bahwa Shirou lebih condong kepada Rin. Bahkan kini mereka tengah bercinta di depan matanya!

"U-Uh... Shirou..."

"Tohsaka... Uh..."

Bersamaan dalam sahutan demi sahutan desahan yang dikeluarkan Rin maupun Shirou, Sakura memasang ekspresi pasrah saat Shinji kini menggesek-gesek penisnya pada belahan pantatnya. Sesekali mengenai anusnya hingga membuatnya berjengit kaget.

Sakura seakan tak melawan sama sekali – ia tahu. Jika ia melawan, ia tak akan bisa menang – saat tangan kiri Shinji meraih tangan kirinya yang bertumpu pada dinding pembatas, membawa lengannya ke belakang tubuhnya dengan maksud mengunci tangan Sakura agar gadis itu tak dapat melawan pada Shinji.

"A-Aaaaaa... A-Aaahhnn...Aaaaaa... Kakak... Uu-uuhh..."

Sakura tak kuasa menahan tangisnya, saat Sakura menahan rasa sakit yang ia alami kala Shinji mencoba menusukkan penisnya pada vagina Sakura yang masih belum terjamah oleh siapapun. Darah mengalir di sisi, dan turun melalui pahanya saat setengah penis Shinji masuk dengan paksa di dalam tubuh Sakura. Sakura pasrah. Sakura sadar bahwa dirinya tak lagi suci akibat ketidakmampuannya. Disamping itu, Shinji menyeringai iblis.

*Sleb!*

"A-Aaaaaaaaahh..."

Shinji mendorong penisnya hingga masuk sepenuhnya ke dalam lubang vagina Sakura, membuat gadis itu berteriak kecil ketika rasa nyeri dan ngilu masih menempel pada vaginanya. Kedua pahanya terlihat bergetar, seakan tak sanggup untuk berdiri.

Sakura menundukkan kepalanya, memejamkan matanya dan mengutuk dirinya sendiri akibat ia tak bisa melakukan apapun terhadap Shinji yang memperkosanya dari belakang. Ia bahkan tak bisa melawan saat Shinji mencoba memompa penisnya di dalam tubuhnya. Tangan kirinya dikunci. Hanya tangan kanannya yang bertumpu pada dinding pembatas lah yang membuatnya kini masih mampu untuk berdiri.

*Sleb! Sleb!*

"A-Aaah... Aaaah... kakak... A-aaahh..."

Sakura mendongakkan kepalanya keatas, memperlihatkan ekspresi pasrahnya kala penis Shinji masuk ke dalam dan menyentuh dinding rahimnya. Tangan kanan Shinji mencoba meremas dadanya dari luar bajunya, membuat Sakura tak dapat menahan desahannya lebih lama lagi.

Bunyi keras yang diakibatkan oleh Shinji yang secara terus menerus menusuk vaginanya dari belakang terdengar begitu nyaring – meski Shirou dan Rin tak menyadari bahwa ada dua sosok yang tengah melakukan hal yang sama dengan apa yang mereka lakukan saat ini -. Sakura tak dapat melawan. Bahkan vaginanya kini terasa berdenyut dan seakan ingin mengeluarkan sesuatu yang tak bisa ia tahan lebih lama. Namun meskipun begitu, Shinji terus menyodok vaginanya lebih dalam dan tak membiarkan Sakura dapat mengambil waktu istirahat sedikitpun.

"A-Aaah... Ka-kakak... A-aku tak tahan lagi..."

"Aaaaaaaaaaahhhhmmpppp..."

Sakura mencapai puncaknya yang pertama saat Shinji melepas penisnya dari vagina Sakura. Shinji membungkam mulutnya hingga membuat desahannya terdengar tertahan, dengan maksud agar Rin dan Shirou yang berada di dekat mereka tak menyadari keberadaan mereka berdua. Kedua lutut Sakura seakan tak dapat menopang tubuhnya hingga tubuhnya turun ke bawah dengan posisi menungging bersamaan dengan telapak tangan Shinji yang tak lagi membungkam mulutnya. Nafasnya terengah-engah, sesekali agak sulit mengambil nafas dalam posisinya yang sekarang.

- Dan di belakangnya, Shinji menyeringai bagai iblis. Shinji berlutut di belakang Sakura, memposisikan penisnya di depan vagina Sakura lalu mencoba menekan masuk ke dalam tubuh Sakura. Sakura mengigit bibirnya menahan desahannya agar tak keluar. Ia benar-benar tak bisa bertahan lebih lama. Ditusuk setelah mencapai puncaknya yang pertama agak nyeri terasa bagi Sakura.

*Sleb!*

"U-uuuhh..."

Sakura menenggelamkan wajahnya pada lantai, membiarkan air mata kesedihannya membasahi lantai sekolah. Tubuhnya menegang hebat saat penis Shinji masuk sepenuhnya di dalam tubuhnya dan memakan waktu beberapa detik, sebelum akhirnya Shinji memompanya dan mengeluarkan suara decakan yang terdengar erotis di telinga.

*Pcaak! Pcaak!*

Shinji semakin menggila. Berulang kali ia menusuk, lalu menarik kembali penisnya di dalam vagina Sakura yang masih terasa sempit. Sakura tak kuasa menahan desahannya dengan air mata yang jatuh di sisi. Bahkan kini, kedua tangan Sakura ditarik oleh Shinji, membuat tubuh Sakura terangkat dan terlihat seperti posisi menungging membelakangi Shinji.

Dada yang tidak terlalu besar itu berulang kali berguncang hebat kala tusukan Shinji semakin terasa kuat. Sakura pasrah. Ia tak mampu melawan. Apa yang bisa ia lakukan kini adalah pasrah pada keadaan dan menikmati apa yang kini ia rasakan meski sulit untuk bisa ia terima.

"A-aaahh... Ka-kak..."

"Pelacur sialan... ini benar-benar membuatku puas!"

"He-hentikan ini... uuuh... kakak..."

Shinji tak menggubris apa yang baru saja dikatakan Sakura. Sebaliknya, Shinji malah mempercepat tempo permainannya. Menusukkan penisnya pada vagina Sakura lebih cepat dari yang sebelumnya. Penisnya seakan berdenyut di dalam tubuh Sakura, pertanda bahwa ia akan mencapai klimaks yang telah ia tunggu-tunggu.

"A-Aahh... Kakak... ini agak membuatku sakit... A-aaahh..."

"Sakura... U-uuhh... aku akan keluar di dalam tubuhmu..."

"Ti-tidak...! ja-jangan lakukan...!"

Sakura mencoba melepas diri dari cengkraman Shinji. Namun mau bagaimanapun usaha yang ia lakukan, ia tak bisa melepaskan kedua tangannya dari genggaman Shinji. Vaginanya yang sedari tadi ditusuk dan ditusuk secara berulang kali membuatnya tak memiliki banyak tenaga. Ia benar-benar merasa lemas di satu sisi.

- Hingga akhirnya Shinji hampir mencapai puncaknya. Shinji menancapkan penisnya lebih dalam pada tubuh Sakura, bahkan hingga menyentuh dinding rahimnya –

*Sprooouutt!*

- lalu memuntahkan cairan putih kental nan hangat ke dalam vagina Sakura. Gadis itu membelalakkan matanya terkejut. Air matanya jatuh dari sisi. Niat diri mencoba melawan dan melepaskan diri. Namun apa daya tenaga Shinji masih jauh lebih kuat darinya meski ia baru saja mencapai puncaknya.

"A-Aahh... kau benar-benar nikmat, Sakura..."

"A-Aaaahh... Ka-kakak..."

Sakura kembali mengeluarkan desahan pendeknya, saat Shinji mencabut penisnya dari lubang depannya. Tubuhnya ambruk ke lantai saat Shinji melepas cengkraman tangannya. Cairan putih kental perlahan keluar dari vaginanya dan menetes ke lantai. Tubuhnya benar-benar terasa lemas tak bertenaga.

Kebejatan Shinji tak hanya sampai disitu saja. Perlahan ia mencoba mengintip dari dinding pembatas, mendapati Shirou dan Rin yang masih asik dengan persetubuhannya meski dengan gaya yang berbeda. Shinji mengulas senyum licik. Pandangannya berfokus pada Sakura, gadis yang telungkup di lantai itu.

Membungkukkan badannya, Shinji perlahan melebarkan kedua bokong Sakura dengan kedua tangannya, memperlihatkan lubang anusnnya yang menyempit. Sakura tentu saja terkejut. Namun sebelum sempat ia menoleh, ia terpaksa kembali menenggelamkan kepalanya pada lantai saat Shinji memaksa telunjuknya masuk ke dalam lubang anusnya.

"Aaaaa... Ka-kakak... itu sakit... u-uuh..."

Shinji tersenyum simpul. Perlahan ia menarik telunjuknya dari lubang anal Sakura saat telunjuknya sebelumnya telah masuk setengahnya. Memposisikan diri di atas tubuh Sakura yang telungkup, Shinji memegang penisnya, mengarahkannya pada lubang anal Sakura yang terlihat begitu sempit. Namun sebelum itu, ia mencoba menggesek-gesekkannya terlebih dahulu pada belahan pantat Sakura.

"A-Aaah... kakak... tolong jangan lakukan..."

"Kau berisik sekali lacur sialan... cukup diam dan nikmati saja..."

Shinji mendorong tubuhnya, memaksa penisnya masuk ke dalam lubang belakang Sakura yang begitu sempit untuk dimasuki. Sakura memejamkan matanya dengan ekspresi kesakitan. Hendak berteriak namun sebelum itu mulutnya dibungkam Shinji dengan satu tangannya.

"Mmmmmmhhh! Mmmmmmhhhhh!"

"Ah! Sialan! Tak kusangka jika akan sesempit ini"

Perlakuan Shinji semakin keras terasa, membuat Sakura tak kuasa mengeluarkan air mata yang jatuh ke sisi, hingga menyentuh tangan Shinji yang membungkam mulutnya. Kepala penis Shinji masuk di dalam anusnya, memaksa Sakura untuk menahan rasa sakit yang ia rasakan. Agak nyeri dan ngilu dalam waktu yang sama.

Menyadari itu, seketika Shinji langsung mendorong pinggulnya sekuat mungkin hingga penisnya masuk ke dalam lubang anus Sakura sepenuhnya. Terasa begitu sempit, bahkan lebih sempit dibanding lubang vagina Sakura. Namun di satu sisi, lubang anal Sakura jauh lebih nikmat terasa. Shinji terdiam beberapa detik dan sadar bahwa tangannya yang menutupi mulut Sakura kini dibasahi dengan air mata, lalu menarik tangannya kembali.

"Ka-Kakak..."

Seakan tak peduli sama sekali, Shinji mencabut penisnya dari anus Sakura, membuat sang empunya merasa perih di satu sisi, lalu kembali Shinji tusukkan anus Sakura dengan penisnya kembali. Itu terulang beberapa kali hingga lubang belakang Sakura agak melebar sedikit.

"A-Aah... Aaaaaah... Ka-kakak..."

"Kau berisik sekali sialan!" Shinji seketika menarik kedua tangan Sakura hingga membuat gadis yang tak lagi suci itu berubah posisi menjadi menungging membelakangi Shinji. Penis Shinji masih tertancap di lubang belakangnya, bahkan sesekali dapat Sakura dengar desisan Shinji saat kakaknya itu merasakan denyutan yang begitu nikmat menjepit penisnya di dalam lubang belakang Sakura.

*Sleeb! Slap! Sleb!*

Shinji terus menghantamkan selangkangannya pada bokong Sakura, membiarkan Penisnya keluar lalu masuk ke dalam tubuh Sakura dengan kasar. Desahan diikuti dengan air mata terlihat agak memilukan. Bahkan kini, Sakura pasrah pada apa yang kini ia alami.

Sesekali Shinji menampar pantatnya saat kakaknya itu tidak puas hanya dengan menyetubuhinya saja, seakan memberi arti bahwa Sakura tidak lebih dari seorang pelacur baginya. Satu tangannya kini terulur ke depan, mencoba meraih lalu meremas dada Sakura dari belakang hingga membuat Sakura mendesah. Sesekali Sakura mengigit bibirnya saat Shinji meremas payudaranya dengan kuat.

Selang beberapa menit, Shinji hendak mencapai puncaknya. Pergerakannya menjadi lebih cepat hingga membuat Sakura sulit untuk mengimbanginya. Bahkan, anusnya terasa panas akibat penis Shinji yang menggesek dinding anusnya dengan kecepatan yang gila.

*Sprouuuut!*

Sakura membelalakkan matanya saat Shinji mencapai puncaknya. Mengeluarkan cairan putih kental dalam anusnya. Shinji lalu mencabut penisnya dari lubang anal Sakura, tanpa peduli pada benih yang ia tanamkan pada Sakura kini menetes keluar hingga ke lantai.

"A-Aaaahh... Aaaah... Shi-Shirou..."

"To-Tohsaka... A-Akuu..."

Sakura dan Shinji terdiam saat desahan dengan nada suara yang berbeda itu saling bersahutan, memaksa Shinji mengintip dari balik dinding pembatas diikuti dengan Sakura yang mencoba merayap naik meski tubuhnya terasa lemas. Dan disaat yang sama, mereka terkejut atas apa yang mereka lihat.

- Shinji mengeluarkan spermanya di dalam tubuh Rin yang menungging membelakanginya, bahkan hingga menetes keluar saking banyaknya. Namun bukan itu yang membuat mereka berdua terkejut. Tohsaka Rin – gadis berambut hitam berkuncir dua itu kini telanjang dengan tubuh yang dipenuhi dengan cairan putih kental yang menempel di sekujur tubuhnya.

Shinji terperangah melihat itu, sebelum akhirnya memasang wajah benci...

"Emiya bangsat..."

"Ka-kakak?"

"..."

*Grep!*

"Ka-Kakak?!"

"Mulai sekarang, kau akan menjadi pelacurku, Sakura..."

"Ti-tida - Hmmmppphhh!"

Dan setelah itu, Shinji membungkam mulut Sakura dan menarik tubuh gadis itu ke suatu tempat, meninggalkan Shirou dan Rin yang terbaring lemas di tangga sekolah.

.

.

.

.


- S.A.K.U.R.A

Disclaimer : Type-Moon [Ini hanyalah sebuah fanfiction. Dibuat hanya untuk kesenangan semata dengan diselipkan maksud yang terselubung]

Tags : Smut, PwP, Netorare, Anal, Incest[?], Eksplisit, Rate M for Big Reason, dll

Happy Reading!


.

.

.

.


- Fin –


A/N :: And ya..? sebelumnya saya sampaikan ucapan maaf pada penghuni fandom karena saya menodai fandom kalian dengan smut plus taburan NTR yang keras ini /awkakwakkawkak

Tapi mau bagaimana lagi? Hampir kebanyakan Female Chara dari Fate Series itu penampilannya pada menggoda iman semua sih. Bahkan beberapa ada yang macam pelacur /Digebugin /RunNigga!

Dan satu hal yang perlu diperhatikan, tolong abaikan plotnya, karena saya membuat ini tidak lebih untuk membuat bacol yang bagus untuk kalian selaku reader. Bahkan bisa dibilang, endingnya agak maksa [Mau bilang apa? Bacol kok tulisan gitu? Bodo amat. Malah ini hitung-hitung nambah daya imajinasi kalian daripada nonton bokep yang kadang bikin konsentrasi jadi menurun]

Well. Untuk kedepannya, keknya diri ini bakalan ngisi salah satu kapal di fandom besar sih. Tapi yah... doakan aja mampir ke fandom yang lain lagi /Innocent

Akhir kata, salam~ Jangan ditahan kalo pucuk kepala dah basah ya!

Bye Bee~

.

.

Sign : Fhaana [Dalam versi sisi mesumnya]