Kuroko's Basketbal © Fujimaki Tadatoshi
Penulis tidak mengambil keuntungan material apapun dari fanfiksi ini. Judul fanfiksi diambil dari lagu Resistance milik Muse.
standard warning applied
crosspost dari AO3
.
.
Entri untuk #ChallengeYourselfChallenge (Paket Reguler) / Words: 2k, Setting: Teacher & Student!AU, N(OTP): OTP (Takao Kazunari/Akashi Seijuurou)
Di lapangan, di kelas, di ruang guru, atau di mana saja ada telinga-telinga lain yang bisa mendengar, Seijuurou memanggilnya Takao-sensei.
Tetapi saat gimnasium telah dibersihkan serta seluruh anggota tim pulang ke rumah mereka masing-masing, hanya ada ia dan Takao-sensei—dalihnya mengajak bicara soal rencana latih tanding dengan sekolah dari kota sebelah, meskipun ia sendiri tahu soal apa sebenarnya—yang duduk sedikit terlalu dekat, untuk pertama kalinya Seijuurou memanggil pria itu, "Kazu.".
Takao-sensei berkilau-kilau seperti bocah yang mendapatkan mainan favoritnya di hari ulang tahun; kilat di matahnya, garis-garis tawa pada wajahnya, senyumnya lebar dan membuat Seijuurou menyadari lagi bahwa; oh, ya, ia benar-benar dimabuk hormon endorpin tiap berhadapan dengan pria konyol dengan usia terpaut jauh dengannya ini—ceroboh dan lemah seperti bukan dirinya.
"Kondisikan mukamu, Kazu."
Seijuurou melemparinya dengan bola basket setelah Takao-sensei mengeluarkan suara memalukan seperti 'HUOOOOOOOO!', atau 'Kau menggemaskan sekali, Sei-chan!', lalu memutarinya seperti gasing gila, lengkap dengan pelukan beruang yang sanggup meremukkan.
Tapi Seijuurou tersenyum juga diam-diam.
(Karena kali ini, tidak ada Takao-sensei atau Akashi-kun; hanya Kazunari dan Seijuurou, dalam suatu momen yang nyata, berdua saja.)
.
Di ulang tahunnya yang keenam belas, Seijuuro kehilangan ciuman pertamanya pada seseorang yang bahkan pada ulang tahun sebelumnya tidak ia pikirkan keberadaannya.
/ Dia seorang pria, tidak sebaya, sudah lama lolos dari lingkaran pubertas yang menggelikan, cukup memenuhi syarat untuk kausebut orang dewasa, namun belum begitu tua hingga masih senang bicara soal hal-hal masa kini yang sebetulnya juga tak ia anggap berguna—tapi tak apa karena satu, Seijuurou mengagumi sudut pandangnya yang tak biasa, bahkan akan hal-hal remeh.
Dua, ada sesuatu dalam suaranya, atau mungkin dari caranya bercerita, humornya yang payah, atau entah hal apa yang pada intinya adalah; ia membuat Seijuurou menginginkan dia untuk terus berbicara, duduk saling bersisian, melupakan hal-hal lain semacam langit sore yang mulai menggelap.
Tiga, Seijuurou menyukainya, sangat menyukainya—
Segala hal tentang Takao Kazunari; Takao-sensei; Kazu menenggelamkannya. /
Di ulang tahunnya yang keenam belas, Seijuuro memagut lapar bibir Takao-sensei, dan cara pria itu menahannya di dinding meniupkan kabut-kabut menyenangkan soal rasa dalam pikiran Seijuuro. Ada hal-hal lain yang seharusnya ia pedulikan, tapi saat itu yang memenuhi pikirannya hanyalah; kini usia mereka hanya tinggal berjarak sembilan tahun.
Seijuurou menghela napas—suatu saat nanti rasanya sudah di depan mata.
end
