Anisha Asakura datang... Fiuh, akhirnya selesai juga UTS... -_-;... Tapi syukurlah bisa dilewati oleh anisha dengan baik ^^.
Bisa dibilang, ini fic kelanjutan dari Claire's Phone Call. Untuk yang belum tahu, silahkan membaca fic Claire's Phone Call yang terletak agak kebawah dari barisan fic buatan anisha -lebay-.
(NB: Disini anisha masih menggunakan akhiran -kun, -san, dan -chan... Oh ya, disini, Imotou artinya adik perempuan, Yoroshiku artinya mohon bantuannya, de el el, yang lainnya nanti dikasih tau anisha deh...)
Selamat membaca!
Jack's Phone Call
--- (Jack's POV) ---
"Ah, sampai juga..." aku menghela napas lega saat aku berhasil menginjakkan kakiku ke rumah Claire, adikku yang sudah almarhum sekitar sebulan yang lalu. Katanya, adikku terbunuh dengan mengenaskan, namun pihak dari kota Mineral tak mau menjelaskan apa yang terjadi pada adikku. Aku memutuskan untuk tinggal dirumah Claire untuk—yah, bisa dibilang untuk mengurus segala yang ditinggalkan adikku sebelum dia meninggal.
"Baiklah, Jack, kau bisa tinggal disini. Semua peralatan adikmu ada disini." ujar Mayor Thomas dengan nada khawatir. "Aku turut menyesal atas apa yang terjadi dengan adikmu."
"Tak apa-apa, tuan," jawabku sopan. "Semua peralatan dan apapun masih ada kan?"
"Ya..." jawab Mayor Thomas. "Tapi ada satu kabar buruk untukmu, Jack."
"Kabar apakah itu, tuan?"
"Coba ikuti saya."
--- Chruch, in Graveyard ---
Aku tercengang. Ada sebidang tanah yang seperti habis digali diantara sekumpulan batu-batu nisan yang berdiri kokoh dibawah kuburannya masing-masing (ya iyalah, masa sama?). Ada satu batu nisan yang terlepas dari tanah, terlihat sebuah tulisan putih yang diukir di batu nisan abu-abu itu.
R . I . P
---REST IN PEACE---
14/06/SUMMER
HAIBARA CLAIRE
"I... Ini..." Aku terjongkok melihat batu nisan itu.
"Itu batu nisan adikmu. Kami temukan pusaranya teracak-acak dan kosong. Dan saat diperiksa, tak ada peti mati didalam sana. Harris sedang mengumpulkan data pencuri yang mungkin melakukan ini." jelas Thomas lirih. "Pencuri kejam apa yang tega merusak makam orang yang baik seperti adikmu ini..."
Aku mengerutkan alis, tak tahan melihat pemandangan ini. Claire... Kasihan sekali kau...
"Saya merawat baik-baik tempat ini," tandas seseorang dari belakang. Seseorang berpakaian pastur muncul dengan raut muka kesal. "Tak disangka ada pencuri mayat..."
"Sabar, Carter, saya tidak menyalahkan anda atas kejadian ini..." Thomas menghampiri Carter dan menepuk pundak Carter. "Saya takkan menyalahkan anda."
"Terima kasih, Mayor. Tapi ini kelalaian saya menjaga kuburan disini..." sesal Carter.
Lho, memang Carter jadi juru kunci kuburan juga yah? pikirku heran.
"Ba... Baiklah, kami akan pergi. Selamat tinggal, Carter," sahut Thomas sambil mendorongku pergi.
Setelah meninggalkan gereja, aku dan Thomas berjalan berdua.
"Kau mau dikenalkan dengan orang-orang di kota ini, Jack?" tawar Thomas ramah.
"Eeng... Tak usah. Saya mengerti pasti anda sibuk..." jawabku sambil merendahkan nada suaraku.
"Ooh, saya bersyukur ternyata kakak Claire-san juga sopan seperti orangnya..." Thomas langsung tersenyum pahit. "Saya mengerti. Baiklah, kau boleh memegang kendali pertanian di rumah Claire-san sekarang. Saya harus kerja dulu. Sampai jumpa, Jack-san."
Aku melambaikan tangan pada Mayor Thomas yang berlalu. Aku menghela napas.
"Haah... Oke. Selangkah, demi selangkah!" aku meneriakkan mottoku sambil berjalan-jalan melihat-lihat kota. Aku memutuskan untuk melihat-lihat ke arah sungai dibelakang rumahku yang dulunya rumah Claire. Kulihat dua sosok gadis didekat sana. Dengan berani kucoba menyapa mereka berdua sekaligus. "Haiii!!"
Kedua gadis itu menoleh.
"Oh, hai!!" sapa seorang gadis berambut pink panjang nan bergelombang. Nada suaranya sangat tinggi seperti anak kecil.
"Hai!" sapa seorang gadis berambut orange, yang nada suaranya agak lebih berat dari gadis berambut pink tadi. "Kurasa aku belum pernah melihatmu... Kukira kau turis!"
"Oh, namaku Jack," salamku memperkenalkan diri. "Aku kakak dari almarhum Claire."
Kedua gadis itu langsung tersentak kaget, terlihat jelas dari air muka mereka yang tiba-tiba tegang. Gadis berambut pink langsung berurai air mata, sedangkan gadis berambut orange menunduk.
"A... Apa aku menyakiti hati kalian?" tanyaku pelan.
"C... Claire-chaan...." isak gadis berambut pink itu sambil meminta pelukan dari gadis berambut orange itu. Gadis berambut orange itu tersenyum pahit nan prihatin sambil menepuk-nepuk punggung gadis yang menangis di pundaknya itu.
"Claire-chan selalu menjadi orang yang baik di kota kami." Jelas sang gadis berambut orange. "Tak disangka, dia terlalu cepat meninggalkan dunia ini..."
"Uh... Maafkan aku... Eng..."
"Ann. Panggil saja Ann." jelas gadis berambut orange itu memperkenalkan diri. "Ini Popuri."
"Yoroshiku, Ann-san, Popuri-san..." jawabku.
"Yoroshiku..." jawab Ann dan Popuri (yang masih terisak-isak).
"Pokoknya kalian tenang aja!" aku langsung mengeluarkan nada suaraku dengan semangat. "Meski Imotou-kun sudah tak ada lagi, Jack muncul disini menemani andah-andah semuaaah!"
"Hihihi..." Ann tertawa kecil. "Kau benar-benar mirip dengan Claire-chan..."
"Jack-kun lucu! Hihihi!" Popuri berhenti menangis dan langsung tertawa ceria.
"Mungkin... Aku masih belum terlalu kenal orang-orang disekitar sini... Jadi, aku mohon bantuan dari kalian, yah?" pintaku lembut.
"Tentu! Serahin aja sama kita, Jack-kun!" sahut Ann.
"Boleh!" jawab Popuri riang.
"Ah... Aku harus membersihkan pertanian adikku dulu yah. Bye bye!" aku melambaikan tangan pada Ann dan Popuri.
--
Aku menuju rumah bekas Claire.
KREEEK.
Saat aku masuk, bagian dalam rumahnya terlihat rapi, kecuali di bagian dapurnya yang kompornya menghitam bekas meledak. Microwavenya juga hitam seperti kompor didekatnya. Dan sisa popcorn dingin masih ada disekitar lantai dapur. Mungkin ini yang sisa ditinggalkan Claire. Yah, tak ada salahnya membersihkannya.
Aku mengambil sapu dan pengki untuk membersihkan dapur. Kusapu sisa popcorn yang gosong di lantai. Sempat juga kubersihkan meja dapurnya.
SREKK
Aku melihat sesuatu dari meja dapur. Sehelai rambut. Rambut berwarna silver... Hah, masa Claire udah ubanan sih? Aku langsung meletakkan rambut itu ke lemari, bisa jadi itu ubannya Claire... Hehehe, kan uban orang muda bisa jadi jimat buat orang lain...
"Oh ya!" aku menepuk tanganku. "Aku buat pesta saja! Kan lumayan untuk mengundang teman-teman yang belum kukenal..."
Aku langsung mengambil kertas kosong dan menyusun rencana pesta perkenalan. Kusiapkan apa saja yang harus dimasak untuk pesta nanti. Lalu kuhitung berapa banyak orang-orang yang kira-kira akan kuundang. Sesudah itu, kuatur tempat yang cocok untuk mengadakan pesta. Hem, sepertinya disini boleh juga.
"Huahem... Eh, sudah gelap!" aku langsung melihat jendela yang memang sudah tak menampakkan sinar matahari lagi. Sudah gelap. "Aku mau masak telur goreng dulu ah buat makan malam..."
Aku melihat isi kulkas. Hem, ada banyak makanan... Pasti Claire menyimpannya untuk makanan musim Winter... Hanya aku aja yang makan, hehehe, sori yah Claire... Kuambil minyak goreng dan telur, lalu kugoreng.
"You walk away, you don't hear me say... Please, oh baby, don't go... Simple and Clean is the way that you making me feel tonight..."
Aku menoleh, merasa ada sesuatu berbunyi. Letaknya di lemari Claire. Kumatikan kompor yang sudah selesai menggoreng telur, dan mengacak isi lemari.
SREK SREK SREK
"... You're kidding me... Till anythings... Lately... You're all I need... Ooh... You're smiled at me... And said, 'Wish I could prove I love you, but does that mean I have to meet your father? When we have wonder you're understand, every now when I said no, but don't think, life is quite that simple..."
Aku mengenal lagu itu. Ini lagu Utada Hikaru yang judulnya Simple and Clean, versi bahasa inggrisnya lagu Utada Hikaru yang berjudul Hikari. Itu nada panggilan di handphonenya Claire. Aku tahu lagu itu karena lagu itu selalu berulang-ulang kudengar saat Claire sibuk bermain Kingdom Hearts 2 dan sedang melihat opening videonya.
Dasar, dia memang maniak game, sampai-sampai soundtrack Kingdom Hearts 2, Persona 4, Harvest Moon AwL, dan soundtrack game-game dan anime lainnya yang banyak dimainkan Claire membuat memori telepon Claire jeblok. Hanya bisa menerima 2 SMS dan 3 berita terkirim. Dasar otaku game. Atau dia yang malas membeli kartu memori yang memorinya gede yah? Entahlah.
Aha!
Aku berhasil mengambil handphone itu dari ujung lemari. Sebuah handphone yang berdebu namun masih bisa menerima telepon. Langsung kulihat layar teleponnya.
Blocked ID
Calling
Aku heran. Hah? Setahuku Claire selalu memberikan nama untuk setiap nomor contact yang ada. Hem, mungkin salah sambung. Aku langsung memencet tombol merah di handphone.
Aku kembali ke telur gorengku. Kuambil dan kumakan di meja makan.
"You walk away,you don't hear me say... Please, oh baby, don't go... Simple and Clean is the way that you making me feel tonight..."
Aku tersedak suapan terakhir telur gorengku. Lagi-lagi ada telepon masuk dari handphone Claire. Langsung kulihat lagi layar telepon.
Blocked ID
Calling
Aku langsung jengkel. Pasti ini orang iseng. Aku langsung mengangkat telepon itu. "Halo?!"
"Halo..." sapa suara berat yang ada di sebelah telepon. "Bisa aku bicara dengan Haibara Jack?"
"Aku sendiri." jawabku. "Ada perlu apa?"
"Oh... Aku hanya ingin kau menjawab game yang kuberikan. Kau bisa menjadi pendengar yang baik, kan?" tawar orang itu.
"Hem... Terserahlah. Asal kau takkan mengangguku lagi."
"Bagus, bagus... Kalau begitu, aku ingin kau menebak." kata si penelpon. "Kira-kira siapa orang yang akan berbicara padamu sekarang."
"... KRSSRRKKK... KRSKKK..."
Aku mulai bingung. Suaranya mulai berubah. Apa karena sinyal?
"KRSKKK... Jack-niichan!... KRSKKK... KRSKKK... Tolong aku!! KRSKKKK... KSRRSRKKK... Tolong!! KRSKKK... KRSKKK..."
Aku tersentak. Aku kenal suara rintihan ini. Ini suara Claire!
"CLAIRE! Apa yang terjadi padamu?!" teriakku panik. "Claire-imouto!! Jawab kakak!"
"Pertanyaan kedua... Kira-kira apa yang terjadi dengan adikmu?"
Aku tersentak lagi. Sejak kapan dia tahu nama adikku, dan dia tahu kalau aku kakaknya?!
"Kau apakan Claire sampai dia menangis begitu?!" bentakku.
"Sepertinya Claire-san sudah tak ada lagi. Hebat, anda bisa menebak suara yang kutanyakan. Kau juga bisa menebak apa yang terjadi dengan mendengar rintihannya yang indah... Pintar sekali. Pertanyaan terakhir." suara si penelpon berubah kembali menjadi berat seperti awal.
"Kau apakan Claire, brengsek?! Aku tahu Claire sudah meninggal, tapi kenapa bisa ada suara itu?!" bentakku kesal.
"Jawab dulu pertanyaan terakhirku. Aku ada dimana sekarang?"
"Hah?" tanyaku bingung.
"Di beranda mana aku berada, Jack?"
Aku tersentak. Aku segera berlari menuju beranda belakang.
Aku menoleh kanan-kiri. Tak ada siapa-siapa dibalik beranda belakang yang sunyi ini.
"Kau benar. Aku berada di beranda belakangmu."
Aku tersentak lagi.
BRAK!
Muncul sesosok bayangan hitam muncul dari atap, loncat ke tanah, muncul di hadapanku. Dia membawa sebilah pisau. Aku mengambil cangkul yang sedari tadi menginap di ranselku dan memukul orang berjubah hitam itu. Gawat! Dia masih bisa bangkit! Aku segera berlari mendekati orang itu dan men-tacklenya hingga tersungkur dan terlentang di tanah. Kulihat wajah si penjahat.
Hah?
Aku terdiam.
Aku tak mampu melihat ini. Sosok seorang gadis berambut pirang dan bermata biru tua, yang dari tadi berusaha menghabisi nyawaku sekarang berbaring di tanah. Sosok familiar yang sangat kukenal.
Claire...?
"Huh! Kau melihat sosokku rupanya..." kata orang yang dari tadi menelponku itu. "Kau sudah melihat sosok korbanku. Lihat saja lain kali!"
SATS SATS
Orang itu menghilang.
Aku masih saja terdiam. Bukannya Claire sudah meninggal? Lalu, siapa gadis pirang yang berniat membunuhku itu? Dilihat dari mukanya, jelas-jelas itu Claire... PLAK! PLAK! PLAK! PLAK!! Aku menampar kedua pipiku. Ini memang nyata. Bukan mimpi. Claire... Dia ingin membunuhku? Dia bangkit dari kematiannya dan ingin membunuhku? Aku tak mengerti ini. Aku memutuskan untuk tidur.
--- NEXT MORNING ---
Aku terbangun di tempat tidur dengan selimut yang hangat di badanku. Aku menggeliat, sadar kalau udara sekitar masih dingin untuk keluar. Tapi kupaksakan mataku yang masih ngantuk untuk bertahan. Aku berjalan menuju kamar mandi. Kucopot topi serta pakaianku dan membiarkan air hangat membasahi seluruh tubuhku.
"They don't know, they can't see, who we are...(Fear is the enemy...) Hold on tight, hold on to me, 'Cause tonight....It's all about us! It's all about, all about us!"
Aku mendengar bunyi dari handphone Claire. Lagu All About Us dari TaTu. Kuraih dan kulihat layar handphone.
16/05/FALL
Reminder: Blnja bhn utk pesta bsk!!!
Hohoho, ini hanya alaram pengingat yang kubuat sendiri. Kukira apaan. Pesta akan kubuat sekitar beberapa hari, sekitar 3 harian. Aku langsung memakai overall favoritku dan menuju Supermarket.
--- SUPERMARKET ---
Aku mengetok-etok pintu Supermarket. Masih tutup rupanya. Hem, kurasa tak ada salahnya menunggu di kursi taman dekat Supermarket.
PLOKS
Aku mendudukkan diriku ke kursi taman di dekat supermarket. Hem, ngantuk... Oh mungkin karena aku kurang tidur karena menghajar orang yang mirip Claire kemarin. Mataku semakin berat dan aku memutuskan untuk memejamkannya untuk sementara.
"..."
"ZZZ...."
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
"..."
"BANGUN!!!"
BLETAK!
Aku terjatuh dari kursi taman. Ada seseorang berteriak padaku untuk bangun. Aku memegangi kepalaku yang terbentur tanah.
"Ups, aku enggak bermaksud membuatmu jatuh..." keluh seorang pemudi. "Hanya saja kau duduk di kursi taman kami..."
Aku membuka kedua mataku. Terlihat seorang gadis berambut cokelat dengan poni pirang disemir serta seorang pria berkacamata pirang tua. Kalau dilihat-lihat, sepertinya mereka sebaya denganku. Aku langsung menggaruk leher belakangku sambil mengeluarkan tawa khasku.
"Hei! Sepertinya aku belum pernah mengenalmu." Gadis itu menawarkan tangannya. "Namaku Karen."
"Aku Rick." sahut pria berkacamata itu. "Kalau tak salah... Namamu Jack, kan?"
"I... Iya," jawabku.
"Kurasa Jack bukan nama yang buruk," Rick tersenyum padaku sambil membantuku berdiri. "Yoroshiku, Jack-san."
"Yoroshiku, Rick-kun, Karen-kun..." sapaku sambil membetulkan posisi topiku.
TAP TAP TAP TAP TAP
Kudengar ada seseorang berlari dari belakangku. Pastur Carter? Dia berlari terburu-buru sekali. Dia berlari menuju rumah Mayor Thomas dan Harris.
"Carter?" aku menoleh melihatnya. "Euh, Rick-kun, Karen-san, aku harus pergi dulu! Bye bye!"
Aku langsung berlari masuk ke rumah Mayor Thomas.
"APA?! PENCURIAN MAYAT TERJADI LAGI?!" teriak Mayor Thomas kencang.
Aku masuk ke rumah Mayor untuk memeriksa apa yang terjadi.
"Saat saya ingin memeriksa pemakaman, saya melihat ada satu kuburan lagi yang digali..." jelas Carter panik. "Ini... Ini benar-benar bukan salah saya! Saya bersumpah atas nama Harvest Goddess!"
"Ada apa ini, minna-san?" tanyaku sambil mendekati Carter dan Thomas.
"Eeng... Kuburan Gray-san... Mayatnya hilang!" jelas Carter.
"Be, begini, Jack-san," jelas Mayor. "Gray-san itu cucu dari Saibara-san, pemilik toko tambang besi disini. Dia juga pacar Claire yang meninggal di tempat yang sama dan di waktu yang sama dengan Claire..."
"Sudahlah, hicho-san! Saya mohon, sebenarnya seperti apa kronologisnya Claire meninggal?!" teriakku kesal. "Dia itu adikku! Adikku satu-satunya!" bentakku.
"Ee..." Mayor Thomas tak bisa berkata apa-apa. Dia berjalan perlahan mendekati lemari tebal di dekat tempat tidurnya, lalu memberikan sebuah dokumen yang masih seperti baru dan bersampul putih. "Silahkan dibaca, Jack-san."
Aku membuka dokumen itu. Aku terbelalak kaget. Di dalam dokumen ini berisi foto-foto dan surat evakuasi. Dari foto-foto itu terlihat Claire digantung di pohon dengan isi tubuh yang sudah keluar dan bergelimpangan di tanah dibawahnya tergantung. Ada juga sesosok pria pirang bertopi biru terduduk di kursi diikat tali, dengan muka pucat pasi dengan mulut mengaga dan dahi berdarah (kuasumsikan itu Gray karena ada tulisan 'Gray' dibelakang fotonya). Kondisinya juga sama dengan Claire, yaitu isi tubuhnya keluar. Aku menatap ngeri. Penjahat apa yang tega melakukan ini semua?!
"Penjahat itu memang sadis sekali... Kudengar dari anakku kalau dia masih berkeliaran disini, mencari korban selanjutnya... Sebaiknya kau berhati-hati..." ucap Mayor Thomas dengan nada prihatin.
Aku masih tak berkata apa-apa. Aku menunduk dan memberikan dokumen itu. "Sampai jumpa, semuanya."
KREK
Setelah keluar dari rumah Mayor, air mataku baru saja menetes. Tak kusangka adik kesayanganku mati dengan mengenaskan... Aku tak tahan. Dia benar-benar penjahat yang sialan. Eh? Tapi...
Kalau begitu yang menyerangku kemarin siapa?
PLOK!
"Huwa!" aku kaget.
"Jack-kun! Kok ngejongkok di jalanan sih?" sapa Ann yang menepuk bahuku tadi. "Kamu ada kegiatan?"
"Aku... Aku mau bikin pesta perkenalan!" ucapku bangga. Sebaiknya kulupakan apa yang terjadi tadi malam dan fokus pada rencanaku besok.
"Wah!" Ann menjawab penuh semangat. "Kenapa enggak bilang dari awal kalau mau bikin pesta?! Ajak aku dong, harusnya!"
"Sori, sori... Awalnya aku mau ngadainnya diem-diem, sih... Ehehehe..." jawabku sambil menggaruk belakang leherku.
Ann tersenyum kecil. "... Kau benar-benar mirip Claire-chan. Dia juga membuat pesta perkenalan untuk mengakrabkan diri. Awalnya banyak yang mengira dia petani yang sombong, tapi setelah mengadakan pesta itu, beberapa dari kami berpikiran dia orang yang baik..."
"Sudah, sudah, jangan diingat terus... Imoto-ku memang sudah enggak ada, tapi aku sudah ada disini!" seruku sambil menepuk bahu Ann. "Jangan nangis lho!"
"Si.. Siapa yang nangis!" balas Ann sambil menepuk perutku. "Aku cuma kangen saja... Kemana dia yang dulu..."
"Siapa?" tanyaku bingung.
"Enggak, bukan siapa-siapa kok... Bukan Claire-chan..." Ann mengeleng. "Oh ya! Jack-kun, kamu udah nyiapin rencana pestanya belum?"
"Sudah dong!" jawabku mantap. "Tinggal membeli bahan masakan aja..."
"Memangnya mau buat apaan?"
"Eng..." aku berpikir sebentar. Oh ya, bikin apa yah? Aku baru ngerencanain tempat dan apa aja yang harus disiapin. Soal masakan?; Maaf, maukah kalian memilih telur goreng dan mie rebus saja tanpa makanan lain lagi?
"Hahaha!" Ann tertawa. "Kakak beradik memang sama aja deh... Waktu aku mergokin Claire mau bikin pesta, dia langsung bengong pas aku tanyain apa yang mau dimasak! Hahaha! Kalian lucu..."
Aku melihat air muka Ann. Dia tersenyum, mencoba menahan rasa rindu dan rasa sedih karena kematian Claire. Aku mengerti perasaannya, dan langsung saja kutepuk kepalanya dengan tangan kananku.
PLOK
"Tenang aja. Sekarang ada Jack disini." ucapku perlahan. "Jadi jangan nangis yah?"
Ann mengadah padaku sambil tersenyum pahit. "Iih, siapa yang nangis sih! Udah dibilangin..."
"Jadi, enaknya kita nyiapin apa dulu nih?" tanyaku.
Ann menepuk telapak tangannya dengan tangan kanannya yang sudah dikepalkan. "Wine! Orang-orang disini suka dengan wine, dan bla bla bla..."
--
Chapter 1 selesai! Tinggal satu chapter lagi... Bersiaplah menumpahkan susu dari hidung kalian! -eh, itu sih Spongebob yah?- Whatever deh... -diserang Patrick dan Sandy-
Er... Kalau ada bahasa Jepang yang tak dimengerti, tanyakan saja pada authoress yang demen bahasa inggris—eh, dan bahasa jepang ini~ -direbus readers karena sok tau- tapi jangan nanya bahasa sunda, karena anisha bukan orang sunda... Okeeeehh? -dirajam baju batik-
RnR~~~
