"Permisi,"
Kim-songsaenim segera menolehkan kepalanya saat mendengar suara seseorang. Senyumnya mengembang saat melihat salah satu siswa terkenal di sekolahnya itu memasuki ruang guru dan menghampirinya. "Oh, Park Chanyeol. Ada apa?"
"Ini tugas saya, Saem. Maaf karena telah melupakannya," ucap Chanyeol sambil menyerahkan buku tugas miliknya. Kim-songsaenim menerimanya dengan senang hati lalu bangkit dari tempat duduknya. "Aku tahu kau bukan melupakan tugasku tapi karena kau memang ingin pergi dari kelasku, kan? Aku melihatmu berjalan ke arah perpustakaan setelah keluar dari kelas tadi,"
Chanyeol hanya bisa menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sama sekali dan tersenyum lebar. Yah, Chanyeol memang sering sekali menjadikan alasan 'melupakan tugas' dari Kim-songsaenim hanya karena ia sedang mengantuk atau sedang malas mendengarkan sang guru. Untung saja namja tinggi itu memiliki prestasi akademik yang cukup bagus ditambah dengan prestasi non-akademik yang bisa dibilang –sangat bagus.
"Kim-saem tahu saja. Kalau begitu saya permisi,"
"Tentu saja aku tahu," goda sang guru dan Chanyeol segera melangkahkan kakinya keluar ruang guru. Senyumnya mengembang saat melihat suasana sepi di koridor sekolah. Sebenarnya, alasan yang paling menonjol dari perilakunya adalah karena ia ingin menghindari beberapa cewek yang menjadi fans-nya. Berteriak saat melihatnya lalu mengerubuninya. Sungguh, ia sedikit –banyak risih dengan keadaan itu.
Tanpa sadar Chanyeol bersenandung kecil saat melewati anak tangga. Namun langkahnya terhenti saat mendengar suara dentingan piano yang lembut. Entah atas dorongan apa, Chanyeol melangkahkan kakinya mendekati suara itu yang semakin terdengar lebih keras namun masih terasa lembut di telinganya.
Chanyeol berhenti di depan ruang musik yang pintunya sedikit terbuka. Dengan perlahan ia membuka pintu itu dan melongokkan kepalanya lalu badannya. Seketika itu juga Chanyeol merasa bahwa apa yang dicarinya selama ini hadir dalam hidupnya. Chanyeol juga tahu jika saat itulah dirinya merasakan sesuatu yang tak pernah dia rasakan.
Waktunya yang berhenti berdentang dan….
Jantungnya yang berdebar keras.
Melody
Melody
ChanBaek, HunKai, little bit -SuDo.
School-life, Romance (maybe), Aneh
T
Cerita ini asli milik saya. Para pemain cuma minjam saja. Dan imajinasi cerita keluar dari otak gila saya. Jadi saya terima kritikan apabila ada salah kata, saya minta maaf. Sekian.
Warn: YAOI, TYPO, cerita abal-abal, dan efek samping lain
Kalimat bergaris miring berarti pemikiran dari orang itu, ok?
Melody
Baekhyun menatap sekelilingnya dan tersenyum saat merasa keadaan sudah dirasa aman untuknya. Dia segera keluar dari kelas dan turun dengan riang. Suasana hatinya sangat cerah hari ini karena sebentar lagi namja mungil itu akan memainkan piano di ruang musik seperti kebiasaannya sejak bersekolah di Seoul High School.
Cklek~
Baekhyun melongokkan kepalanya dan langsung memasuki ruang musik saat suasana sepi yang menyapanya. Baekhyun langsung menutup pintu ruangan dan segera beranjak menuju salah satu alat musik yang entah sejak kapan dia gemari itu. Sudah lama sekali sejak ia ingin bermain piano lagi dan kini akhirnya ia bisa memainkannya. Ia langsung mendudukkan tubuhnya di kursi piano dan menaruh tasnya dibawah kursi. Baekhyun membuka tutup piano dan menyentuh tuts-tuts piano itu dengan lembut sebelum menekannya. Perlahan namun pasti Baekhyun segera memainkan sebuah melody yang sangat dia hafal.
Ia dapat membayangkan dirinya yang berada di sebuah konser besar. Semua sorot lampu dan semua tatapan tertuju padanya saat memainkan alat musik itu. Melodi-melodi indah mengalun ke seluruh penjuru. Entah bagaimana jantungnya tiba-tiba saja berdebar keras karena merasakan perasaan senang akan imajinasinya itu. Suara teriakan penonton yang menyanjung permainannya. Membuat semangat dalam dirinya bergemuruh dan semakin bersemangat untuk memainkan alunan melodi yang indah. Tanpa sadar, Baekhyun bersenandung riang dengan alunan piano miliknya. Suara yang jernih itu menyeruak ke segela penjuru ruang musik.
Remember geudega
Himdeul ttaemyeon hangsang
Nunmureul useumgwa bagwatjo
Suara lembut itu menggema dan melantunkan lirik sebuah lagu yang indah dan sangat ia sukai. Matanya yang terpejam membuatnya dapat merasakan sebuah perasaan yang ada dalam lagu tersebut. Baekhyun mengalunkan lagu itu dengan perasaan yang lebih kuat. Bahkan bisa dibilang seperti seorang professional.
Naeobtneun goseseon
Uljima-yo don't cry
Nunmuri manhdeon geuderaseo…
Jemari lentiknya yang mengiringi suaranya sendiri membuat namja mungil itu terlihat begitu sempurna. Jemari itu begitu lincah bergerak diatas tuts-tuts piano. Begitu lembut dan mantap saat menekannya. Seakan jemarinya takkan pernah salah menekan melodi indah dari piano tersebut.
It's my turn to cry
Naega halgeyo…
It's my turn to cry
Naege matgyeoyo…
Geu nunmulkkaji
This time...
Dentingan piano itu terhenti dan perlahan Baekhyun membuka matanya. Helaan nafas yang lembut mengalun lembut di ruang musik itu. Perlahan, senyum manisnya merekah begitu indah dan sangat cerah seperti sore hari itu. Namja mungil itu merasa lega karena berhasil memainkan sebuah lagu setelah sekian lama menahan diri.
Prok~ Prok~
Suara tepukan tangan seseorang menyadarkan Baekhyun. Cowok mungil itu segera berdiri dari kursi piano dan menatap tegang sosok Chanyeol yang berdiri di salah satu kursi yang ada disana. Baekhyun tidak tahu sejak kapan cowok terkenal di sekolahnya itu duduk disana. Ia bahkan tidak mendengar pintu ruang musik yang terbuka tadi.
'Gawat. Aku harus segera lari,'
Tanpa sadar Baekhyun memundurkan langkahnya dan segera melirik tasnya yang berada tak jauh dari tempatnya. Ia tak menyangka jika ada yang melihatnya bermain piano kali ini. Ia juga harus segera pergi dari sana sebelum murid lain memergokinya atau yang lebih buruk adalah melaporkannya kepada seorang guru yang akan semakin menyusahkannya nanti.
Melody
"Permainan- Hey! Tunggu!"
Chanyeol terdiam saat namja mungil itu tiba-tiba berlari dan menghilang dari pintu samping ruang musik. Ia tidak mengerti kenapa ia harus langsung berlari saat melihatnya bahkan wajahnya nampak pucat seakan ia baru saja melihat hantu. Chanyeol hanya bisa menghela nafasnya saat menyadari bahwa ia mungkin sudah merusak privasi cowok mungil itu hingga ia kabur ketakutan.
'Bagus, Park. Kau membuatnya ketakutan,'
Chanyeol berfikir jika cowok itu mungkin takut ia akan mengadu kepada salah satu guru. Dengan sedikit tidak rela, Chanyeol memutuskan untuk pergi dari sana. Namun, ada sesuatu yang menarik penglihatannya. Sesuatu yang sedikit berkilau di bawah kursi piano yang ada ditengah ruangan. Berjalan mendekati kursi itu dan berjongkok untuk mengambil sebuah tanda pengenal. Tunggu, tanda pengenal?
Chanyeol meneliti tanda pengenal itu dan tersenyum cerah saat mengetahui bahwa tanda pengenal itu milik namja mungil tadi. Tanpa sadar ia bersorak gembira dan segera melangkah pergi dari ruang musik itu. Sepertinya sore ini adalah sore terbaik yang pernah ada dalam hidupnya. Cowok tinggi itu tak berhenti tersenyum dengan tanda pengenal yang berada digenggamannya. Senyumnya terus merekah menandakan betapa senangnya namja itu sekarang. Langkahnya yang menyusuri lapangan sekolah terasa lebih ringan dari biasanya. Apa ia sedang terbang?
"Ya! Park Chanyeol!"
Chanyeol menoleh ke sekitar dan melihat sepupunya sedang berdiri di depan mobil sport berwarna merah. Chanyeol tersenyum dan memasukkan tanda pengenal itu ke dalam tasnya. Chanyeol tidak ingin ditanyai yang aneh-aneh oleh sepupunya maka dari itu lebih baik ia menyembunyikan tanda pengenal itu.
"Ya! Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu padamu?" Pertanyaan ketus itu langsung keluar dari bibir tipis sepupunya. Chanyeol berdecak dan segera mengamati wajah sepupunya yang terlihat sangat kesal. Ia dapat menduga jika namja tampan dengan kulit pucatnya itu sudah lama menunggu dirinya. Jangan salahkan Chanyeol, jika sepupunya ini menunggunya karena Chanyeol sudah mengatakan bahwa hari ini ia ingin pulang terlambat.
"Tidak terjadi apa-apa padaku dan aku sudah mengatakan jika aku ingin pulang terlambat, bukan? Aku tadi mampir ke toilet dulu dan-,"
Tak.
Suara kesakitan itu berasal dari sepupu Chanyeol yang sedang mengelus keningnya. Chanyeol baru saja menepuk keningnya dengan keras dan hal itu sangat menyakitkan. Tatapan tajam dari namja putih itu langsung ditujukan kepada Chanyeol dan namja tinggi itu hanya menatapnya tidak peduli.
"Itu karena kau tidak memanggilku dengan sebutan 'hyung', Oh Sehun. Berikan kunci mobilnya,"
Dengan gerutuan yang sangat jelas terlihat, namja tampan itu melemparkan kunci mobil kepada Chanyeol. Dengan sigap Chanyeol menangkap kunci itu dan berjalan menuju kemudi mobil. Melirik sejenak ke arah Sehun yang menampakkan wajah kesalnya sebelum menaiki mobilnya. Ia sangat menyukai saat dimana dia bisa menggoda Sehun. Deru mesin mobil yang menyala langsung menggema di lapangan sekolah yang sepi itu. Dengan cepat mobil sport itu meninggalkan sekolah dan melaju menembus jalanan kota. Chanyeol mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Buat apa melajukan mobilnya dengan cepat jika bisa menikmati ramainya suasana kota Seoul yang indah di sore hari ini.
"Hyung,"
Panggilan Sehun hanya dibalas oleh gumaman dari Chanyeol. Namja itu menunggu Sehun untuk melanjutkan ucapannya sembari menatap lurus ke arah jalanan. Sehun melirik ke arah luar jendela dan menghembuskan nafasnya berat. Chanyeol kini mulai mengamati gerak-gerik sepupunya itu.
"Antarkan aku ke rumah keluarga Kim,"
Chanyeol mengernyitkan alisnya bingung mendengar penuturan Sehun. Chanyeol menoleh sejenak ke arah Sehun saat mobil yang dikendarainya berhenti di sebuah lampu merah. Melihat raut wajah serius adik sepupunya itu membuat Chanyeol sedikit memahami apa yang terjadi dengan sepupunya itu.
"Apa Oh-ahjussi masih menyuruhmu untuk terus mengunjungi 'tunangan'-mu itu?" Helaan nafas berat keluar dari bibir Sehun saat mendengar nada penekanan kata 'tunangan' yang di ucapkan Chanyeol barusan. Namja tampan itu menganggukkan kepalanya dan menatap keluar jendela mobil. Sebenarnya, bukan masalah pertunangan yang membuat Sehun enggan ataupun keluarga dari sang tunangan. Yang menjadi masalah adalah sang 'tunangan'-lah yang membuatnya sedikit enggan,
"Apa kau masih belum menerima kehadiran Kim Jongin? Atau Kim Jongin sendiri yang masih belum menerima kehadiranmu?"
"Mungkin kedua- entahlah aku tidak tahu,"
Chanyeol dapat melihat raut wajah Sehun yang berbeda. Sepupunya itu dengan cepat mengganti jawabannya hingga membuatnya bingung sendiri. Ada rasa penasaran di kedua manik matanya saat menyadari sesuatu yang menurutnya sangat mengganggu. Sesuatu yang tidak disadari oleh sepupunya telah tumbuh di dalam hati namja tampan itu. Chanyeol tersenyum dan mengacak surai hitam Sehun hingga berantakan.
"Ya, hyung! Apa yang kau lakukan? Aish,"
"Kau bingung dengan perasaanmu sendiri, Sehun-ah. Cari tahu apa yang hatimu inginkan," ucap Chanyeol lembut dan menepuk kepala Sehun membuat namja itu terdiam. Tatapan jengkelnya terhadap Chanyeol berubah menjadi tatapan penuh kebimbangan.
Chanyeol yang baru saja membelokkan kemudi mobil ke arah kanan segera memelankan mobilnya hingga berhenti di depan sebuah rumah bergaya klasik namun sedikit sederhana. Ia tatap Sehun yang masih terdiam di tempatnya. Ada sesuatu yang ingin ditanyakan namja itu namun Chanyeol hanya diam dan menunggu sang sepupu untuk mengutarakannya. Sebenarnya Chanyeol ingin memaksa Sehun namun mengingat bahwa sepupunya itu sangat susah sekali untuk dipaksa mengutarakan apa yang dirasakannya maka ia lebih memilih diam sampai namja itu sendiri yang mengatakannya.
"Haruskah aku melakukannya? M-maksudku mencari…?"
Chanyeol tersenyum dan mengangguk ke arah Sehun yang gelagapan. Lirihan yang keluar dari mulut Sehun menandakan bahwa namja itu bimbang dan butuh arahan. Chanyeol menepuk pundak Sehun dan merapikan rambut hitam Sehun. Namja itu mengusap rambut sepupu satu-satunya yang ia miliki dengan sayang. "Aku tahu kau bisa Sehun-ah. Aku tahu,"
Melody
"Aku pulang,"
Baekhyun melepas sepatu ketsnya dan menatanya di rak sepatu. Berjalan lunglai ke arah ruang tengah dan langsung membaringkan tubuhnya di atas sofa. Tasnya tergeletak di karpet tak jauh dari sofa itu. Namja manis itu menghela nafasnya berat dan segera menyembunyikan wajahnya di bantal.
"Baekhyun-hyung sudah pulang?"
Baekhyun menoleh saat melihat adik tiri-nya keluar dari kamar. Kyungsoo –adik tiri Baekhyun- segera mendekatinya dan duduk disalah satu sofa single yang ada disana. Umur keduanya hanya berjarak satu tahun karena itulah kedua menjadi sangat dekat walaupun mereka bukanlah saudara sedarah. "Hm. Baru saja,"
Kyungsoo mengernyitkan alisnya saat mendengar jawaban Baekhyun. Namja manis dihadapannya ini terlihat begitu lelah dan tak bertenaga. Kyungsoo mendekatkan wajahnya ke wajah Baekhyun yang sedang menutup matanya. "Apa hyung sakit? Apa ada seseorang yang mengganggumu lagi?"
Baekhyun tersenyum saat mendengar pertanyaan dari adik-nya itu dan langsung membuka matanya. Tatapan khawatir namja manis yang selalu menemaninya itu terlihat jelas di kedua manik doe-nya itu. Baekhyun mendudukkan tubuhnya dan mengusap lembut rambut hitam Kyungsoo yang berbeda dengan rambutnya yang berwarna cokelat kehitaman.
"Tidak, Kyungsoo-ya. Aku sedang tidak sakit dan tidak diganggu oleh seseorang. Hanya saja tadi-" Ucapan Baekhyun terputus saat namja manis itu mengingat kejadian di ruang musik. Saat dimana seorang Park Chanyeol memergokinya bermain piano. Baekhyun sangat shock saat mengetahui namja terkenal di sekolahnya itu sudah mendengarkan permainan pianonya. Tanpa sadar Baekhyun menggigit bibir bawahnya dan membuat Kyungsoo yang sedari menatapnya terlihat semakin khawatir.
"Hyung!"
Baekhyun tersadar saat mendengar pekikan Kyungsoo. Langsung saja Baekhyun mengulas senyumnya dan mengusap kembali rambut Kyungsoo dengan lembut. "Tadi saat pulang sekolah, aku bermain piano seperti biasanya. Tapi, ada seseorang yang melihatku memainkannya,"
Kyungsoo tersentak saat mendengar penuturan Baekhyun. Wajahnya menyiratkan ketakutan yang kentara sekali di dalam maniks doe-nya. Baekhyun yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum menenangkan. Seharusnya ia tidak memberitahukan hal itu kepada Kyungsoo. Mengingat namja yang sejak kecil bersamanya itu sangat perhatian padanya.
"Ya ya, tenanglah adik kecil. Aku tak apa kau tahu. Berharap saja jika namja itu tidak mengadukannya kepada Guru Song maka semuanya akan baik-baik saja,"
Kyungsoo hanya bisa mengangguk dan melempar senyum kecil pada Baekhyun. Kyungsoo sangat tahu jika Baekhyun sangat gemar dengan piano namun Ibu Baekhyun sangat melarangnya. Tidak ada yang tahu apa alasan Nyonya Byun melarang anaknya bermain piano namun Baekhyun beranggapan jika Nyonya Byun tidak ingin lagi mengingat kematian Tuan Byun hingga melarang Baekhyun bermain piano. Bahkan kini piano yang sangat disukai Baekhyun itu tersimpan baik di dalam gudang rumahnya.
"Sudahlah. Lebih baik sekarang kita membuat sesuatu untuk mengisi perutku yang kelaparan ini,"
"Tidak. Baekhyun-hyung tidak boleh masuk ke dapurku. Kau bisa menghancurkannya dalam sekejap. Lebih baik hyung pergi ke kamar dan berbenah diri,"
Baekhyun langsung tergelak saat melihat Kyungsoo yang langsung berlari ke arah dapur dan berteriak ke arahnya. Baekhyun sangat tahu bagaimana mengalihkan perhatian Kyungsoo dan membuatnya melakukan hal-hal yang menggemaskan seperti tadi. Dengan segera, Baekhyun melaksanakan apa yang diperintahkan Kyungsoo. Untung saja, kedua orang tuanya sedang pergi ke luar kota hingga Baekhyun tidak harus mendapat omelan dari ibunya yang sangat menyayangi Kyungsoo. Bahkan kini Baekhyun lebih dekat kepada sang ayah yang sebenarnya adalah ayah kandung Kyungsoo. Baekhyun tidak tahu apa ada alasan dibalik semua itu namun ia tentu masih sangat menyayangi ibunya.
"Buatkan aku nasi goreng kimchi, Kyung-ie,"
Melody
Chanyeol memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah. Pagi ini Chanyeol berangkat sendiri karena Sehun menjemput Jongin dan berangkat sekolah bersama. Mengingat bahwa tadi pagi sepupunya itu mengirim pesan akan berangkat bersama Jongin membuat senyum Chanyeol muncul. Pasalnya semenjak Jongin menjadi tunangan namja tampan itu, Sehun tidak pernah mau menjemput atau mengantarkan Jongin pulang.
Dengan santai Chanyeol berjalan menembus lapangan sekolahnya yang luas. Pekikan para yeoja yang menjadi fans-nya itu membuat Chanyeol kikuk. Biasanya disampingnya akan ada Sehun yang membuatnya tenang. Sekarang namja tampan itu tidak ada disisinya. Chanyeol hanya melempar senyum sekenanya saja saat beberapa siswa/siswi menyapanya. Hingga tatapan matanya tak sengaja menatap sosok mungil yang sejak tadi malam dia pikirkan. Sosok mungil yang bermain piano di ruang musik sore itu kini ada dalam jarak pandangnya. Sosok mungil itu sedang berjalan merangkul seorang namja mungil lain. Terlihat begitu akrab seperti… sepasang kekasih.
Ugh, sial. Kenapa Chanyeol jadi seperti remaja yang baru saja melihat pujaan hatinya sudah memiliki pasangan. Chanyeol berusaha untuk memupus perasaan kesal yang merayapi hatinya dan berjalan seperti biasanya. Kedua namja yang menjadi pusat perhatian Chanyeol itu berhenti sejenak di depan tangga utama sekolah. Keduanya melambaikan tangan dan berjalan terpisah.
Chanyeol segera melanjutkan langkahnya yang sempat memelan dan menatap punggung sosok namja mungil yang sejak semalam memenuhi otaknya itu. Chanyeol menaiki anak tangga tanpa mengalihkan tatapannya dari Baekhyun. Chanyeol terus melangkah dengan santai hingga langkahnya terhenti saat melihat Baekhyun memasuki sebuah kelas. Kelas-Nya. Baekhyun adalah anak kelas 2-1. Berarti selama ini mereka sekelas dan Chanyeol tidak menyadari kehadirannya. Astaga, apa yang selama ini dilakukan Chanyeol di kelas hingga tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya berada di kelas yang sama sejak kelas satu.
'Shit! Kau sangat-sangat bodoh, Park Chanyeol,'
Akhirnya Chanyeol segera berjalan memasuki kelasnya dan menatap ke sekelilingnya. Ia menemukan Baekhyun yang duduk di bangku nomor dua dari belakang dan berada di dekat jendela. Tatapan mata Baekhyun mengarah ke arah lapangan sekolah. Sedetik kemudian, Chanyeol menyadari sesuatu jika namja mungil itu adalah siswa berprestasi disekolahnya.
Byun Baekhyun. Siswa kelas 2-1 yang memiliki IQ diatas rata-rata dan pemegang rekor tertinggi di sekolahnya.
Chanyeol mengumpat dalam hatinya dan duduk dibangkunya. Bangku paling akhir yang dekat dengan pintu kelas. Chanyeol meletakkan tasnya dan menatap ponselnya, mengotak-atik ponsel canggih itu dan terdiam untuk sesaat.
"Siswa penyendiri yang memiliki otak brilliant…" Lirih Chanyeol yang hanya bisa didengar olehnya sendiri. Ia mendongak dan menatap Baekhyun. Benar saja, namja itu hanya duduk sendiri dibangkunya dan tidak memiliki teman sebangku. Sifat Baekhyun yang tertutup selalu membuat siswa lain yang ingin berteman dengannya hanya bisa menatapnya dan akhirnya menghiraukannya. Chanyeol memasukkan ponselnya di saku kemejanya dan menarik tangan teman di depannya yang juga teman se-tim basketnya.
"Ya, Jongsuk-ah. Apa ada seseorang yang duduk disamping namja bernama Byun Baekhyun itu?"
Jongsuk yang mendengar pertanyaan aneh Chanyeol segera menggelengkan kepalanya. Seingatnya ia tidak pernah melihat seorang Byun Baekhyun duduk bersama orang lain yang menjadi teman sebangkunya. Melihat ekpresi Chanyeol yang rumit membuat Jongsuk kembali menatap Chanyeol.
"Apa kau ingin duduk disana untuk pelajaran kimia hari ini? Silahkan saja, tapi aku harap kau betah karena Baekhyun sangat pendiam. Seingatku dulu saat pertama kali masuk ke sekolah ini, aku melihat teman sebangku Baekhyun pindah tempat duduk karena namja itu hanya diam saja saat diajak berkenalan atau mengobrol. Beberapa kali mendapat teman sebangku namun baru satu pelajaran selesai mereka langsung pindah tempat duduk atau meminta pindah kelas,"
Mendengar hal itu mampu membuat Chanyeol tersenyum jahil ke arah Jongsuk dan mengambil tasnya. Jongsuk sempat tersentak namun sebuah senyuman hadir dalam bibirnya. Sepertinya Chanyeol menemukan sosok yang pernah dia ceritakan kepadanya hingga membiarkan cowok tinggi itu meninggalkan bangku yang amat-sangat disukainya itu. Chanyeol meletakkan tasnya sedikit lebih keras untuk menarik perhatian Baekhyun dan berhasil. Namja mungil itu menoleh ke arahnya dan wajahnya berubah pucat saat melihat Chanyeol. Chanyeol menahan tawanya saat melihat ekspresi ketakutan yang nampak di wajahnya yang manis itu. Mulai sekarang mereka akan menjadi teman sebangku untuk waktu yang lama.
"Hi, kita bertemu lagi,"
"Kau... Apa yang kau lakukan disini?"
Chanyeol tersenyum saat mendengar desisan Baekhyun. Ia dapat melihat kalau namja manis disampingnya itu sedang menahan tangannya untuk mendorongnya kembali ke bangkunya. Dengan santai, Chanyeol menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi dan menatap Baekhyun dengan tatapan menantangnya.
"Aku sedang menghadiri kelas jika kau lupa, Byun Baekhyun,"
Baekhyun memejamkan matanya untuk meredakan kekesalannya saat Chanyeol mengeja namanya seakan ia tidak bisa melakukan apapun untuk mengubahnya dan itu memang benar. Namja manis itu menghembuskan nafasnya pelan dan langsung membuang mukanya ke arah luar jendela. Memutuskan untuk tidak menghiraukan Chanyeol adalah hal yang tepat menurutnya.
"Selamat pagi, anak-anak,"
Sang guru yang baru saja memasuki kelasnya itu langsung menaruh bukunya di meja dan suasana kelas yang semula ramai itu kembali tenang. Sang guru mulai mengabsen para siswa kelas 2-1 itu sambil mengamati apakah ada kecurangan jika ada seorang siswa yang mengacungkan tangannya dua kali.
"Byun Baekhyun," Sang guru menoleh ke arah Baekhyun yang membalas panggilannya. Salah satu alisnya terangkat saat melihat sosok Park Chanyeol disamping Baekhyun. Duduk dengan tenang seakan dia sudah lama duduk disamping siswa jenius di sekolahnya itu.
"Park Chanyeol, kau berpindah tempat duduk?"
"Ya, ssaem. Saya sudah meminta ijin kepada Kim-ssaem selaku wali kelas saya,"
Jawaban yang dilontarkan oleh Chanyeol mampu membuat seluruh siswa di kelas mereka tak menyangka bahwa sosok terkenal seperti Chanyeol meninggalkan bangku kesayangannya dan memilih duduk disamping Baekhyun. Baekhyun yang mendengar hal itu hanya bisa menatap Chanyeol tak percaya dan langsung menghela nafasnya berat.
"Baiklah. Semoga kau memiliki kemajuan dalam mata pelajaranku kali ini,"
Chanyeol menganggukkan kepalanya saat sang guru kembali mengabsen siswa lain. Ia tersenyum senang karena kini salah satu rencana yang sudah ia susun berhasil ia jalankan. Chanyeol melirik ke arah Baekhyun yang kembali menatap keluar jendela. Ia tentu saja tidak bisa memaksa Baekhyun untuk menerima keberadaannya langsung. Ia tahu bahwa seorang Byun Baekhyun adalah sosok siswa berprestasi sejak ia menginjak bangku smp hingga sekarang. Baekhyun selalu menjadi seorang siswa peringkat pertama yang memenangkan berbagai macam perlombaan. Namun tentu saja, Chanyeol tidak pernah memikirkan apa yang sudah pernah dicapai oleh Baekhyun dengan kecerdasannya itu. Yang ia pikirkan saat ini adalah menjadikan sosok pendiam disampingnya ini menjadi salah satu temannya.
Setidaknya, itu adalah sebuah perkembangan paling pesat dalam hubungan mereka. Chanyeol harap apa yang akan ia lakukan mampu membuat Baekhyun menjadi temannya. Namja tinggi itu sangat berharap karena sungguh sadar atau tidak, ia sudah mulai terperangkap dengan segala pesona seorang Byun Baekhyun
.
.
.
.
.
TBC?
New FF with ChanBaek couple. Jangan tanyakan saya kenapa ff ini muncul karena aku sungguh terpesona dengan penampilan Baekhyun di konser mereka yang Exoluxion. Ugh, dia terlihat begitu menawan dan sangat... berbeda haha entahlah aku juga tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Dan buat para penggemar? ff ChanBaek pertamaku, My Neighbor. Aku tidak tahu harus melanjutkannya menjadi sebuah ff chaptered atau tidak karena sebenarnya itu ff oneshoot dan aku bingung mau buat sequel yang gimana. Jadi apa diantara kalian yang mungkin saja membacanya bisa memberikan saran hehehehe kalau ada sih, kalau tidak ada ya sudah aku mah bisa apa TT.
Oke sekian dulu ya and See U Next Chap...
