"Eomma Jaehyun berangkat dulu ! Eomma baik-baik di rumah ya !"
Teriak seorang remaja 16 tahun dari teras rumahnya, tangannya sibuk mengikat tali sepatu dengan tergesa, mulutnya berkomat kamit mengulang kata 'cepat' berkali-kali. Ia lantas bergegas mengambil sepeda kesayangannya dipekarangan rumah, mengayuhnya terburu-buru.
Jaehyun adalah anak tunggal, tapi ayahnya sudah tiada sejak ia berusia 4 tahun. Ia dibesarkan sang Ibu seorang diri. Ibunya biasa membuat kue dan menjualnya ke pedagang dipasar.
Brukk!
"Aww..woi! yang bener dong kalo nyetir ! belagu banget sih !" Jaehyun bersungut. pasalnya ia di serempet mobil sport merah hingga tersungkur, bahkan lututnya lecet parah.
Mobil sport tersebut berhenti, seorang pemuda mengenakan seragam yang sama dengan Jaehyun berjalan menghampiri remaja 16 tahun itu. Wajahnya tampan dan berkarisma, mulutnya sibuk mengunyah permen karet.
"Kamu gak papa kan ?" dengan santainya ia bertanya, membuat Jaehyun naik pitam.
"Kamu masih bisa nanya gitu ? tsk... aku gak bisa jalan tau!" semburnya sambil menunjuk lututnya yang lecet. "Dan liat nasib sepedaku ! kamu harus tanggung jawab !" Kali ini ia menunjuk sepedanya yang bengkok di bagian roda depan.
"Yaudah ntar aku suruh orang bawa sepeda kamu kebengkel, sekarang bangun."
"Bantuin dong !" Jaehyun masih sewot, sementara si tersangka memutar bola mata malas. Tetapi ia tetap mengulurkan tangannya.
"Kamu ikut mobil aku aja, kayaknya kita satu sekolah."
"Emang harus gitu. kan kamu harus tanggung jawab sampai tuntas, makannya lain kali kalo nyetir ati-ati ! atau kamu baru bisa nyetir ya ?!"
"Enak aja. uda gak usa bawel cepet masuk !"
"Tiwai !"
Pemuda yang dipanggil Tiwai menoleh dan tersenyum kecil sambil melambai.
"Eh tadi gue liat lu dateng ama seseorang ke sekolah, siapa ?" sebut saja dia Yuta, sahabat karib Tiwai aka Taeyong.
"Gue juga gak tau namanya, kayaknya anak kelas satu, gue nabrak dia dijalanan, nah karena gue cowok keren ya gue harus tanggung jawab, untung sekolah kita sama, jadi gak ribet urusannya." Jelas Taeyong yang di balas anggukkan mengerti oleh Yuta.
"Hari ini latihan ngeband gak ?" Yuta bertanya lagi.
"Kayaknya gak bisa Yut, pulang sekolah gue musti nganterin nyokap ke dokter, demam."
"Oh yaudah kalo gitu lusa ya ? ntar gue kasih tau anak-anak yang lain."
"Sip. Kantin yuk !"
"lu bayarin ya..."
"kebiasaan lu ! Ayok !"
"Jae kaki kamu kenapa ? kok jalannya pincang gitu ?" Marklee, salah satu sahabat baik Jaehyun bertanya khawatir.
"Jatoh Mark, keserempet mobil."
"Ya ampun parah nggak ? sini duduk cepet" Mark menuntun Jaehyun ke bangkunya. Mark sangat perduli pada Jaehyun sejak mereka saling mengenal, ia sudah menganggap Jaehyun seperti saudara kandungnya sendiri.
"Makasi ya Mark " Jaehyun tersenyum sambil mencubit pipi Mark.
"Kok bisa si kamu keserempet mobil, kamu ngalamun ya ?"
"Enggaklah. Ini tu salah si anime itu tu, naik mobil mepet mepet gak jelas, ancur deh lutut sama sepedaku !"
"Anime ?" Mark garuk-garuk kepala bingung.
"Iya, yang nabrak aku mukanya kayak anime, dia sekolah disini juga kok, tapi kayaknya senior kita"
"Apa mungkin maksud kamu Taeyong sunbae ?"
"Ah aku gak tau siapa namanya, aku lupa nanya "
"Setau aku disekolah ini yang mukanya kaya tokoh-tokoh manhwa ya cuma Taeyong sunbae "
"Iya kali, au ah. pulang nanti nebeng ya Mark ?"
"Beres"
Taeyong memperhatikan Jaehyun dari jauh, ada rasa iba melihat Jaehyun berjalan kesusahan karena ulahnya, ia mengambil ponsel dari sakunya dan menghubungi seseorang.
"Gimana pak Kim ? Sepedanya uda beres ?"
"Oke sip, tolong nanti pak Kim anterin sepeda itu ke rumah temen saya, nanti saya sms alamatnya "
"Yaudah makasih pak "
Taeyong bergegas menghampiri Jaehyun yang kini duduk direrumputan taman sekolah seorang diri dengan sebuah komik di tangannya.
"Hei" sapanya kaku. Jaehyun mendongak, lalu kembali fokus membaca komik.
"Mau apa ?" jutek Jaehyun
"Kok masih marah sih, kan aku uda tanggung jawab, jangan marah-marah gitu dong."
"Ya nggak segampang itu, gara-gara kamu sepeda kesayanganku dan satu-satunya kendaraan yang aku punya ancur !" Jaehyun masih tak mau menatap Taeyong. Taeyong tersenyum lantas duduk disamping Jaehyun, membuat si pemuda berwajah manis itu mengalihkan pandangnnya ke samping.
"Aku kesini cuma mau nanya alamat rumah kamu..."
Jaehyun memincingkan sebelah matanya.
"Sepeda kamu udah jadi dan normal lagi, jadi aku mau nyuruh orang buat nganterin ke rumah kamu, makannya aku butuh alamat rumah kamu, gitu " Jelas Taeyong menatap Jaehyun lembut.
"Bener sepedaku uda normal lagi ?"
"Hu'um"
"Yayy ! Makasi ya "
"sama-sama"
"Eh tunggu, ngapain aku makasih, kan kamu yang ngerusakin, jadi uda seharusnya kamu benerin, aku nggak jadi bilang makasih deh." Gerutu Jaehyun dan sukses membuat Taeyong sweatdrop.
"Ya udah gak papa, mana alamatnya "
Jaehyun mengambil notebook kecil dan pena dari saku celananya. Sementara ia sibuk menulis, Taeyong terus memperhatikannya dengan seksama, sesekali tersungging senyum kecil di bibirnya, entah apa yang ia pikirkan.
"Nih alamatnya, pasti'in sepedaku sampe dirumahku ya, awas kalo gak"
"Kalo gak kenapa ?" Taeyong berniat menggoda Jaehyun.
"Ya kamu beliin aku sepeda barulah "
Taeyong terkekeh geli, sementara Jaehyun cemberut, mulutnya sudah mancung menyamai hidung.
"Napa ketawa ? gak ada yang lucu !"
"Kamu lucu..." Taeyong mengusap kepala Jaehyun sebelum beranjak pergi. Meninggalkan Jaehyun yang mendadak menjadi es batu.
tbc...
