Crying

Created by mygloryday

Hyungseob merasa sesak hingga airmata itu mengalir deras dari kedua matanya.


Malam ini terasa begitu dingin.

Di dalam apartemen minimalis tersebut, sesosok pemuda manis meringkuk di atas sofa sembari mendekap sebuah bingkai foto. Tubuhnya sedikit bergetar disertai oleh suara isakan samar.

"Hiks... Woojin-ah hiks... Jangan pergi hiks..."

Suaranya yang begitu lirih memecah keheningan di dalam apartemen tersebut. Kata yang sama selalu keluar dari mulutnya di sela-sela isak tangis yang semakin terdengar. Lirihnya yang menyebut nama seseorang.

"Woojin-ah... Hiks... Kembalilah hiks hiks..."

Hyungseob begitu tenggelam dalam tangisnya hingga ia tak menyadari suara pintu apartemennya yang terbuka. Tak lama, seorang pemuda melangkah masuk dan menghela napas begitu melihat kondisi Hyungseob yang cukup memperihatinkan.

"Hyungseob-ah..."

Hyungseob tak menjawab.

Dengan lembut, pemuda itu mengelus helai rambut Hyungseob, "Jangan menangis lagi... Kalau kau terus bersedih seperti ini, Woojin tidak akan bahagia di sana..."

Kepalanya Hyungseob mendongak pelan. Begitu melihat sosok pemuda itu, Hyungseob langsung bangkit dan memeluk pinggangnya erat. Ia melanjutkan tangisnya dalam pelukan pemuda itu.

"Hiks... Kenapa Woojin harus pergi?! Aku tidak mau dia pergi meninggalkanku!"

"Hyungseob..."

"Aku tidak mau jauh darinya hiks..." Hyungseob meremas pakaian bagian belakang pemuda itu, "Kenapa dia tega meninggalkanku hiks... Di-dia bilang hiks... Dia bilang dia mencintaiku! Hiks... Lantas kenapa dia pergi hiks hiks..."

"Hyungseob, dengarkan aku..."

Pemuda itu melepaskan pelukan Hyungseob perlahan. Ia beralih memegang kedua bahu Hyungseob. Senyumannya tersungging kecil namun sendu begitu melihat lelehan airmata Hyungseob.

"Semua ini sudah ada yang mengaturnya," ia menghapus jejak airmata di pipi Hyungseob menggunakan ibu jarinya, "Percayalah bahwa ini adalah yang terbaik. Untukmu, juga untuk Woojin. Pasti ada secercah kebahagiaan di balik semua ini..."

"Ta-tapi-"

"Hei, kenapa kau menangisi Woojin yang lain ketika ada Woojin pemilik hatimu di sini, hm?"

Pemuda itu terkekeh. Dengan gemas, ia kecup kedua mata Hyungseob yang agak membengkak akibat tangisnya yang sudah berlangsung hampir satu jam lamanya.

"Lagipula Woojin hanya pergi bersekolah keluar negeri. Dia bisa menghubungimu kapan saja via telepon, 'kan?" Woojin tersenyum hingga menunjukkan deretan giginya yang tak begitu rapih, "Jarak yang menghalangi bukan berarti kalian akan berpisah selamanya."

Woojin mengambil alih bingkai foto yang masih dalam dekapan Hyungseob. Ia menyimpan bingkai foto itu di atas meja. Sebuah foto yang memuat potret Hyungseob bersama seorang remaja lelaki berusia 15 tahun.

"Dia pasti akan melupakanku setelah mendapat teman baru di sana..." lirih Hyungseob, "Dia akan lupa pada kakak sepupunya yang dia cintai ini..."

Woojin menggeleng, "Itu tidak mungkin. Berapa banyak pun teman baru yang didapat oleh Woojin nanti, kau tetap memiliki tempat istimewa baginya. Lagipula, Hyungseob-ah..."

Woojin duduk di samping Hyungseob dan menuntun Hyungseob untuk duduk di pelukannya. Ia lingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping Hyungseob. Sebuah kecupan dilayangkannya pada pipi Hyungseob yang kemudian terkekeh.

"...jika sudah ada Woojin besar di sini, kenapa kau masih menangisi Woojin kecil yang jauh darimu, sayang?"

Hyungseob suka ketika Woojin besar ini memanjakannya dengan berlimpah cinta dan kasih sayang. Membuat dirinya lupa akan kesedihannya yang lalu.

"Aku mencintaimu," Hyungseob berbisik pelan, namun masih bisa didengar Woojin dengan jelas, "Sangat mencintaimu..."

"Aku juga. Jadi jangan menangis lagi, ya? Ada aku di sini untukmu."

The End


Maap gaje. Lagi gabut. Cerita ini jadi kurang dari satu jam. Diketik dan dipost lewat hp. Maap buat typo dll.

Sekian dan terimakasih.