Beautiful Boy
By: Kei Tsukiyomi
.
.
Author's Note: Terinspirasi dari pobhia yang saya alami sendiri dan demi kepentingan cerita saya modifikasi di sana-sini hingga terlihat (tidak) layak baca. Hope you like it :D
Disclaimer: Sudah jelas ya Eunhyuk is mine! Aduh, Donghae gak usah timpuk-timpuk deh! *pout*
Warning: AU, Typos yang pasti eksis abis, BL, penistaan karakter dll DLDR!
Pair: Haehyuk
Happy reading!
.
.
.
Pagi ini sangat cerah. Awan seputih salju menghiasi langit biru. Burung-burung berkerumun dan terbang membelah cakrawala. Kuabadikan pemandangan alam nan sejuk ini dengan lensa kamera. Walaupun bukan kamera terbaik tapi cukup menyalurkan hasratku akan photografi. Para pelajar di sekolah SM High School mulai terlihat berlalu lalang di sekitar sekolah.
"Yo Donghae." Kutolehkan kepalaku ke sumber suara yang merusak ketenangan. Itu Siwon, salah satu teman dekatku dengan seenaknya main melingkarkan tangannya di bahuku yang tak kalah kekar darinya. Hei walaupun masih muda tapi ototku tercetak sempurna dan terjaga dengan baik karena rutin di latih.
"Tumben kau datang pagi, kuda? Biasanya juga datang 5 menit sebelum bel berbunyi." Dia hanya cengar-cengir persis seperti kuda sungguhan. Kadang heran dengan para gadis yang begitu menggilai lelaki berstatus ketua osis ini.
"Hari ini aku khusus datang pagi untuk menemani sepupuku yang akan bersekolah di sini."
"Sepupumu? Tingkat berapa?"
"Sepupuku yang tinggal di Paris selama ini. Orangtuanya pindah ke sini karena urusan pekerjaan dan karena dia tidak suka sendirian akhirnya dia ikut. Dia setingkat dengan kita." Pindah sekolah disaat tingkat akhir seperti ini? Apa tidak penuh resiko?
"Sudah sebesar itu masih takut tinggal sendiri? Kekanakkan sekali," komentarku pedas. Siwon hanya terkekeh.
"Hei jangan seperti itu. Dia itu sangat manis. Badannya pun mungil. Kau akan terpesona padanya. Oh dia laki-laki omong-omong." Kuabaikan pujian-pujian Siwon yang terlontar untuk sepupunya dan beranjak menuju kelas yang bersebelahan dengan kelasnya. Langkahku sedikit melambat melihat segerombolan siswi di lorong kelas, entah menggosipkan apa pagi-pagi seperti ini. Kuabaikan jantungku yang mulai berdebar kencang tak nyaman. Berjalan secepatnya menghindari mereka. Begitu sampai di kelas jantungku masih berdebar tak karuan tapi untungnya tidak ada keringat yang menetes ataupun nafasku yang memburu. Setidaknya 'penyakitku' ini sudah lebih baik dari sebelumnya. Di kelasku hanya ada segelintir siswa yang tergolong rajin atau siswa teledor yang lupa mengerjakan tugas dan ingin mencontek dari si pintar yang sudah duduk manis di bangku melakukan berbagai aktivitas yang rata-rata membaca buku. Ponselku bergetar tanda pesan masuk. Dari Siwon yang memintaku menemaninya bertemu sepupunya di kantin istirahat nanti. Ya baiklah, aku juga penasaran seperti apa sepupu yang dielu-elukan Siwon itu.
.
.
.
"Mana sepupumu?" sudah 15 menit kami menunggu sepupu Siwon yang tak kunjung datang. Apa dia tersesat? Siwon hanya menggeleng, wajahnya terlihat gelisah seperti mengkhwatirkan anaknya yang belum kembali dari tempat bermainnya.
"Ah itu dia. EunHyukie sini!" Siwon berteriak dan melambaikan tangannya semangat entah pada siapa. Kutebak sepupunya. Tapi yang mana? Kantin sedang ramai dipenuhi lautan manusia kelaparan di waktu istirahat seperti ini.
"Itu yang di samping Nickhun." Sepertinya Siwon tahu aku ingin melihatnya. Kupanjangkan leherku untuk mencarinya yang katanya di samping anggota basket yang sama denganku dan seketika tubuhku terasa kaku. Orang itu terus berjalan dengan anggun. Dan dalam sekejap semua terasa bergerak lambat. Di mana dia melangkah penuh pesona sedangkan yang lain hanya sebagai figuran tak berarti. Langkahnya pasti hingga sekarang tepat di depan mejaku. Oh tidak, jantungku berdegup sangat kencang hingga membuatku bisa mendengar suara detakannya. Keringat dingin mulai bermunculan, punggungku terasa dingin bahkan tanganku gemetar.
"Hai." Suaranya. Ya Tuhan, suaranya manis sekali. Wajahku memerah dan tanpa basa-basi lagi aku mengambil langkah seribu. Lari secepat yang kubisa agar dia tak melihatku. Kuabaikan teriakan Siwon yang memanggil-manggilku. Kenapa 'penyakitku' bisa kambuh seperti ini?!
.
.
Bel tanda istirahat sudah berdentang. Hari ini hari pertamaku bersekolah di SM high school. Aku bersyukur teman-teman baruku sangat ramah. Mereka dengan senang hati membantuku. Ya meski ada beberapa lelaki dan wanita yang memandangku tak biasa. Bahkan ada yang dengan beraninya mengedipkan matanya padaku. Astaga.
Aku sudah berjanji pada sepupuku, Siwon untuk menemuinya di kantin tapi aku belum mengetahui letaknya. Aku menarik pelan ujung seragam seorang siswa di depanku. Dia menoleh, aku langsung memasang wajah manis.
"Maaf, aku ingin ke kantin tapi belum tahu tempatnya. Apa kau bisa mengantarku?" kulihat wajah lelaki ini memerah dan mengangguk.
"Tentu saja, ayo ikut aku."
"Terimakasih… eh namamu siapa? Namaku Eunhyuk, salam kenal~" lelaki ini terlihat salah tingkah. Mengusap tengkuknya gerogi.
"Namaku Nickhun. Salam kenal Eunhyuk-ssi." Nickhun terlihat sangat kaku terhadapku. Dan selama perjalanan akulah yang berinisiatif memulai obrolan seputar sekolah ini. Tidak apa-apa, mungkin karena kami belum mengenal.
"Ah ini kantinnya." Setelah beberapa kali berbelok akhirnya kami sampai di kantin. Cukup ramai. Tentu saja.
"Terimakasih Khunie~" Nickhun mengangguk, wajahnya memerah lagi, membuatku tertawa pelan. Dia manis. Setelah itu Nickhun berlalu pergi. Kuedarkan pandanganku ke sekeliling mencari keberadaan sepupuku yang berjanji akan menemaniku istirahat ini.
"Eunhyukie di sini." Sayup-sayup kudengar ada yang memanggil namaku. Dari arah selatan. Kutolehkan kepalaku ke sumber suara, menemukan Siwon tengah melambaikan tangannya ke atas. Akhirnya ketemu juga. Tanpa membuang waktu lagi aku segera melangkah mendekatinya. Siwon tidak sendiri. Ada laki-laki berambut brunnete bersamanya. Ada apa dengan laki-laki ini? Kenapa dia terus menatapku dengan mata yang melebar seperti ketakutan?
"Hai," sapaku setelah berdiri di depan meja. Memasang senyum manis andalanku. Siwon balas tersenyum tapi tidak dengan temannya. Dia bergerak gelisah dan secepat kilat berlari keluar area kantin. Aku hanya bisa memasang wajah terperangah nyaris melongo melihat tingkah laki-laki itu. Kenapa dia berlari setelah melihatku? Memangnya aku ini hantu?!
"Donghae. Hei Donghae!" Siwon berteriak memanggilnya. Jadi namanya Donghae. Aku berputar mengelilingi meja dan duduk di samping Siwon yang menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Dia temanmu? Kenapa berlari tiba-tiba seperti itu?" aku tidak bisa menyembunyikan nada kesalku saat bertanya.
"Ya. Namanya Lee Donghae. Maafkan dia ya." Tangan Siwon terangkat mengelus kepalaku. Kebiasaannya untuk membuatku tenang atau untuk memanjakanku. Sudah lama aku tidak merasakannya karena selama bertahun-tahun tinggal di Paris bersama orangtuaku.
"Dia tidak sopan sekali," gerutuku sambil mengerucutkan bibir. Siwon terkekeh.
"Hei, aku juga tidak menyangka dia akan berlari seperti itu. Nanti kusuruh dia meminta maaf padamu. Nah sekarang kau mau makan apa? Biar kupesankan."
"Aku ingin Japchae dan susu stroberi."
"Seleramu tidak berubah. Baiklah tunggu sebentar di sini." Siwon beranjak dari duduknya untuk memesan makanan. Selagi menunggunya kuperhatikan sekeliling kantin. Melihat beragam orang yang saling berinteraksi. Ada yang makan dengan tenang, ada yang makan sambil bicara hingga makanannya menyembur ke mana-mana, eww menjijikan! Ada juga yang saling bercanda satu-sama lainnya. Oh! Apa yang mereka lakukan di pojok sana? Ada seorang siswa dan siswi sedang berciuman. Astaga, mereka pikir kantin itu tempat untuk bermesraan? Kupalingkan pandanganku tepat saat Siwon kembali dengan berbagai makanan di tangannya.
"Mari makan~"
"Ne~"
.
.
.
Payah! Kenapa penyakitku bisa kambuh lagi seperti ini sih?! Lihat saja sekarang, bukannya secepatnya pulang karena bel pulang telah berdentang 10 menit yang lalu, tapi malah terdiam kaku bersembunyi di balik tembok. Kuhela nafasku dan melipat tangan di dada. Mataku awas memperhatikan salah satu objek yang setia menyita perhatianku. Sepupu Siwon. Yang sekarang sedang berdiri di dekat gerbang. Menoleh kanan-kiri, pasti menunggu Siwon.
Hahh… bagaimana harus kukatakan ya? Dia membuatku takut. Tidak, tidak! Dia tidak menyeramkan atau bertubuh besar berotot sehingga harus kutakuti. Malah sebaliknya. Dia ramping dan cantik. Sangat cantik. Siwon sialan! Dia tidak bilang sepupunya secantik itu. Itulah masalahnya. Dia cantik! Tidak ada yang aneh sebenarnya dari cantik, malah itu adalah anugerah. Di sinilah aku yang aneh. Tahu Venustraphobia? Fobia terhadap wanita cantik. Aku salah satu pengidapnya. Jangan tanya macam-macam! Omong-omong aku merasa tidak enak langsung berlari begitu saja. Siwon tadi bilang sepupunya itu tersinggung karena sikapku. Hahh… mau bagaimana lagi? Maaf ya, cantik.
Dari kejauhan kulihat Siwon menghampiri sepupunya dan merekapun pergi dengan mobil Siwon. Hahh… aku selamat untuk saat ini. Jam berapa sekarang? Ah aku harus segera pergi. Pekerjaanku menunggu, Siwon juga meminta bertemu untuk membahas sikapku tadi.
.
.
.
"Hahaha~ kau… kau… astaga Donghae tak kusangka penyakitmu semakin parah. Hahaha…" tawa itu terdengar menggelegar memenuhi kafe yang untungnya tidak terlalu banyak pengunjung karena memang mau tutup. Kupandang risih Siwon yang tertawa terlalu keras sambil memukul-mukul meja tanda begitu geli dengan apa yang didengarnya. Kalau tidak ingat dia temanku semenjak sekolah dasar sudah kusiram wajahnya dengan kopi di depanku yang masih mengepulkan asap.
"Berhenti tertawa! Dasar kuda!"
"Haha… oke, maaf. Tapi aku benar-benar tak menyangka penyakitmu itu kambuh lagi. Terlebih pada sepupuku, bagaimana bisa?" kuhela nafasku berat mendengar pertanyaannya yang tidak kuketahui jawabannya.
"Aku juga tidak tahu. Semua terjadi begitu saja. Saat sepupumu mendekat tremor menyerangku, keringat dingin bermunculan, jantungku juga berdegup kencang dua kali lipat. Yang kutahu selanjutnya adalah tubuhku sudah bergerak untuk berlari secepatnya dari sana." Siwon menegakkan punggungnya, menatapku serius.
"Tapi sepupuku itu laki-laki, Donghae."
"Aku tahu, tapi dia sangat cantik kau tahu." Bayangan wajah sepupu Siwon yang kutahu bernama Lee Eunhyuk itu terlintas di benakku. Bagaimana paras itu terbentuk sempurna. Walaupun rasa takut itu tetap ada tapi tak bisa kupungkiri bahwa Eunhyuk juga menyusupkan rasa debar yang menyenangkan. Rasanya seperti… kasmaran mungkin.
"Ya dia memang cantik, saat kusuruh dia operasi merubah gender sebagai perempuan dia malah memukulku." Siwon menggeleng-gelengkan kepalanya seakan apa yang dikatakannya tidak pantas untuk mendapat pukulan. Tanganku gatal sekali ingin menggeplaknya. Siapa juga yang tidak marah disuruh merubah gender? Dia memang aneh dan anehnya itu kadang bisa membuat banyak-banyak mengelus dada.
"Kau harus meminta maaf padanya besok, Donghae. Aku tidak mau tahu, aku sudah berjanji padanya kalau kau akan menemuinya besok, di taman belakang untuk meminta maaf," katanya santai sambil menyeruput ice coffe. Mengabaikanku yang terbelalak tak percaya. Bertemu dengan Eunhyuk di taman belakang besok? Melihatnya dari dekat saja aku tak sanggup apalagi harus berbicara padanya? Bisa saja aku pingsan, siapa yang tahu? Siwon beranjak dari duduknya setelah melihat jam di pergelangan tangan kirinya.
"Baiklah aku pulang dulu, jangan lupa besok kau harus menemuinya. Sampai jumpa." Itu saja. Setelah mengatakannya dia dengan santainya pergi begitu saja tanpa mau repot-repot memikirkanku yang kalang-kabut.
Astaga, aku harus bertemu Eunhyuk? Apa aku bisa? Ayo Donghae kau pasti bisa. Lagipula Siwon benar,aku harus minta maaf. Sampai bertemu besok, Eunhyuk.
.
.
.
"Takut pada wanita cantik?" Siwon mengangguk kalem atas pertanyaan Eunhyuk yang kini berjalan di sampingnya menuju perpustakaan sekolah. Menebarkan senyum pada beberapa siswa yang berpapasan dengannya.
"Lalu dia juga takut padaku begitu maksudmu?" anggukan lagi. Eunhyuk menggeleng tak percaya. Menghentikan laju langkahnya tepat di depan pintu perpustakaan yang masih sepi. Bagaimanapun ini masih pagi.
"Tapi aku ini laki-laki!" serunya tak terima.
"Eunhyukie wajahmu itu cantik, tak beda jauh dengan wanita. Jadi Donghae tidak bisa disalahkan dalam kasus ini." Eunhyuk mendengus keras, membuka pintu perpustakaan dan masuk bersama Siwon. Melangkah ke deretan rak ketiga dari pintu.
"Kenapa dia bisa mempunyai fobia aneh itu?" mau tak mau Eunhyuk penasaran juga. Dalam seumur dia hidup baru kali ini dia bertemu dengan laki-laki yang justru takut dengan wanita cantik bukan malah merayunya. Apa tadi namanya? Venustrapobhia? Fobia yang aneh. Siwon mengulurkan tangan mengambil buku di rak paling atas yang tak terjangkau Eunhyuk dan memberikannya.
"Itu adalah hal yang harus kau tanyakan sendiri, yang bisa kuberitahu dia begitu karena trauma. Kukira dia sudah sembuh karena beberapa tahun terakhir dia bisa bersosialisasi dengan mudah, ternyata fobia itu masih ada. Dan kau yang membangkitkannya haha…" Eunhyuk mengerutkan dahinya kesal. Tak terima dengan ucapan Siwon yang seakan-akan fobia Donghae kambuh karena salahnya. Hei Eunhyuk tidak melakukan apa-apa, setidaknya belum. Enak saja main disalahkan!
"Trauma?"
"Ya, waktu dia masih bocah ingusan."
"Waktu masih kecil kau juga ingusan," ejek Eunhyuk santai.
"Hei!" suara pukulan rotan yang beradu dengan benda keras terdengar mengejutkan mereka. Itu penjaga perpustakaan. Menatap mereka tajam karena berisik. Sejak kapan dia di situ? Eunhyuk buru-buru keluar saat mendapat buku yang diinginkan dan menyerahkan pada pejaga perpustakaan yang seorang wanita paruh baya untuk di data. Tatapan matanya menakutkan. Begitu sampai di luar dia tertawa pelan. Endebarkan sekali tadi.
"Nah Eunhyukie, nanti Donghae akan menemuimu di taman belakang sepulang sekolah ini. Jangan lupa dan jangan membuatnya takut, oke?"
"Memangnya aku melakukan apa?" bibirnya mengerucut imut, Siwon terkekeh. Mengusap gemas puncak kepala Eunhyuk yang mempunyai rambut berwarna cokelat madu berponi.
"Mungkin kau bisa membantunya menghilangkan pobhianya. Sekarang masuklah ke kelasmu. Sampai nanti." Siwon melambaikan tangannya lalu pergi berlawanan arah dari Eunhyuk. Eunhyuk termenung.
Membantu menghilangkan pobhianya? Bagaimana caranya?
.
.
.
Bel tanda pulang sekolah sudah berdentang 10 menit yang lalu. Dan di sinilah Eunhyuk. Duduk di bangku taman belakang sekolah berwarna putih. Menunggu Donghae sambil mendengarkan lagu dari earphone yang tersemat di telinganya. Menyenandungkannya pelan. Iris hitamnya mengedar memperhatikkan sekeliling. Di taman sekolah ini cukup ramai. Beberapa siswa dan siswi tampak bersenda gurau dan saling bercengkrama. Mungkin saat dia mempunyai banyak teman di sekolah ini dia bisa bersantai bersama di taman seperti mereka. Eunhyuk baru 2 hari di sekolah. Dia masih butuh banyak bersosialisasi. Dari kejauhan dia melihat seorang laki-laki yang berseragam sama sepertinya ingin mendekat padanya dengan ragu-ragu. Donghae kah? Eunhyuk melepas earphonenya, menaruhnya di tas dan berdiri menghampiri siswa itu yang berdiri kikuk. Matanya membulat melihat Eunhyuk mendekatinya. Kakinya mengambil langkah mundur.
"Halo, kau pasti Donghae ya?" Eunhyuk menyapa saat sudah dekat dengan siswa yang diyakininya sebagai Donghae teman Siwon. Dia tidak menjawab, hanya mengangguk pelan. Wajahnya tertunduk, bahkan keringat jelas sekali terlihat di dahinya. Eunhyuk mengangkat alisnya. Ternyata benar yang dibilang Siwon. Tangannya bahkan sedikit gemetar, ketara sekali dia berusaha menahan kegugupan dan ketakutannya. Eunhyuk jadi merasa kasihan. Sebegitu takutnya kah Donghae pada Eunhyuk?
"Hei kau tidak apa-apa?" melihat keringat yang semakin banyak itu Eunhyuk jadi khawatir juga. Tangannya terangkat ingin menyentuh bahu Donghae tapi lelaki itu sudah mundur terlebih dahulu.
"A-aku ingin meminta maaf atas sikapku yang tidak sopan kemarin. Maafkan aku." Donghae sedikit membungkukkan tubuhnya, tersentak saat jari halus Eunhyuk mengusap keringat di dahinya. Jantungnya semakin berdebar cepat. Bahkan Donghae bisa mendengar detakkannya sendiri. Tubuhnya membeku sesaat dan seketika langsung berlari menjauh secepat yang dia bisa. Meninggalkan Eunhyuk yang terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka melihat tingkahnya. Tak lama bibir kissable itu terangkat ke atas. Lee Donghae, kau sangat menarik. Eunhyuk tertawa pelan, menggeleng-gelengkan kepalanya dan berlalu dengan senyum mengembang.
Ini akan menarik.
.
To Be Continued
Hai~ apa ff ini pantas dilanjutkan? Ini Cuma 2shoot kok, gak bakalan panjang.
Ff ini terinspirasi dari diri saya sendiri mwahaha… saya punya pobhia yang kebalikan dari venustrapobhia. Saya termasuk golongan androphobia, takut cowok :'v tapi untung gak parah. Kalau diliatin lebih dari 5 detik saya pasti pengen kabur dan jantung deg-deg-an takut. Oke stop curhat!
Dan maaf jika ff ini memakai pov campuran sehingga membuat tidak nyaman.
Silahkan direview, dan saya mohon agar tidak mereview dengan satu kalimat seperti "next thor" "lanjut thor" "bagus" dll. Tolong hargai saya yang sudah meluangkan waktu untuk membuat ff ini. Terimakasih pengertiannya.
Sampai jumpa~
