Tittle: Better Than I Know Myself
Casts: Kim Jongin, Oh Sehun, and Park Chanyeol
Author: kimjongkai-ssi (Rin)
Warning: typos, error!plot, and too much drama (is this should be in warning?)
.
.::HAPPY READING::.
.
Pertama kali Sehun bertemu dengan Jongin, ketika ia berumur sepuluh tahun.
"Namamu Oh Sehun? Aku Kim Jongin. Mari kita berteman!"
Sehun masih ingat dengan kalimat yang Jongin lontarkan waktu itu, dengan suaranya yang pelan tetapi ―entah bagaimana― juga menggemaskan. Tangan kecilnya terulur, menunggu sambutan tangan Sehun, dan walaupun ia tidak mendapatkannya, karena Sehun hanya memberi tatapan tidak suka ke arahnya, Jongin tetap tersenyum lebar.
Seingat Sehun, dulu Jongin berkulit gelap, hingga ia dijuluki 'anak hitam' oleh beberapa teman sekolahnya yang nakal. Bibirnya terlalu tebal dan besar untuk wajah kecilnya. Dengan potongan poni aneh yang panjangnya hampir menutupi separuh wajahnya.
Tetapi Jongin yang sekarang berdiri di depan Sehun adalah Jongin yang cantik; dengan kulit tan yang menggoda, bibir penuh berwarna kemerahan, dan rambut halus yang diwarnai menjadi dark brown.
Sesuatu yang tetap melekat dan tidak berubah dalam diri Jongin adalah sikapnya, yang periang dan terkadang pemalu, yang selalu tersenyum simpul dan sopan kepada siapapun.
"Hun-ah?" suara Jongin masih selembut yang Sehun ingat, walaupun sekarang agak sedikit berat, tetapi kesan menggemaskan masih saja terdengar.
Jongin mendengus, sambil mengerucutkan bibirnya, ketika Sehun tidak memberinya respon sama sekali, "Jika kau memanggilku hanya untuk berdiri di sini, maka aku lebih baik pergi. Pekerjaanku masih banyak di dapur."
"Tinggalkan pekerjaanmu." sahut Sehun seenaknya. Nadanya ketus dan terkesan memerintah. "Aku perlu teman sekarang."
Wajah sebal Jongin digantikan dengan ekspresi khawatir. "K-kau ada masalah dengan Tuan Besar lagi?" tanyanya dengan suara pelan, berhati-hati; ia tak mau menyinggung perasaan Sehun.
Sehun lagi-lagi tidak menjawab. Tetapi Jongin cukup tahu bahwa diamnya itu adalah sebuah jawaban mengiyakan.
Mereka sudah kenal dan tinggal serumah selama delapan tahun, jadi jangan heran jika mereka bisa memahami satu sama lain dengan baik. Meskipun Jongin hanyalah anak dari salah satu pembantu di kediamannya, Sehun tetap dekat dengannya. Mereka sudah seperti saudara, yang selalu berbagi tentang apa saja.
Jongin terkesiap ketika ia menyadari sebuah memar kebiruan yang agak membengkak terlihat di lengan kanan Sehun, kontras dengan kulitnya yang putih pucat. Ia mendekat ke arah Sehun ―yang duduk di tepi ranjangnya― dan bersimpuh di lantai.
Tidak perlu melihat dua kali untuk tahu jika itu sebuah lebam baru.
"A-aku akan mengambilkan air hangat untukmu." Jongin meringis melihat lebam di tangan sahabat sekaligus majikannya itu. Pasti itu sakit sekali.
Jongin berlari seperti orang kesetanan menuju dapur. Ia tak ingin membuat Sehun menunggu terlalu lama, apalagi mengingat luka lebamnya yang perlu segera dikompres itu.
Tak sampai lima menit, Jongin kembali, dengan sebuah baskom berisi penuh air hangat, dan handuk kecil. Tanpa banyak bicara, ia duduk di samping Sehun, meletakkan lengan yang membiru miliknya ke pangkuannya, dan dengan hati-hati mengompresnya.
Jongin tak perlu bertanya kenapa, ia sudah tahu jawaban tentang lebam itu.
Sejak Sehun kecil, ayahnya selalu ringan tangan terhadapnya. Tetapi itu hanya terjadi jika ibunya tidak ada di samping mereka. Karena jika ibunya di sana, ayahnya itu akan bersikap seolah-olah Sehun adalah orang yang paling berharga baginya.
Hal itu berlangsung hingga sekarang, walaupun tidak sesering dulu. Dan Jongin adalah satu-satunya orang selain ayah dan anak itu yang tahu tentang masalah ini.
Jongin ingat sekali, saat pertama kali ia mengetahui perlakuan kasar ayah Sehun, ia berlari dan memeluk Sehun erat sambil menangis sesenggukan. Dan setelahnya, ia tak bisa bersikap biasa lagi terhadap beliau. Jongin berani bertaruh jika pria itu menyadarinya, dan tahu jika Jongin melihat apa yang dilakukannya kepada anak semata-wayangnya itu, tetapi ia terlalu tidak peduli untuk sekedar meminta Jongin untuk tutup mulut.
Hari itu pula, adalah hari dimana seorang Oh Sehun menerima pertemanan dari Jongin, setelah lebih dari tiga bulan menjauhinya.
"Kau mau aku mengambilkan air putih hangat? Atau kau mau aku membuatkanmu bubur?"
Sehun hanya diam, memperhatikan gerak-gerik Jongin yang sedang membereskan baskom kecil dan handuknya itu.
"Hun?"
Jongin tersenyum simpul, tangannya mengelus pelipis Sehun dengan sayang.
"Kurasa kau sepertinya mau istirahat?"
Sehun mengangguk.
"Baiklah. Jika kau ada perlu, segera panggil aku."
.::.
Jongin sedang membereskan dapur ketika suara lembut dan anggun ibu Sehun memanggilnya. Ia cepat-cepat mencuci tangan, dan tanpa peduli, mengeringkannya di baju kaosnya, sebelum menghampiri wanita itu dengan langkah tergesa.
Ibu Sehun berdiri di tengah ruang tamu. Di sampingnya ada seorang laki-laki, bertubuh tinggi dengan wajah tampan, yang sepertinya lebih tua setidaknya dua tahun dari Jongin.
"Ini Chanyeol, Park Chanyeol. Ia akan bekerja di garasi, mengurus dan merawat mobil dan sepeda motor." jelasnya sambil tersenyum simpul. Wanita itu mendorong bahu Chanyeol dengan lembut, memberinya isyarat untuk memulai perkenalan dengan Jongin.
"Aku Chanyeol. Senang berkenalan denganmu. Aku mohon bantuannya." Chanyeol terlihat canggung, dan Jongin hanya tertawa kecil melihatnya. "Aku Jongin. Apa aku boleh memanggilmu hyung? Kau sepertinya lebih tua dariku?"
Chanyeol mengangguk dengan sebuah senyum, yang kali ini tidak terlihat terlalu dipaksakan.
Dan setelah perkenalan singkat itu, ibu Sehun meminta Jongin menunjukkan kediaman keluarga Oh itu pada Chanyeol, karena ia harus segera pergi ke perusahaannya untuk sebuah jadwal meeting dengan klien.
Jongin mengajaknya berkeliling, dan mereka mengobrol banyak saat melakukannya.
Chanyeol bercerita tentang dirinya. Tentang bagaimana ia kesulitan mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan uang kuliahnya, tentang kesukaannya dengan gitar dan rap, tentang pekerjaannya di bengkel saat ia sekolah menengah.
Dan Jongin juga menceritakan tentang dirinya. Tentang ibunya yang dulu bekerja di kediaman Oh, hingga akhirnya empat tahun lalu beliau meninggal, dan Jongin meneruskan pekerjaannya, tentang rasa sukanya terhadap menari, ia bahkan menceritakan saat ia mengikuti les balet ketika berumur tujuh tahun.
"Aku tak menyangka kau tipe orang yang banyak bicara." ucap Jongin sambil terkikik, "Kau canggung sekali saat kita berkenalan barusan, hyung."
Chanyeol menggedikkan bahu.
"Entahlah. Aku hanya merasa tidak nyaman, kurasa. Kau tahu, ini pertama kalinya bagiku; tinggal dengan banyak orang dan bekerja di rumah seseorang, maksudku."
"Kau pasti akan beradaptasi dengan cepat, hyung."
"Yah, kuharap begitu." sahut Chanyeol dengan senyum lebar. "Hey, datanglah ke garasi sesekali. Aku akan mengajarimu tentang mobil dan mesin jika kau mau."
Jongin mengangguk. "Tentu, jika aku ada waktu."
Garasi kediaman Oh memang terletak berpisah dari kediaman utama, dan jaraknya lumayan jauh. Jongin merasa kasihan juga dengan Chanyeol, namja itu harus tinggal di kamar yang ada di samping garasi, dan mengurus koleksi mobil dan sepeda motor keluarga Oh, yang sebagian besarnya adalah milik Sehun, seorang diri.
"Aku tidak percaya jika keluarga ini punya lebih dari selusin mobil mewah dan empat buah motor sport." keluh Chanyeol sambil memijat pelipisnya. Pekerjaannya pasti membutuhkan waktu cukup lama, dan ketelitian yang lebih, mengingat jenis mobil dan motor yang terparkir rapi di sana bukanlah jenis yang sembarangan.
Jongin pamit pergi setelah mereka mengobrol beberapa saat di garasi, karena Sehun menelponnya, dan meminta ―memerintahkan― Jongin untuk cepat menemuinya.
"Kenapa lama sekali?"
Sehun memang tipe orang yang tidak sabaran, dan terkadang Jongin kesal dengan sifatnya itu.
"Aku ke garasi barusan. Lenganmu sudah baikan?"
Sehun hanya menjawab dengan sebuah anggukan. Tetapi cukup untuk membuat Jongin menghela nafas lega; jujur saja, setiap kali Sehun mendapat lebam atau luka dari ayahnya, Jongin cemas setengah mati.
"Kau mau makan bubur? Aku sudah membuatkannya untukmu."
"Baiklah. Tapi cepat, tidak usah lama-lama."
Bubur buatan Jongin adalah makanan favorit Sehun, walaupun ia tak pernah mengatakannya. Jadi setiap kali ia bermasalah dengan ayahnya, Sehun sedikit merasa agak senang, karena itu artinya Jongin akan perhatian dan menempel dengannya sepanjang hari, juga memasakkan dan menyuapinya bubur hangat.
"Kau itu seperti bayi besar yang manja, kau tahu?" gerutu Jongin sambil memberikan secangkir air hangat pada Sehun.
"Aku tidak peduli."
Jongin memutar bola matanya, "Kau tidak malu selalu disuapi olehku?"
Sehun menggeleng, dan tersenyum, "Tidak."
"Dasar menyusahkan."
"Terserah."
Sehun memang terkadang kekanakan dan semaunya sendiri. Tetapi pada akhirnya, Jongin akan selalu menuruti apa kata namja itu, tanpa mengeluh dan menolak.
Jongin sadar, sikap Sehun itu hanya sebuah cara untuk mendapatkan apa yang selama ini diinginkannya; kasih sayang. Tentu, ibunya menyayangi Sehun lebih dari apapun juga, namun wanita itu terlalu larut dengan pekerjaannya, membuat sisa waktunya untuk bersama puteranya hampir tidak ada. Sedangkan ayahnya tidak peduli, beliau lebih suka menghabiskan waktu diluar rumah, entah kemana dan untuk apa.
.::.
Suara kendaraan membangunkan tidur Jongin. Jam dindingnya masih menunjukkan pukul tiga pagi. Siapa yang pergi dini hari begini? pikirnya.
Jongin mengambil senter kecil dari meja nakas, dan berjalan perlahan menuju garasi. Dari kejauhan, ia bisa melihat salah satu mobil Sehun berhenti di depan garasi dalam keadaan mesin menyala. Dan ketika ia mendekat, Jongin bisa melihat tubuh tinggi Sehun di pintu garasi, memasang gembok, dengan tergesa.
"Hun?" suara Jongin terdengar tidak yakin. Tetapi sekarang masih pukul tiga pagi, keadaannya masih cukup sunyi untuk membuat suara Jongin terdengar sampai ke tempat Sehun berdiri.
Sehun berbalik dan melihat ke arah Jongin selama beberapa detik, sebelum berlari memasuki mobilnya, dan melaju kencang meninggalkan namja itu sendirian.
Sedangkan Jongin, ia hanya bisa berdiri mematung, menatap ke arah dimana mobil Sehun menghilang di balik pagar beberapa detik lalu.
Jongin tak tahu berapa lama ia berdiri di sana, menatap titik yang sama, seperti orang idiot. Pikiran-pikirannya yang sibuk menebak-nebak tentang Sehun; apa yang dilakukan namja itu, kemana perginya, untuk apa.
Seharusnya Jongin tidak terlalu mempermasalahkan, jika sahabatnya itu punya satu atau dua rahasia kecil yang hanya dimilikinya seorang diri ―tanpa diketahui oleh siapapun―, tetapi ini adalah Sehun, namja itu sudah lebih dari sahabat bagi Jongin, entah apa nama ikatan yang tepat untuk menggambarkan hubungan mereka, tetapi Jongin yakin betul kalau kata sahabat tidak cukup untuk itu.
"Jongin-ah?" suara berat dan tepukan di pundak Jongin membuat namja itu tersadar dari lamunannya. Ia sedikit menoleh, mendapati sebuah tangan besar memegangi pundak kecilnya, dan tanpa melihat wajahnya, Jongin tahu itu Chanyeol.
Chanyeol memberi Jongin sebuah senyum lebar, dan entah kenapa, Jongin merasa tidak terlalu nyaman melihatnya. Entahlah, Jongin merasa senyum Chanyeol itu terlalu hangat dan bersinar, membuatnya mengingat rumah, ibu, dan ayahnya. Sekonyol-konyolnya kedengarannya itu, tetapi percayalah, Jongin sungguh merasakan hal aneh itu memasuki bagian terdalam hatinya.
"Kenapa kau berdiri sendirian di sini, hm?"
Jongin terlihat ragu, ia menimbang-nimbang, haruskah ia memberitahu Chanyeol?
"A-aku melihat Sehun pergi." jawabnya tanpa memandang ke wajah Chanyeol, kepalanya menunduk, dengan suara pelan yang ―entah Chanyeol mengkhayal atau apa― terdengar sedih.
Penglihatan Jongin mengabur, air matanya sudah hampir menyeruak keluar dari pelupuknya. Dan Chanyeol yang melihat mata Jongin yang berkaca-kaca itu menjadi panik sendiri. Ia memang pernah menghadapi orang lain menangis sebelumnya, tetapi itu adalah kakak perempuan dan sahabatnya. Tak pernah sebelumnya Chanyeol menghadapi situasi seperti sekarang: harus menenangkan orang yang baru dikenalnya yang hampir menangis.
"Hey, Jongin-ah." panggil Chanyeol, suaranya terdengar lembut dan hati-hati di telinga Jongin, membuatnya mendongak dan menatap tepat ke mata bulat Chanyeol, "Kumohon, jangan menangis."
Sepertinya Chanyeol salah bicara, karena detik berikutnya, air mata Jongin malah jatuh satu per satu, membasahi pipinya. Jongin menangis dalam diam, itu satu hal yang Chanyeol syukuri, hanya ada air mata yang menetes, tanpa raungan atau isakan nyaring.
Insting Chanyeol memberitahunya untuk memeluk Jongin, yang lalu ia sungguh lakukan.
Jongin, yang benar-benar kaget dengan pelukan tiba-tiba Chanyeol, hanya bisa terdiam di dalam lengan Chanyeol. Air matanya masih mengalir, tetapi sesuatu terselip ke dalam perasaannya. Pelukan Chanyeol terasa nyaman baginya, dan itu membuatnya tenang, entah bagaimana. Perasaan yang barusan dirasakannya, apakah itu rasa aman?
"Kau tak seharusnya menangisinya." bisik Chanyeol tepat di samping telinga Jongin, nafas hangatnya menyapu permukaan kulit tan namja yang berada di pelukannya itu, membuat Jongin agak merinding, entah kenapa.
Jongin mengangguk kecil, namun perasaannya berkecamuk. Chanyeol benar, Sehun hanya pergi, pukul tiga pagi, tanpa memberitahunya apa-apa, melarikan diri darinya. Seharusnya Jongin tidak terlalu memikirnya, seharusnya Jongin tidak merasa sedih, karena bahkan Jongin tak tahu pasti Sehun menganggapnya sebagai apa.
"Aku juga t-tidak tahu kenapa aku m-menangis, hyung." suara Jongin bergetar, "Itu terjadi b-begitu saja."
Tangan Chanyeol mengusap punggung Jongin dengan lembut. Memiliki Jongin di dalam pelukannya ternyata tidak terlalu buruk. Tubuh Jongin terasa pas di rengkuhannya, tidak terlalu kecil atau besar. Dan Chanyeol menyukainya.
"Shh. Sudahlah. Kau bisa bicarakan semuanya denganku. Aku akan membantumu. Jadi berhentilah menangis. Semua akan baik-baik saja."
Menurut Jongin, Chanyeol terlalu baik. Ia baru mengenal Jongin kemarin, dan sudah berbicara seolah mereka berteman lama, bahkan mau menenangkannya dan memberinya pelukan.
Jongin menghapus sisa air matanya dengan punggung tangannya. Ia menyunggingkan sebuah senyum kecil untuk Chanyeol.
"Terima kasih, hyung. Aku.. benar-benar merasa lebih baik."
Chanyeol mengusak rambut Jongin dengan gemas, seolah Jongin adalah adik laki-laki kecilnya.
"Anytime, Jongin-ah. Jangan ragu untuk memanggilku jika kau perlu teman bicara, ne?"
.::.
Jongin menemani Chanyeol bekerja di garasi seharian, membantu namja tinggi itu untuk membersihkan mobil, dan seperti janji Chanyeol kemarin, ia benar-benar mengajari Jongin tentang mesin; nama dan juga fungsinya, walaupun Jongin sama sekali tak bisa mengingatnya lebih dari lima menit. Ia jadi heran, kenapa Chanyeol betah mengerjakan pekerjaan rumit semacam ini, tetapi lagi, jika Chanyeol ditanya bagaimana menurutnya jika ia bekerja di dapur dan bertugas membersihkan rumah, hal itu jauh lebih merepotkan.
"Untung saja aku tidak bekerja di garasi. Sungguh melelahkan." gumam Jongin sambil meminum es jeruk yang dibuatnya beberapa saat lalu, untuknya dan Chanyeol. Ia duduk berselonjoran, bersandar di dinding kayu garasi besar itu, dan memanggil Chanyeol untuk bergabung dengannya.
Chanyeol dengan senang hati menuruti permintaan Jongin, mengambil gelas kaca berisi air jeruk yang terlihat segar sekali itu, lalu duduk di sebelahnya. Namja itu menyeka keringat, lalu tersenyum lebar ke arah Jongin, berterima kasih kepada namja yang lebih muda itu atas minumannya.
"Hyung?" Jongin memanggil Chanyeol ragu, tangannya sibuk memainkan gelas yang masih berisi setengah di genggamannya, dengan kepala menunduk. Sedangkan Chanyeol berbalik, duduk menghadapnya, dan menyahut dengan sebuah gumaman.
"Menurut hyung, menyukai teman dekat sendiri, apakah itu salah?" Chanyeol bisa melihat wajah Jongin yang berubah murung, dengan sorotan mata sedih, tatapannya menerawang, entah memikirkan apa.
Tangan Chanyeol terulur, dan berhenti di puncak kepala Jongin. Ia mengelus rambut kecoklatan milik namja tan itu, rambutnya halus sekali, seperti rambut bayi.
"Apa kita bicara tentang Sehun sekarang?"
Mata Jongin membulat lucu, wajahnya terlihat kaget.
"A-aku tidak b-bilang kalau i-ini tentang S-Sehun."
Chanyeol tertawa kecil.
"H-hyung! Jawab saja pertanyaanku! Jangan tertawa!"
Pandangan Chanyeol terlihat teduh, ketika Jongin memberanikan diri mendongakkan kepalanya, dan menatap ke mata bulat milik Chanyeol.
"Itu sama sekali tidak salah, setidaknya menurutku. Rasa suka ―cinta― tak bisa kau atur; kepada siapa, bagaimana, kenapa. Perasaan itu benar-benar perasaan paling gila yang akan pernah kau rasakan, percayalah padaku, kau bahkan tak bisa memikirkan dirimu sendiri lagi karenanya. Jadi, Jongin, aku ingin bertanya padamu."
"Ya, hyung?"
"Aku tahu kalau mencintai seseorang akan terasa menyenangkan, tetapi hanya jika seseorang itu pantas untuk perasaan paling berhargamu itu. Jadi, apa menurutmu Sehun pantas menerima perasaanmu?"
Jongin tiba-tiba merasa tidak nyaman.
"A-aku tidak tahu maksudmu, hyung."
"Maksudku, apa dia cukup baik untukmu?"
Ingin sekali Jongin menertawakan pertanyaan Chanyeol, yang menurutnya, konyol sekali itu.
Sehun adalah orang yang lebih dari kata cukup baik. Dia namja sempurna.
"Tentu saja. Bagiku dia yang terbaik."
"Lalu.. apa kau yakin dia juga menganggapmu sebagai yang terbaik pula?"
Jongin terdiam.
Kejadian tadi pagi terputar di otaknya. Sehun bahkan berlari darinya, tak mau menegurnya, tak mau menjelaskan tentang apa yang terjadi. Ia hanya menjauh dari Jongin tanpa peduli.
Jongin bahkan tidak tahu apakah itu kejadian pergi-dari-rumah-pukul-tiga-pagi yang pertama kalinya atau bukan. Jongin baru pindah menempati tempat tidur baru, yang terletak paling dekat dengan garasi, kemarin. Jika tidak karena itu, Jongin tak akan pernah tahu Sehun pergi di pagi buta seperti itu.
Dan ia berpikir lagi. Sehun merupakan sebuah kesempurnaan, dia tampan dan kaya raya, semua orang pasti menginginkannya. Sebaliknya, Jongin hanya seorang namja miskin yang bekerja sebagai pembantu di keluarga Oh.
Saat itu, untuk pertama kalinya, Jongin sadar, harapannya untuk setidaknya dianggap oleh Sehun benar-benar sangat tipis.
.
.
.::To be continued::.
.
.
Note: Rin baru kali ini nulis ff chaptered, jadi mohon maaf kalau ff ini masih banyak kekurangannya. Buat pasangannya Jongin, Rin belum nentuin antara Sehun ataupun Chanyeol, so anyone have any ideas? Gini deh, vote aja ya, selipin nama pairing yang kalian mau (Hunkai atau Chankai) di komen kalian, yang paling banyak votenya nanti kemungkinan bakal dijadiin pasangan Jongin di ff ini c;
Maaf ya, Rin ngga bisa sering update, 'cause I'm stuck with some tasks. Tugas kuliah berasa ngga ada habisnya, Rin jadi agak susah buat ngeluangin waktu untuk nulis ;_;
Ff ini kemungkinan bakal Rin update ke chap 2 kalau reviewnya udah lebih dari 20 ya ~\(^o^)/~
Review are loved! \(_^)/
.::.
Balasan review 'Fall in Love With A Prostitute'
Jongin48: idenya kementok :c mian ya, nanti dibikinin deh ChanKai yg ga singkat2 lg hehe makasih udah review yaaa ^^
Oneofakindgurl: doh seneng deh kalo chingu sukaaa kkk~ maaf ya msh bnyk kurangnya ffnya ;_; thanks for review-ing chingu-ya c:
Kamong Jjong: plis bgt yeol dikatain idiot :'D makasih reviewnya yaaa c;
mole13: ngga ada ide nih buat sequel, miaaan :c makasih udah review ya ^^
KaiNieris: kemungkinan ga ada sequel, blm ada ide sama sekali, mian ;_; thanks reviewnya ^^
chotaein816: seneng deh dikatain keren /?/ iya ini jugak mulai nulis chankai lg meskipun ada hunkai juga heuheu /slapped/ thanks reviewnya ya ^o^
laxyovrds: thanks for the opinion chingu-ya, maaf bnyk kekurangannya, Rin masih author baru soalnya kkk ._.v makasih reviewnya ya ^^
putrifibrianti96: iya, sekali2 lah ukenya yg dominan kkk ditunggu ya Kriskai atau Hankai nya, kalo ada waktu nanti Rin bikin deh ouo thanks for review-ing ^o^
aldi . loveydovey: / iya iya kkk thanks untuk reviewnyaa c:
uthienz . keykimkibum: ini Rin coba bikin chaptered ff, biar ga pendek lg kkk ^o^b makasih reviewnya ya c;
Mizukami Sakura-chan: thanks for the support chingu-ya, tp syg bgt keknya ga ada sequel ;_; ide Rin kementok :c thanks reviewnya ya btw ^^b
GaemCloud347: heu thanks chingu-ya _ makasih jg buat reviewnya yaaa ^o^
EXO-L's GL: lanjut apaan deng ._. /slapped/ wkwk thanks reviewnya ya c:
Chankaiuye: thankyouuuu /squeals/ makasih reviewnya yaaa c;
Rinirhm30: but sadly, kayaknya ga ada sequel (/_T) thanks reviewnya chingu-ya ^^
HoMin 'EL: doh flattered bgt dibilang gitu kkk thanks reviewnya chingu-yaa ^o^b
.::.
