Kasamatsu Yukio itu benar-benar sulit berhubungan dengan perempuan. Ryouta saja pernah mengatainya 'phobia perempuan', yang tentunya disangkal Yukio habis-habisan. Dia tidak phobia kok! Buktinya dia punya pacar! Dan mereka sudah berhubungan cukup lama! Tapi harus Yukio akui, ada saat tertentu dimana dia merasa gugup dan gelisah ketika bersama sang kekasih…
.
.
.
Jadilah Milikku
Character: Kasamatsu Yukio x OC (Rihito Aori)
Genre: Romance
Rate: Teen Fic
Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi
Story © Aori Rihito
OC, OOC, Typo, OC's PoV
.
.
.
Aku mengernyitkan dahi. Sudah berapa kali ini Yukio-kun menghindariku. Kekasihku itu berperilaku cukup aneh beberapa hari ini. Dia tampak tegang dan mudah sekali terkejut, apalagi ketika bersamaku. Memang Yukio-kun itu selalu gugup kalau sedang bersama kaum hawa, tapi kami sudah menjalin hubungan asmara ini semenjak SMA! Aku saja sempat kaget saat dia menyatakan perasaannya, karena setahuku Yukio-kun itu seperti takut perempuan. Tapi Yukio-kun bilang kalau dia selalu merasa tenang denganku. Meski dia mengatakan itu, kenapa sekarang dia malah seperti waspada dan gelisah setiap kali bersamaku? Apanya yang tenang? Apakah Yukio-kun menyembunyikan sesuatu?
"Rihitocchi! Kenapa sendirian?" Suara yang sudah akrab di telingaku terdengar. Itu pasti Kise Ryouta, juniorku dan Yukio-kun semasa SMA di Kaijo.
Wajahku yang masih terlihat kesal tidak kuubah ketika aku menjawab panggilan Kise-kun, "Oh, Kise-kun. Seharusnya aku bersama Yukio-kun, tapi dia sekarang berada entah di mana. Lihat dia, tidak? Mungkin berpapasan ketika di jalan?"
Kise-kun mengangkat bahu. "Tidak tuh. Hari ini kalian kencan? Mungkin senpai lupa atau pekerjaan memanggil." Ujarnya.
Pekerjaan? Yukio-kun bekerja sebagai businessman, tepatnya wiraswasta karena Yukio-kun berhasil membangun perusahaan yang bergerak di bidang musik dan sekarang sudah cukup sukses meski belum terlalu besar. Seingatku Yukio-kun bilang hari ini tidak ada rapat, jadi Yukio-kun mengambil cuti. Apa mungkin ada rapat dadakan yang memerlukannya? Tapi Yukio-kun tidak mengabariku sama sekali!
"Entahlah, Yukio-kun belum menghubungiku. Oh iya, apa yang kau lakukan sendirian di sini, Kise-kun?" tanyaku sambil memandang sekelilingku. Aku berada di tempat janjianku dengan Yukio-kun, yaitu Festival Musim Semi. Sebenarnya aku yang memintanya menemuiku di sini, karena sudah lama aku tidak memiliki waktu luang bersamanya, ditambah dia selalu menghindariku. Pekerjaanku sebagai Psikolog cukup menyita waktu, dan hari ini aku beruntung bisa mengambil cuti dari tempatku bekerja.
"Aku baru saja kembali dari Prancis, dan aku merindukan suasana Jepang! Tentu saja Festival Musim Semi ini yang terbaik untuk mengobati rinduku secepat mungkin!" Jawabnya ceria dengan cengiran. Ah, iya, Kise-kun 'kan pilot. Dia baru kembali dari Prancis, ya…
"AORI!"
Sebuah suara menghentikan pikiranku. Aku berbalik dan mendapati kekasihku berlari ke arahku dengan nafas tersengal-sengal. Dia memakai… Pakaian kantor?
"Yukio-kun! Kamu dari mana?!" tanyaku kesal. "Kenapa masih pakai jas? Ini 'kan festival! Setidaknya pakailah pakaian santai kalau tidak mau memakai yukata sepertiku!" Omelku. Ya, saat ini aku mengenakan yukata musim semi yang cukup simpel dan ringan berwarna biru laut dengan design bunga-bunga berwarna hitam. Obi yang kukenakan juga berwarna hitam. Rambut keemasan selenganku yang biasanya kugerai begitu saja kusanggul ringan dengan tusuk rambut yang sewarna dengan yukata-ku, menyisakan beberapa anak rambut membingkai wajahku. Tentu saja, untuk melengkapi pakaian festivalku, aku memakai geta sebagai alas kaki dan membawa tas kecil khas festival berwarna hitam.
Kembali ke Yukio-kun, bukannya menjawab, dia malah terpaku. Aku mengangkat sebelah alisku dan melambaikan telapak tanganku di depan wajahnya. "Halo? Yukio-kun! Bumi kepada Yukio-kun! Apakah kau disana?"
"Mungkin senpai terpana melihatmu, Rihitocchi!" tawa Kise-kun.
Tampaknya suara Kise-kun menyadarkannya dari lamunannya. "Kise! Apa yang kau lakukan di sini?!"
"Tentu saja menemani Rihitocchi karena senpai membiarkannya sendiri!" Kise-kun menghela nafas. "Tapi sebaiknya aku pergi sekarang. Sampai jumpa lagi, senpai, Rihitocchi!" Dia melambaikan tangan dan pergi meninggalkan kami.
"Terimakasih sudah menemaniku, Kise-kun!" Ucapku.
Yukio-kun berdeham, membuatku memalingkan wajahku ke arahnya. Kulihat pipinya bersemu merah dan matanya menghindari tatapanku. "K-Kau terlihat c-cantik dengan yukata itu… Warnanya membuat matamu terlihat l-lebih indah d-dari biasanya…" Katanya pelan.
Mendengar pujiannya, kurasakan sebuah senyum terpatri di bibirku. "Terimakasih, Yukio-kun. Kau juga tetap terlihat tampan meski sedikit berantakan dengan jas-mu itu, kok." Ujarku dengan sedikit tawa. Wajah Yukio-kun semakin memerah dan dia memalingkan wajahnya.
"M-Maaf aku terlambat, tadi ada rapat dadakan dan handphone-ku mati, jadi aku tidak bisa menghubungimu."
Aah, jadi benar kata Kise-kun, panggilan pekerjaan. "Tidak apa-apa, aku tidak menunggu terlalu lama kok. Ayo jalan." Ajakku. Bisa kulihat Yukio-kun menghela nafas lega, lalu dia menawarkan tangannya yang tentu saja langsung kusambut.
Kami berjalan menyusuri festival yang ramai itu. Tangan Yukio-kun tidak pernah melepaskanku selama kami berjalan. Bahkan ketika kami berhenti untuk membeli takoyaki, dia hanya melepaskanku untuk mengambil uang dan membayarnya, lalu kami makan sambil jalan. Karena selama makan aku menggunakan kedua tanganku, lengan Yukio-kun berada di sekeliling pinggangku, mendekapku erat kepadanya meski dengan wajah semerah apel sambil mengatakan 'agar kita tidak terpisah sehingga sulit bertemu lagi'.
Beberapa kali aku menggodanya dengan mencoba menyuapinya, yang tentunya ditolak Yukio-kun karena dia malu. Tapi tetap saja aku berhasil membuatnya memakan takoyaki yang kusodori!
Kami juga berhenti beberapa kali untuk mencoba permainan-permainan. Yukio-kun berhasil memenangkan boneka panda di permainan melempar bola ke sasaran dan memberikannya padaku. (Tentu saja dia menang, dia 'kan pemain basket!) Tampaknya Yukio-kun ingat kalau binatang favoritku itu panda.
Aku senang; Yukio-kun tidak mencoba menghindariku hari ini. Dia juga tampak rileks dan selalu tersenyum. Sepertinya aku berhasil mendapatkan kekasihku lagi.
Hanya saja ada satu hal yang mengganjal di kepalaku secara tiba-tiba.
'Kalau sekarang kuingat-ingat, selama kami berpacaran, Yukio-kun hanya pernah menciumku tiga kali.' Pikirku. 'Padahal kami berpacaran sudah berapa lama ya… Karena sejak kelas 3 SMA, berarti sudah 6 tahun? Yang pertama saat kami lulus SMA, yang kedua saat kami lulus kuliah, dan yang ketiga saat perusahaan Yukio-kun berhasil mendapatkan perjanjian dengan perusahaan lain yang menguntungkan… Kenapa ya?'
"-ri? Aori?"
"Ah, iya?" Ucapku cepat saat Yukio-kun menyadarkanku dari pikiranku.
"Ada apa? Kamu sakit?" Tanya Yukio-kun dengan wajah khawatir. Aah, wajahnya yang seperti ini benar-benar manis dan membuatku tambah menyukainya! Meskipun Yukio-kun selalu gugup ketika bersama perempuan, tapi sebenarnya dia itu sangat perhatian dan lembut. Aku merasa hari ini Yukio-kun benar-benar mencoba membayar atas absennya dia beberapa hari ini. Dia begitu protektif (terbukti dari lengannya yang selalu berada di pinggangku), perhatian (seperti barusan), dan halus.
"Tidak, hanya memikirkan sesuatu. Mm, sebentar lagi kembang api, 'kan? Ayo nonton!" Ajakku senang.
Entah apa yang salah dari yang kukatakan, tapi setelah aku mengajaknya menonton kembang api, tiba-tiba saja wajahnya menjadi tegang. "Yukio-kun?"
"K-Kembang api ya? Kita lihat d-dari atas situ s-saja." Ucapnya terbata-bata sambil menunjuk semacam bukit yang tidak terlalu jauh dari kami.
Apa yang salah dari kembang api? Kenapa Yukio-kun malah menjadi tegang?
Tanpa menyuarakan rasa bingungku, aku mengikuti Yukio-kun menuju tempat sepi itu. Tampak bunga sakura dimana-mana, indah sekali. Ini memang bukan hanabi, tapi tidak ada salahnya sambil memandangi bunga sakura. Yukio-kun tidak mengatakan apapun, tapi aku bisa merasakan kegelisahannya dan betapa tegangnya tubuhnya. Ada apa sebenarnya?
…Apa mungkin Yukio-kun akan memutuskanku di sini?
Tidak, tidak! Aku tidak boleh berpikiran negatif! Sudah 6 tahun kami menjalin hubungan, tidak mungkin Yukio-kun memutuskanku begitu saja seperti ini!
…Atau mungkin Yukio-kun bosan denganku setelah 6 tahun ini…?
"Aori? Aori, melamun lagi?" Suara Yukio-kun kembali menyadarkanku.
"T-Tidak apa-apa."
Pikiranku barusan membuat mood-ku langsung turun drastis. Aku baru sadar kalau aku benar-benar takut Yukio-kun akan meninggalkanku. Apalagi sudah berapa hari ini dia menghindariku. Jangan-jangan selama ini dia berusaha mencari cara untuk memutuskanku… Atau dia sudah memiliki perempuan baru…
"S-Sebentar lagi kembang apinya a-akan dimulai." Ucap Yukio-kun tiba-tiba dengan suara yang masih tegang. Aku hanya mengangguk pelan. Tangan Yukio-kun sudah meninggalkanku, dan aku hanya diam sambil mendekap boneka panda yang dimenangkan Yukio-kun.
Angin berhembus pelan, membuat beberapa helai rambutku terhempas perlahan sambil menemani sunyinya keadaan meskipun banyak suara dari festival di bawah. Baik Yukio-kun maupun aku tidak mengatakan apapun. Yukio-kun terlihat gelisah dan tegang, sementara aku terlalu takut untuk mengucapkan apapun.
"N-Ne, Aori…" Panggil Yukio-kun tiba-tiba.
"Ya…?"
Kulihat Yukio-kun yang tampak makin tegang. "Ada yang ingin Yukio-kun sampaikan padaku?" Tanyaku pelan.
Bukannya menjawab, Yukio-kun malah memalingkan wajah dan bergumam tidak jelas. "Bagaimana caranya ya…" Kudengar gumamannya itu.
Cara? Cara apa? Cara untuk mengatakan kalau dia sudah tidak tertarik padaku?
"Um, Aori… S-Sudah 6 tahun kita menjalin h-hubungan ini…" Mulainya perlahan. Aku mengangguk pelan.
Tangan Yukio-kun naik ke rambutnya dan ia mulai mengacak-acak rambutnya pelan. "Uh… S-Selama ini aku merasa kalau h-hanya kaulah yang bisa m-membuatku merasa seperti i-ini… T-Tidak ada orang lain yang bisa m-membuatku merasa begitu d-diinginkan selain orangtuaku…" Ucapnya terbata-bata.
Apa…? Apa maksudnya, Yukio-kun…?
"S-Saat pertama kali a-aku m-melihatmu, aku tahu kalau kaulah s-satu-satunya… Aku tidak tahu k-kalau kau percaya pada c-cinta pada pandangan p-pertama atau tidak, tapi itulah y-yang kurasakan… S-Seketika a-aku merasa ingin m-melindungimu dan b-bersamamu selalu, dan aku t-tahu kalau hanya orang t-terbaiklah yang p-pantas bersamamu…" Yukio-kun memutus perkataannya dengan wajah yang sangat merah.
"…Bisakah aku menjadi orang itu?"
"H-Hah?" Hanya itu yang keluar dari mulutku. Aku… Aku tidak mengerti… Apa maksudnya ini? Kalau ini semacam pernyataan perasaan… Bukankah kami memang sudah bersama? "Yukio-kun, aku tidak mengerti…"
Kudengar Yukio-kun mengumpat pelan, sepertinya dia kesal dengan dirinya. "M-Maksudku…" Yukio-kun menarik nafas dalam-dalam. "Dengar, Aori… Dari semua perempuan yang pernah kutemui, hanya kaulah yang bisa membuatku merasa seperti diriku sendiri." Ucapnya perlahan tanpa terbata-bata sambil menatap langsung ke mataku. "Aku merasa kalau dirimu begitu spesial untukku." Yukio-kun melangkah mendekatiku yang terpaku. "Di dalam hidup ini, begitu banyak rintangan yang akan menghadang… Tapi aku siap menghadapi semua itu selama aku bersamamu."
Mendengar kata-kata Yukio-kun, akupun tersadar dengan apa yang Yukio-kun berusaha lakukan. Aku bisa merasakan mataku memanas dan air mata mulai menggenang. Yukio-kun meraih tanganku dan membawanya ke bibirnya, membuat boneka yang tadinya kudekap terjatuh.
"Aori…"
DUARR! DUARRRR!
"Jadilah milikku untuk selamanya."
Tatapan lembut yang penuh cinta dari mata Yukio-kun sudah lebih dari cukup untuk membuat air mata yang memang sudah berkumpul di mataku mulai menuruni pipiku. Ditambah pemandangan kembang api yang begitu menakjubkan di balik Yukio-kun, aku benar-benar merasa… Penuh. "Y-Yukio-kun baka…" Kataku dengan suara sedikit serak. "Tidak tahukah kau kalau kukira Yukio-kun mau memutuskanku?" Kataku lagi tanpa melihat wajahnya.
"P-Putus?"
"Sudah berapa hari ini kau menghindariku, kau tahu… Awalnya kukira itu karena Yukio-kun sudah bosan denganku…"
"B-Bosan?! T-Tentu saja tidak! Aori, dengarkan, aku tidak akan pernah bosan dengan dirimu!" Yukio-kun meraih tanganku yang satu lagi dan mendekapnya erat di depan jantungnya. "O-Oleh karena itu, aku memintamu untuk menjadi milikku, selamanya!"
Mendengarnya, aku tertawa pelan. "Untuk orang biasa, itu terdengar sedikit aneh, kau tahu?" Gumamku. Aku sengaja mengulur waktu sebagai pembalasan sudah membuatku khawatir dan takut. Jawabanku sudah pasti, tapi aku ingin membuatnya merasakan apa yang kurasakan. Kejam, aku tahu.
Wajah Yukio-kun memerah lagi. "S-Sudahlah! A-Aku butuh j-jawabanmu!" Katanya cepat dengan terbata-bata.
"Jawaban? Jawaban apa? Memangnya Yukio-kun menanyakan sesuatu?" Godaku dengan sebuah senyuman. Hal ini membuat wajah Yukio-kun tambah merah.
"Aori!"
Aku hanya tertawa.
"K-Kalau begitu akan kutanyakan dengan j-jelas!" Ucapnya tiba-tiba. "Aori, maukah kau menghabiskan hidupmu bersamaku? Membangun hidup dan keluarga bersamaku?" Tanyanya, kali ini dengan senyuman yang menyamai senyumanku.
"Tentu saja iya, memangnya ada keraguan lagi?" Jawabku dengan senyum yang lebih lebar.
Yukio-kun melepaskan sebuah tawa. Ia meraih ke arah kantongnya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru. Dia membukanya, menampakkan sebuah cincin emas putih dengan tiga butir permata biru muda mungil, lalu memasangkannya di jari manisku.
Ketika aku sedang mengagumi perhiasan baru di jariku itu, tiba-tiba saja Yukio-kun menyapukan ibu jarinya di pipiku, menghapus bekas air mata yang tadi turun. Kemudian dia mendekat sehingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya.
Lalu akhirnya bibir kami bertemu.
Ciuman keempat.
Kututup kedua mataku dan kulingkarkan kedua lenganku di leher Yukio-kun, sementara bisa kurasakan satu tangan Yukio-kun di pinggangku dan satu lagi di antara rambut-rambutku, membuat tusuk rambutku terlepas dan akhirnya rambutku jatuh tergerai. Tapi itu semua tidak kupedulikan; yang ada di pikiranku hanyalah bibir lembut Yukio-kun dan ciumannya yang begitu lembut namun dalam dan penuh perasaan.
"Aku mencintaimu, sekarang dan selamanya."
.
.
.
Owari
.
.
.
Waaah~! Selesai juga fic KnB pertama Ao! XD
Fic ini Ao dedikasikan untuk tetangga-tetangga Ao, para istri dari anggota-anggota KnB di FB sebagai challenge mingguan menceritakan kisah antara suami Ao, Yukio-kun, dengan Ao~
Jadi beginilah cara Yukio-kun melamar Ao /plak
Mohon maaf kalau ada typo ataupun OOC yang berlebihan, ditambah bahasa yang aneh! Soalnya udah lama Ao ga bikin fic pake bahasa Indonesia :') Review?
