Connected
by Vylenzh
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
[SasuSakuSara]
Happy Reading ^^
.
.
"Papa ... apa perasaanmu benar-benar terhubung kepada Mama?"
"Iya."
"Kenapa cuma begitu jawabanmu?"
"Karena kami punya dirimu, Sarada."
.
.
Sarada melepas alas kakinya lalu masuk ke dalam rumah—ah, bukan, tapi apartemen yang disewa ayahnya karena rumah mereka masih diperbaiki. Dia membalikkan badannya lalu mengamati kedua orangtuanya. Senyum tak hilang dari wajahnya sedari tadi.
"Berhenti," ucap Sakura tiba-tiba menghentikan langkah Sasuke. Wanita berhelaian merah muda itu tersenyum lebar pada Sasuke seakan meminta sesuatu kepada Sasuke.
Sasuke menghela napas pendek lalu berkata, "Aku pulang."
"Aa ... selamat datang." Sakura tertawa. Iris klorofilnya beralih menatap Sarada lalu Sasuke. "Hm, sebaiknya kalian membersihkan diri. Aku akan mempersiapkan makan malam," ujarnya sebelum berjalan menuju dapur. Untungnya, tadi dia menyempatkan diri membeli bahan masakan. Kira-kira masak apa ya untuk malam ini?
Setelah Sakura menyibukkan diri di dapur, keheningan menyelimuti ruangan tersebut. Sasuke dan Sarada tampak sibuk dengan pikirannya masing-masing sebelum Sarada dengan langkah sedikit ragu mendekati ayahnya lalu menarik jubah hitam ayahnya.
"Papa," bisiknya lirih. Manik hitam yang diturunkan Sasuke itu menatap lurus wajah ayahnya. Semburat merah tipis tampak di kedua sisi wajah Sarada. Dia menggigit bibir bawahnya sesaat lalu berkata, "Selamat datang."
Sasuke tersenyum, dia mengangkat tangan kanannya lalu mengacak surai hitam Sarada. "Papa pulang." Sasuke menurunkan tangannya lalu berjalan melewati Sarada yang terdiam dengan senyum yang masih setia di bibirnya. Sarada menyentuh kepalanya—ah, kehangatan ini. Dia tidak akan melupakannya.
.
.
.
"Besok aku akan pergi lagi."
Ucapan Sasuke menghentikan kegiatan Sakura yang sedang melipat pakaian. Dia terdiam cukup lama sebelum kembali melanjutkan kegiatannya itu. "Hm. Cepat pulang."
Sasuke mengangkat salah satu alisnya bingung. "Hanya itu?"
Sakura memasukkan pakaian terakhir ke lemari. Setelah menutupnya dia berbalik menatap Sasuke seraya berkacak pinggang. "Memangnya ada yang harus kukatakan selain itu?"
"... tidak." Sasuke memalingkan mukanya, mendesah pendek.
"Hei." Sentuhan di bahunya mengalihkan perhatian Sasuke. Sakura berdiri di sebelahnya dengan seulas senyum di bibirnya. "Menunggu lagi ... aku tidak apa-apa."
"Sakura …."
"Kau selalu memiliki aku dan Sarada, kami berdua adalah rumahmu. Tempatmu pulang."
Sasuke mengangkat kepalanya. Tangan kanannya menggenggam tangan Sakura yang berada di bahunya. "Aku—"
"Kenapa kau seakan-akan meragukan kami, Sasuke-kun?" potong Sakura. "Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa perasaan kita terhubung?" Sakura melepas genggaman Sasuke, kedua tangannya melingkari leher Sasuke. "Dimana pun kau berada, aku akan selalu berada di sini."
Tatapan mereka bertemu—emerald dan onyx, perpaduan dua warna yang mengikat dua insan itu. Sang pemilik onyx tersenyum lalu menarik wanita yang paling dikasihinya itu ke dalam dekapannya. "Terima kasih."
"Hm." Sakura mengangguk, semakin menenggelamkan kepalanya ke dada bidang Sasuke hingga tanpa sengaja mendorong Sasuke jatuh berbaring ke kasur. "Ups, maaf," bisiknya seraya terkekeh pelan, dia akan bangun namun ditahan Sasuke.
"Aku ... senang melihatmu, melihat Sarada." Sasuke menarik napas panjang. "Semua salahku membuatnya salah paham kepadamu."
"Aa, tidak." Sakura menjatuhkan kepalanya, berbaring di dada Sasuke. Dia menggumam pelan lalu menutup kedua matanya. "Itu bukan salah siapa-siapa. Kami mencintaimu, Sasuke-kun. Sarada mencintai kita berdua."
Sasuke terdiam. Tatapannya turun ke helaian merah muda milik istrinya itu. Tangannya naik membelai rambut Sakura. "Aku tak pernah bisa meluangkan waktu untuk keluargaku," ucapnya pelan.
Sakura mengangkat kepalanya. "Kau itu ada di dalam hati kami, Sasuke-kun. Keberadaanmu selalu berada di sini," ucap Sakura seraya menunjuk dada Sasuke. "Karena kita selalu terhubung, ingat?"
Kedua sudut bibir Sasuke tertarik membentuk seulas senyum. Dia menangkup wajah Sakura lalu menariknya pelan, mengecup dahi Sakura. "Ya, tentu."
Sakura memejamkan kedua matanya. Dia menarik napas pendek, menyesapi kehangatan yang jarang diberikan suaminya itu. Dia bohong kalau tidak bersedih, tapi bukankah Sasuke sendiri yang mengatakan bahwa mereka terhubung? Dan ya, mereka selalu terhubung melalui sebuah ikatan—buah cinta antara keduanya, Uchiha Sarada.
.
.
.
-the end-
A/N: Ini sebenarnya cuma fic pelepas kebahagiaan(?) setelah chapter sepuluh. Awalnya sih bukan ini yang mau dibuat, tapi tiba-tiba kepikiran bikin ini setelah ngobrol absurd sama Ricchi aka Rima tentang terhubung :'3
Ehm, btw aku mau berterima kasih sebesar-besar kepada Masashi Kishimoto atas karyanya yang telah membuat war dimana-mana/eh—bukan itu/ ulangi, terima kasih kepada MK yang telah memberikan kami (S-Savers) sebuah karya luar biasa, tentang satu keluarga yang benar-benar membuat kami ikut merasakan kebahagiaan di dalamnya. Walaupun (pasti) ada konflik yang membuat kami pernah mengutukmu karena sering me-maso-kan kami. Kami lelah sensei karena tidak semua dari kami tahan dengan kesadisanmu yang selalu menyiksa kami/uhuk, tapi kami tahu kamu selalu membuat akhir yang bikin kami senyum-senyum gaje :3 sekali lagi terima kasih banyak. Kami menyayangimu, dan pasti akan merindukan goresan penamu :D (Oh, Boruto: Naruto The Movie, kami akan menunggunya.).
Dan, terimakasih sebanyak-banyaknya buat readers dan reviewer yang telah meluangkan waktu untuk membaca fanfic-fanfic-ku sebelumnya. Maaf belum sempat balas satu-satu. Kuota limit, liburan soalnya :v
Ehm, maaf A/N-nya panjang. Aku sudahi. Sekali lagi terima kasih. Berkenan review? ^^
