Seluruh hak cipta penulisan adalah milik saya. Kisah dan karakter para tokoh tidak mencerminkan kehidupan aslinya. Semuanya ditulis atas imajinasi saya sendiri.

[Happy Reading]

--0--

PART 1--0--

"Eunha! Ayolah cepat. Nanti kita akan tertinggal busnya," ucap seorang gadis.

"Tunggulah sebentar Yujin! Kau tak lihat aku sedang mengikat sepatu huh!" dengus gadis yang tadi dipanggil Eunha itu.

"Ayolah,cepat Eunha!" ucap Yujin.

"Ya ya ya. Ayo!" ucap Eunha sambil menarik tangan Yujin.

Kedua gadis itupun berlari menuju halte. Tak sampai 15 menit,mereka telah berada dihalte bersamaan dengan orang-orang yang memang sedang menunggu bus. Eunha dan Yujin langsung duduk disalah satu bangku halte itu sambil menarik nafas karena kelelahan berlari. Akhirnya,bus yang mereka tunggu pun datang.

20 menit kemudian,mereka telah sampai di kampus.

"Huh,untung saja gerbangnya belum ditutup!" ucap Eunha.

"Sudahlah cepat! Sebentar lagi masuk. Lebih baik kita segera ke kelas. Kalau kita sampai telat,pasti Mr.Cho akan menceramahi kita," ujar Yujin.

"Huft kenapa Yorin dan Nemi tidak membangunkan kita tadi pagi?! Mungkin kita tidak perlu berlari apalagi mereka tidak menyiapkan sarapan untuk kita," gerutu Eunha.

Mereka berduapun duduk dibangkunya. Tak lama kemudian,Mr. Cho datang.

"Pagi semua," sapa Mr.Cho

"Pagi Mr," jawab mahasiswa secara serempak.

"Baiklah,sekarang kita akan membahas mengenai..."

Skip~~

Teng Teng Teng

"Baiklah,karena waktu mengajar saya dikelas ini telah selesai,kita akan lanjutkan dipertemuan berikutnya. See you," ucap Mr.Cho sambil keluar kelas.

@Kantin

"Ya Yorin! Nemi! Kenapa kalian tak membangunkan kami huh? Kenapa kalian meninggalkan kami? Kalian juga tidak menyiapkan sarapan," Eunha terus mengoceh saat Yorin dan Nemi duduk dihadapannya. Sedangkan yang diajak bicara hanya tersenyum sambil menampilkan barisan giginya.

"Mian Eunha. Kami lupa eoh," ucap gadis yang berambut pirang-Yorin- itu.

"Kami ada tugas dan kami lupa tidak meminjam buku diperpustakaan. Makanya kami pergi terlebih dahulu," ucap gadis yang berambut ikal panjang-Nemi-

"Sudahlah Eunha,lebih baik habiskan makananmu itu. Tapi kalau kau tidak mau,berikan padaku," ucap Yujin.

"Enak saja! Aku sangat lapar Yujin!" jawab Eunha.

Merekapun meneruskan makan dengan diselingi beberapa obrolan. Terkadang mereka juga tertawa atas lelucon dari Yorin ataupun cerita kecerobohan Eunha.

"Eh,bagaimana kalau kita uji nyali," ucap Nemi tiba-tiba.

Sedangkan Eunha dan yang lainnya menatap Nemi dengan pandangan seolah-olah berkata..

'Uji nyali apa?'

"Kemarin aku mendengar obrolan geng EXO. Dan mereka katanya telah melakukan uji nyali digereja yang dekat dengan apartemen kita. Kata Chanyeol disana sangat seru dan menegangkan. Aku sangat penasaran. Aku juga ingin melakukannya!" ucap Nemi.

"Lalu?" tanya Yujin.

"Ya kita juga akan melakukan uji nyali itu. Masa kita kalah sih sama mereka. Kita juga kan suka melakukan hal yang menegangkan. Jadi apa salahnya mencoba," tambah Yorin.

"Tidak tidak! Aku tidak mau ikut! Gereja itu kan tidak ada yang mengurusnya. Bagaimana kalau ada hantu dikuil itu? Atau vamvire atau mungkin goblin atau-" ucapan Eunha terpotong oleh Yujin.

"Cih dasar Eunha penakut. Ayolah mereka tidak ada. Itu hanya khayalanmu saja," ucap Yujin.

"Aku tetap tidak mau! Kalian saja yang pergi," ucap Eunha.

"Kau yakin mau kami tinggal sendiri diapartemen Eunha?" tanya Yorin.

"A-aku..aku berani," ucap Eunha gugup.

"Baiklah kalau itu maumu. Tapi kalau ada apa-apa jangan menghubungi kami eoh," ucap Yorin.

Sedangkan Eunha hanya diam. Keringat dingin mulai turun dari dahinya.

"Aku yakin," ucapnya tegas.

--0--

"Ya Yujin! Sebenarnya kau mau membawaku kemana hah?!" tanya Eunha.

"Aku mau membawamu ke gereja," ucap Yujin enteng. Eunha membulatkan matanya dan berhenti berjalan.

"Kau gila huh?! Ini sudah malam! Mau apa kita ke gereja?" tanya Eunha.

"Tentu saja untuk uji nyali," ucap seseorang yang ada didepan mereka.

"Oh ayolah Yorin,aku tidak mau! Jangan memaksaku," pinta Eunha.

"Semuanya akan baik-baik saja Eunha," ucap Nemi dan diberi anggukan oleh Yorin dan Yujin.

"Eum..tapi kalian tak boleh meninggalkanku," ucap Eunha pelan. Ketiga temannya pun tersenyum dan mengangguk.

--0--

Didalam gereja...

"I-ini sa-sangat mena-kutkan," ucap Eunha terbata.

Gereja itu tidak terlalu luas. Arsitekturnya terlihat kuno. Dindingnya banyak yang terkelupas. Dan pencahayaannya pun sangat minim.

"Ini biasa saja. Apanya yang menegangkan yah? Jangan-jangan si tiang listrik itu membohongi kita," ucap Nemi.

"Hmm. Kau benar,Nemi." ucap Yorin lesu.

"Bagaimana kalau kita berpencar?" ucap Yujin dan diberi anggukan oleh yang lainnya,minus Eunha. Eunha menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak setuju. Tetapi tidak dipedulikan oleh teman-temannya.

Kreet

"Bu-bunyi apa itu?" tanya Eunha.

Tapi tidak ada yang menjawab. Eunha pun menengok ke arah teman-temanya. Tapi nihil. Teman-temannya tidak ada.

"Ka-kalian kemana?" Eunha pun melihat sekelilingnya. Badannya sudah bergetar. Eunha pun berjongkok dan menutup wajahnya. Tubuhnya masih bergetar dan terdengar isakan kecil.

"Hiks..Hiks"

Teman-temannya belum juga kembali. Dia tidak berani membuka tangan yang menutupi wajahnya. Hawa dingin mulai Eunha rasakan. Tubuhnya semakin bergetar. Tiba-tiba ada yang menyentuhnya dari belakang...

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa" teriak Eunha.

"Hei ini kami," ternyata itu adalah ketiga temannya. Eunha langsung memeluk Yujin.

"Ja-jangan..tinggalkan aku... La-gi hiks," ucap Eunha.

"Mian Eunha. Kami tidak akan meninggalkanmu lagi," ucap Yujin.

Mereka bertiga merasa bersalah karena tadi meninggalkan Eunha. Padahal Eunha orangnya penakut. Misalnya saat Eunha akan pergi ke WC dia harus diantar,jika menonton film horror dia harus berada ditengah.

"Sudah ya Eunha jangan menangis lagi," ucap Nemi menenangkan.

Eunha mengangguk dan mulai tenang. Dan saat dia menengok ke arah altar,disana terlihat seorang pemuda.

"KAU SIAPA?" teriak Eunha.

"Maksudmu apa Eunha?" tanya Yujin bingung. Tapi bukan hanya Yujin yang bingung, Nemi dan Yorin pun terlihat bingung.

"Itu siapa? Itu yang disana?" tunjuk Eunha ke arah altar. Pemuda yang ada dialtar tersenyum kepada Eunha.

"Mana? Disini hanya ada kita Eunha. Tidak ada siapa-siapa lagi." ucap Yorin. Eunha mengalihkan pandangannya kepada teman-temannya dan melihat ke altar lagi. Nihil. Disana sudah tidak ada siapa-siapa.

"Ta-tadi dia ada dialtar," ucap Eunha.

"Sudahlah lebih baik kita pulang. Ini sudah pukul 11 malam. Nanti kita kesiangan berangkat ke kampus," ucap Yujin. Mereka pun bergegas ke apartemen. Yup. Mereka berempat tinggal bersama.

Sesampainya di apartemen mereka langsung menanyakan hal yang tadi kepada Eunha.

"Aku melihat pemuda itu dialtar. Kira-kira tingginya seperti Chanyeol. Rambutnya hitam,kulitnya seputih susu. Dia juga tersenyum kearah kita," ucap Eunha.

"Tapi bukankah kita sudah berkeliling gereja? Disana hanya ada kucing dan beberapa kelelawar" ucap Yorin.

"Jangan..jangan.." ucap mereka serempak. Mereka saling pandang dan tiba-tiba hawa dingin terasa menyentuh kulit mereka. Mereka pun langsung menarik selimut sampai ke kepala mereka. Mereka mencoba untuk tidur. Eunha terlihat gelisah. Dia tidak bisa tidur. Dia pun menutup matanya berusaha tidur.

--0--

Terlihat seorang gadis yang sedang melihat pantulan dirinya di cermin. Gadis itu memakai longdress berwana putih. Dikepalanya terpasang mahkota yang terbuat dari rangkaian bunga. Dia terlihat sangat cantik.

"Aku dimana?" tanya gadis itu yang tak lain adalah Eunha.

Tiba-tiba pintu yang ada diruangan itu terbuka. Entah keberanian darimana,gadis itu mulai berjalan ke arah pintu yang ternyata pintu itu menuju altar. Diatas altar,terlihat seorang laki-laki yang sangat tampan dalam balutan tuxido putihnya. Laki-laki itu tersenyum kepada Eunha dan mengulurkan tangannya. Eunha menerimanya meskipun banyak pertanyaan yang ingin dilontarkannya. Dalam sekejap seorang pastur ada didepan mereka berdua.

"Dengan ini saya menyatakan bahwa kalian telah resmi menjadi pasangan suami-istri," ucap sang pastur.

Eunha mengerutkan keningnya tanda tak mengerti. Diapun menoleh kearah laki-laki yang ada disampingnya.

"Kau siapa? Dan sedang apa aku disini?" tanya Eunha.

"Aku suamimu. Dan kita sedang diacara pernikahan kita tentunya," ucap laki-laki itu sambil tersenyum.

"Suami? Aku tidak mengenalmu dan bagaimana aku bisa menikah denganmu?" tanya Eunha.

"Kau ingat laki-laki yang ada dialtar gereja tak terurus itu? Akulah orangnya. Kau bisa memanggilku Sehun. Dan kita menikah karena aku mencintaimu. Sekarang pakailah cincin ini." ucap Sehun sambil memasangkan cincin emas putih yang sangat cantik dan pas dijari manis Eunha. Eunha hanya diam mematung melihat itu.

"Sekarang kau milikku. Tidak akan ada seorang pun yang bisa mengambilmu dariku. Istriku" ucap Sehun. Lelaki yang mengaku dirinya Sehun pun mencium kening Eunha dengan penuh perasaan.

--0--

"Eunha! Bangun!" ucap seseorang. Eunha pun membuka matanya. Tubuhnya berkeringat.

"Cuma mimpi" ucap Eunha pelan.

"Kau baik-baik saja? Kau dari tadi kami bangunkan tak bangun-bangun," ucap Yorin.

"Sudahlah. Lebih baik kau segera mandi Eunha." ucap Nemi.

Eunha pun bergegas mandi. Setelah selesai dia keluar dan sudah memakai pakaian untuk pergi ke kampus. Eunha duduk dimeja makan disamping Yujin. Mereka mulai makan.

"Kenapa sendok dan garfu itu melayang?" ucap Eunha.

"Sendok apa? Kamu aneh sekali" ucap Nemi.

"Tapi itu-"

"Kamu hanya berhalusinasi setelah melihat hantu kemarin mungkin," ucap Yujin.

"Mungkin. Kalau begitu aku berangkat duluan," ucap Eunha.

"Eh,tapi-"

"Bye"

--0--

Eunha tiba dikampus sangat pagi. Hanya beberapa mahasiswa yang sudah datang. Eunha pun pergi ke kelasnya. Kelasnya kosong belum ada siapapun. Diapun akhirnya memilih pergi ketaman belakang kampus. Dia pun mengeluarkan notebooknya untuk meneruskan novel yang sedang dia tulis. Dan saat dihalaman kosong tiba-tiba ada sebuah tulisan yang muncul.

-Selamat pagi Eunha-

"A-apa ini? Siapa yang menulisnya?"

-Aku Sehun,suamimu! Tadi malam kita telah melangsungkan pernikahan kita Eunha-

"Se-hun? Suami?! Apa maksudnya?" ucap Eunha. Keringat dingin mulai bercucuran. Hawa dingin pun mulai menusuk kulitnya.

- Aku memang suamimu,Eunha sayang. Aku pria yang kau lihat digereja tak terurus itu Eunha. Apa kau melupakanku? Melupakan pernikahan kita?-

'Gereja? Pria? Suami? Pernikahan?' pikir Eunha.

"Jadi tadi malam aku tidak bermimpi menikah? Tapi itu sungguhan?" gumam Eunha.

-Yup istriku. Tadi malam kita telah menikah-

"Ja-jadi kau ha-hantu yang a-aku li-hat digereja?" tanya Eunha.

-Iya Eunha! Aku hantu penunggu gereja itu-

"Aaaaaaaaaaa..." Eunha berteriak dan melempar notebooknya ke tanah. Dan saat itu juga kesadarannya hilang.

--0--

"Engh..."

Eunha mengerjapkan mata indahnya. Ia melihat sekitarnya yang berwarna putih yang ia yakini adalah UKS kampusnya karena tercium bau obat-obatan.

-Kau sudah bangun Eunha! Syukurlah,aku sangat senang. Maafkan aku karena telah menakutimu Eunha. Aku sungguh sangat menyesal telah membuatmu takut-

Eunha mengerjap-ngerjapkan matanya melihat dinding yang tadinya putih bersih lalu dalam sekejap terdapat tulisan yang Eunha yakini adalah tulisan hantu yang mengaku sebagai suaminya.

"Ka-kau Se-hun?" tanya Eunha terbata.

-Iya ini aku,Sehun-

"Kenapa kau selalu mengikutiku?!" ucap Eunha dengan nada tinggi. Tanpa sadar,air matanya turun.

-Kumohon jangan menangis Eunha. Aku tak sanggup melihatmu menangis. Aku hanya ingin menjaga istriku. Aku ingin kau baik-baik saja Eunha-

"Apa buktinya kalau aku adalah istrimu huh?! Apa?!" bentak Eunha. Untungnya ruangan ini kedap suara,jadi orang yang berada diluar ruangan ini tidak akan mendengar teriakan Eunha.

-Lihatlah dijari manismu-

Eunha pun melihat jari manisnya. Ia tercengang melihat sebuah cincin emas putih bermatakan 3 berlian warna biru laut dengan ukuran kecil ditengahnya yang sangat pas dijarinya.

"I-ini tidak mungkin" ucap Eunha dengan lirih.

-Tapi itu memang kenyataannya Eunha-

Eunha pun menutup wajahnya deng kedua tangan mungilnya. Dia menangis sesenggukan. Dia tidak habis pikir,bagaimana dia menikah dengan pria hantu yang ia lihat kemarin.

Ceklek

Pintu UKS terbuka menampilkan 3 sosok perempuan yang tak lain adalah sahabat Eunha. Ketiganya tampak kaget melihat Eunha yang tengah menangis. Mereka pun menghampiri dan langsung memeluk Eunha.

"Kenapa kau menangis? Apakah ada yang sakit?" tanya Yujin khawatir.

Eunha hanya menggeleng lemah. Perlahan Eunha mulai tenang. Ia pun membuka tangan yang menutupi wajahnya. Mata Eunha memerah dan sembab serta hidungnya juga memerah.

'Aku tidak mungkin menceritakannya pada kalian. Maafkan aku' pikir Eunha.

--0--

Sekarang Eunha tidak tinggal bersama sahabatnya lagi. Dia memilih tinggal diapartemen kakaknya. Eunha juga sudah tidak shock lagi apabila melihat tulisan yang tiba-tiba muncul. Malah sekarang melihat tulisan itu adalah hobbynya.

Tebece