"Choromaaatsuu ..."
"..."
"Heeiii, jangan acuhkan akuuu,"
"... Osomatsu-sama, tolong pakai baju anda."
the prince and the butler
Osomatsu-san © Akatsuka Fujio
Dibuat untuk kesenangan semata, tidak ada keuntungan lainnya yang didapatkan.
AU—Prince!Oso/Butler!Choro.
[01/03 - OsoChoro Day]
Satu penyesalan yang ada dalam hidup Choromatsu adalah ketika ia bersedia menjadi kepala pelayan—ah, menurutnya lebih pantas disebut pengasuh—kerajaan Matsuno. Uh, bukannya dia tidak ingin mengabdi pada raja dan ratu, bukan juga karena kepala pelayan merupakan pekerjaan yang berat, dan bukan karena dia harus berpakaian formal setiap hari setiap saat.
Yang menjadi masalah adalah tugasnya untuk mengurus si pangeran. Osomatsu namanya, pemuda yang seumuran dengannya namun dengan status yang lebih tinggi, dan akan memgambil alih kerajaan nanti, tiga tahun lagi.
Walaupun ia seorang pangeran, sikap Osomatsu sama sekali tidak mencerminkan sikap seseorang dari kerajaan. Dia malas, lebih suka bermain atau menghabiskan waktu siang dan malam untuk tidur, minum-minum hingga tidak dapat berjalan sendiri. Choromatsu tidak dapat membayangkan pemuda ini, nantinya, yang akan memimpin kerajaan.
"Mohon jangan tidur di saat anda makan, Osomatsu-sama," ucap Choromatsu, dengan menahan suaranya agar tidak terdengar menggertak.
Yang diajak bicara hanya membalasnya dengan gumaman, kedua tangannya dengan malas memotong daging di piring, kedua mata hanya terbuka setengah—dan seringkali menutup jika Choromatsu tidak berdeham membuatnya terkejut.
Butuh waktu sekitar setengah jam untuk Osomatsu menghabiskan makanannya, membuat Choromatsu semakin berkeringat dingin mengingat jadwal si pangeran untuk hari ini.
"Choromatsu, tenang saja. Jangan panik." Osomatsu menatapnya, kantuk sudah hilang dari kedua matanya, dengan senyuman. Ia mendengus pelan untuk menyembunyikan rasa malunya karena Osomatsu tahu kebiasaannya untuk mengetuk kakinya ke lantai saat ia panik.
Si pangeran berdiri dari duduknya, lalu berjalan melewati Choromatsu dengan tempo sedikit lambat. Choromatsu mengikutinya, dengan satu buku agenda di tangan, dan mulai mendikte jadwal Osomatsu hari ini. Si pangeran itu sesekali mengangguk, memberi tanda bahwa ia mendengarkan, dan Choromatsu terus memberinya instruksi.
Osomatsu menghentikan langkahnya, begitu juga Choromatsu yang langsung terdiam dan menatap si pangeran. Belum sempat ia bertanya ada apa, Osomatsu menoleh padanya, "Terima kasih, Choromatsu."
Setelah mengucapkan kalimat itu, si pangeran melanjutkan langkahnya. Choromatsu yang masih memproses kalimat tadi terdiam.
...
Uh.
Sejak kapan Osomatsu mengucapkan terima kasih?
Uh.
Uuuuuhhh ... Ingin rasanya Choromatsu menghentakkan kakinya karena perbuatan si pangeran itu—yang kali ini membuatnya berdebar dan pipinya menjadi merah. Dasar pangeran bodoh, apa maksudnya mengatakan terima kasih, dengan senyuman menawan—ehem, jangan beritahu Osomatsu kalau dia menganggapnya menawan—di wajahnya yang juga tampan—sekali lagi, jangan beritahu Osomatsu.
Choromatsu menyesal menerima pekerjaan sebagai kepala pelayan—bukan, lebih tepatnya pengasuh—dan harus sibuk melakukan ini-itu untuk pangeran yang satu itu. Padahal mimpinya adalah menemani Hashimoto Nyaa—teman dari desanya dulu—untuk bernyanyi di alun-alun, atau bernyanyi mengelilingi kerajaan-kerajaan yang ada di dunia.
Tapi ...
Ugh.
Tapi kalau sudah seperti ini, dia jadi tidak rela membayangkan orang lain menggantikan posisinya untuk dapat sedekat ini dengan pangeran.
.
.
.
Tamat.
Akhirnya kesampaian juga nulis AU ini 8")
Jujur, kalau saya jadi Choro, mungkin Oso sudah saya tamparin—siapa suruh punya wajah menawan gitu uwu
