Jongdae tidak tahu apakah dirinya harus berdiam diri disana atau tidak. Ia merasa bahwa semua yang sedang terjadi tidaklah benar. Semua rentetan rumor yang silih berganti itu mampu membuatnya merasa tidak nyaman. Ia ingin mereka berhenti untuk mengungkitnya atau membawa-bawa rumor itu namun sungguh bagaimana caranya agar ia bisa menghentikannya. Jongdae menghela nafasnya dan kembali merenungkan semua hal yang sedang terjadi. Selama beberapa hari ini ia bahkan tidak bisa fokus karena masalah ini.

Tok-tok.

Jongdae melirik sekilas pintu kamarnya dan kembali menatap serius langit-langit kamarnya. Ia biarkan seseorang itu mengetuk pintunya toh pintunya tidak dikunci dan dirinyapun sedang berbaring di atas ranjangnya. Tentu itu bukanlah sesuatu yang anehkan dan Jongdae sedang tidak ingin beranjak dari atas ranjangnya. Menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut kecuali kepalanya. Jongdae sedang serius memikirkan sesuatu dan ia ingin memikirkannya lagi dan lagi.

"Dae-er."

Panggilan itu. Suara itu. Jongdae mengenalnya dan ia mengerjapkan matanya sesaat sebelum menoleh dan memastikan bahwa ia sedang tidak bermimpi. Disana di depan pintunya, sosok yang ia rindukan sedang berdiri dengan senyumannya dan tatapan teduhnya. Seseorang yang tidak ia sangka kembali dan Jongdae malah terdiam di atas ranjangnya. Ia tidak ingin beranjak seinchi-pun dari atas ranjangnya dan hanya diam menatap namja itu. Kedua manik matanya selalu mengikuti semua pergerakan yang dilakukan oleh namja itu. Bahkan ia terus memandang namja itu hingga berbaring miring menghadapnya.

"Ada apa denganmu? Kenapa seharian ini tidak keluar kamar? Kau tahukan kalau aku akan datang." Ucap namja itu dengan suara seraknya. Oh sungguh, Jongdae dapat mendengar nada kerinduan dalam suaranya. Begitu juga dengan tatapan matanya yang menyiratkan rasa cinta dan rindu yang besar. Ia tidak bermimpikan?

"Dae-er. Kenapa kau mengerutkan alismu?" lanjutnya sambil menyentuh alis Jongdae dan mengusapnya sampai ke atas kepalanya. Usapan yang sama dengan malam-malam yang lalu dan entah ia sadar atau tidak, tubuhnya mulai merasa nyaman. Lebih nyaman dari sebelumnya dan lebih tenang seakan tidak pernah ada sesuatu yang membuatnya berpikir keras.

"Yixing-hyung." Panggil Jongdae dengan suara seraknya, suara yang ia keluarkan pertama kali selama sehari ini. Yixing menyunggingkan senyumannya kepada sang kekasih hati dan menyatukan keningnya dengan kening Jongdae. Saling memejamkan mata untuk meresapi satu degupan satu sama lain. Saling merasakan rindu dan cinta yang besar saling menyapa satu sama lain.

Jongdae bahagia dan Yixingpun begitu.

Mereka sadar bahwa kebahagiaan itu hanya sekejap namun setidaknya kebahagiaan itu akan menjadi kekuatan yang besar bagi keduanya. Ya, selalu seperti itu dan akan selalu seperti itu sampai kapanpun. Keduanya mulai membuka kedua matanya dan Jongdae merangsek masuk ke dalam pelukan hangat Yixing.

"Hyung, kau pulang." Ucap Jongdae dengan senyuman manisnya dan dibalas oleh Yixing dengan tidak kalah manisnya. "Ya. Aku pulang."

"Selamat datang dan selamat mimpi indah, Yixing-hyung. Bangunkan aku esok pagi dan kita akan menghadapinya bersama. Semua rumor tentangmu yang bergema sampai dinding kamarku akan kita musnahkan. Benarkan?"

"Tentu saja. Aku akan membangunkanmu dengan senyuman seindah mentari dan aku janji akan memusnahkan semua rumor itu. Kau milikku dan hanya ada untukku." Balas Yixing dan ia dapat merasakan bagaimana Jongdae menganggukkan kepalanya dalam pelukannya. Biarkanlah malam ini mereka tidur untuk berbagi rasa sakit dan rasa cinta bersamaan. Namun saat mereka akan tidur besok, maka hanya akan ada satu rasa yang menemani mereka.

Rasa cinta mereka dan itu sebuah keharusan.

.

.

.

.

END

Ini tentang drabble couple kesukaanku..

Dan mungkin akan bertambah sesuai dengan imajinasi hehehe

See U next chap…

Saya sayya.