.

.

.

Terdapat berbagai macam dunia alternatif yang terjadi di semesta ini. Dan di setiap dunia skenario tersebut, Samuel dan Jihoon selalu menemukan satu sama lain.

.

.

.

AU - Alternate Universe: Situasi yang berbeda dengan yang dibangun dalam kehidupan sebenarnya.

.

.

.

Alpha/Beta/Omega AU

"Jihoon."

Tak ada jawaban.

"Jihoon, jangan seperti ini."

Yang dipanggil tetap bergeming.

"Jihoonku sayang, the love of my life, my one and only omega, tolong dengarkan aku."

Merasa mereka tidak akan menyelesaikan masalah dengan komunikasi satu arah seperti ini, akhirnya yang sedari tadi memanggil tanpa dihiraukan memutuskan untuk menjelaskan semuanya dengan atau tanpa didengarkan oleh omega di depannya.

"Park Jihoon, aku mohon maafkan aku–Kim Samuel–alpha yang tidak bisa mengontrol hormonnya sehingga kelepasan saat... erm, bercumbu denganmu ini."

Jihoon yang sedari tadi diam langsung memerah begitu mendengar penjelasan blak-blakan dari alpha yang lebih muda darinya itu. Ia langsung berusaha mengontrol reaksinya tapi tentu saja Samuel langsung menyadari dan menyeringai.

Ugh, dasar alpha dan refleks cepat mereka, gerutu Jihoon dalam hati.

"Heh, kau tidak menyangka aku akan terang-terangan seperti ini ya?" kekeh Samuel.

"J-jangan tertawa!"

Samuel hanya tertawa kecil. "Iya, iya. Oke, kembali lagi ke permintaan maafku. Yah, sesungguhnya kau tidak bisa marah kepadaku karena hal ini, Jihoon. Maksudku, ini kan sudah kondisi biologis kita." lanjut Samuel sambil mengangkat bahunya.

"Jangan beralih dari kesalahanmu, Samuel! Aku tahu kau bisa menahannya tapi kau tidak mau!" tuding Jihoon sebal.

"Well," Samuel menyeringai, menunjukkan taringnya. "Siapa yang bisa menahan diri jika sedang bersamamu?"

"Kau menyalahkanku?" balas Jihoon, bibir merahnya mencebik. Samuel pikir wajahnya yang cemberut sangat lucu. "Kau terlalu banyak meninggalkan tanda pada leherku, Samuel! Kalau ayah dan ibuku tahu-"

"-mereka akan benar-benar memisahkan kita secara permanen seperti Romeo dan Juliet, ya, ya, aku tahu." lanjut Samuel sambil mendengus.

Meskipun sudah mengetahui hal itu, ekspresi Jihoon tetap berubah menjadi sendu ketika mendengar Samuel mengatakannya.

Benar. Kalau keluarga mereka tahu, habislah sudah hubungan mereka.

Samuel yang tak kuasa melihat Jihoon yang selalu ceria memasang raut wajah seperti itu, mengulurkan tangannya dan membawa Jihoon ke dalam dekapannya.

"Maafkan aku," bisik Samuel, deru nafasnya menggelitik pelipis Jihoon. "Aku memang bodoh dan ceroboh. I should have known better."

Jihoon menggeleng, "bukan semuanya salahmu. Aku juga terlalu terbuai." balas Jihoon. Ia membenamkan wajahnya di ceruk leher Samuel, menghirup aroma yang selalu dapat menenangkannya.

"Aku benci kenapa orang tua kita harus bermusuhan." geram Samuel. "Aku juga benci pada semesta yang menjadikan kita sebagai 'mate' tapi ditentang oleh keadaan."

"Sssh," Jihoon mengusap punggung Samuel berusaha meredamkan amarahnya. "Kita akan dapat melalui semuanya, Samuel. Ada alasan kenapa kita ditakdirkan menjadi 'mate' dan meskipun seluruh dunia menentang kita, kita pasti akan selalu bisa menemukan jalan untuk kembali bersama."

Mendengar hal itu, meskipun ia tahu kenyataannya sulit, berhasil membuat Samuel sedikit lebih yakin.

Samuel menghela napas, "kau benar. Sekali lagi maafkan aku, hyung. Aku mencintaimu."

Jihoon tersenyum sendu, "aku juga mencintaimu, my alpha."


Note:

I've decided to make this into one drabble per chapter!

I hope you like this one!