Bentar lagi bulan ramadhan tiba kan ya? Entah kenapa jadi terbawa suasana bikin fic islami Gaahina lagi, padahal masih punya utang multichap yang ga tahu mau kelar kapan. Hohoho. selamat menikmati sajalah ya xD
Desclaimers: I believe that all of you already knew the true owner of Naruto :D
"Baiklah, sidang rapat program kerja kita pending dulu. Kita istirahat setengah jam untuk shalat dzuhur dan makan siang. Kita akhiri dengan hamdalah bersama, wassalamu'alaikum wr, wr."
Ku angkat tubuhku setelah berjam-jam berdebat argument dengan akhwat anggota baru yang sok aktif itu. Entah siapa namanya, akhwat yang sering dibicarakan oleh para ikhwan itu benar-benar telah memicu emosiku hari ini. Segera ku pergi ke masjid kampus dan berwudlu berharap emosiku sedikit menurun.
"Sabar akhi, niatkan semua karena Allah, dakwah Islam." Sapa akh Shikamaru, ketua umum LDK yang baru. Pimpinan sidang kali ini. Aku hanya tersenyum, padahal hatiku masih berkecamuk.
"Aah..mungkin jodoh kali akhi, kan klop sama-sama aktifnya di sidang." Celetuk akh Naruto, ketua divisi syiar yang terkenal humoris itu.
Lantunan Adzan terasa menyejukkan hatiku yang panas ini, sembari menunggu antrian wudlu, tidak ada salahnya duduk sebentar di teras masjid sambil memandangi taman masjid yang hijau itu. Tak seharusnya aku sekeras itu di sidang, namun sebagai ketua divisi humas, aku merasa dipermalukan oleh akhwat anggota baru itu, yang jelas aku lebih pengalaman selama 2 tahun di LDK ini. Kutengokkan pandanganku ke tempat wudlu, teman-teman aktivis dakwah yang sungguh luar biasa, batinku. Mereka rela mengorbankan hampir seluruh waktunya untuk mengurusi dakwah kampus ini. Tak jarang mereka sampai harus menginap di masjid kampus untuk membahas agenda dakwah yang kedepan. Aku tahu bagaimana suka dukanya para aktivis dakwah di kampus ini, perjuangan mereka, kesabaran mereka, memang pantas aku acungi jempol. Aku bangga menjadi bagian dari dakwah kampus ini, setidaknya di sinilah semua ilmuku di pondok dulu ku kontribusikan dalam masyarakat.
Saut-saut iqomah terdengar dari dalam masjid, segera ku ambil air wudlu dan masuk shaf. Kutundukkan segala raga jiwaku untuk berkomunikasi dengan Allah lewat shalat ini, Betapa teduhnya. Tiba-tiba ditengah sujudku aku teringat dengan umiku. Kuhaturkan doa, semoga keluargaku baik-baik saja di sana.
Shalat telah usai dilaksanakan. Akh Shikamaru mengajak kita kembali ke ruang sidang untuk makan siang dan melanjutkan sidang.
Setelah sidang kemarin aku dan si akhwat itu menjadi bahan perbincangan di markas besar, pusat koordinasi LDK. Entah kenapa. Mungkin karena baru kali ini aku berurusan dengan yang namanya akhwat. Ukhti Sakura, sekretaris departemen humas. Sudah berkali-kali ku beritahu untuk meredam desas-desis seperti itu, selain dapat membuat fitnah, itu bisa merusak citra LDK ini. Memang ukhti Sakura inilah yang menjembatani antara diriku dengan lingkungan akhwat, karena dialah partner dakwah akhwat satu-satunya yang kukenal dan dekat, walaupun sampai kini aku belum pernah tahu orangnya seperti apa. Karena di LDK ini setiap rapat diadakan dengan hijab yang membatasi antara akhwat dengan ikhwan. Sampai-sampai kalau koordinasi langsung harus di balik tembok. Mungkin karena inilah para aktivis LDK disegani oleh aktivis kampus yang lain.
Suatu hari emosiku benar-benar dibuat meledak oleh si akhwat itu ketika kudapati sebuah cerpen di majalah yang isinya menyindir diriku, di bawahnya tertulis nama samaran 'Sunny Muslimah'. Dicerpennya mengisahkan tentang seorang ikhwan yang kaku dengan argumennya dan tak mau kalah. Aku sudah tahu itu adalah dia, dia aktif berkontribusi tulisan di majalah-majalah kampus dengan nama itu, dia juga seorang jurnalis kampus.
"Wah antum jadi artisnya LDK sekarang yah." Tak ku hiraukan ucapan akh Kiba yang menggodaku. Sejujurnya aku terusik dengan desas-desus ini.
Malam itu kutulis sebuah surat untuknya dengan nada yang agak keras. Memang 6 bulan semenjak rapat program kerja aku agak tegang dengannya. Sebagai sekretaris divisi syiar, kita sering mengadakan rapat koordinasi bersama membahas silaturahmi ke LDK lain universitas yang biasanya dilanjutkan dengan mengadakan acara kajian Islam bersama. Terkadang aku izin keluar di tengah rapat karena tidak sanggup lagi menahan emosiku dengan hanya mendengar suaranya dibalik tabir itu. Segera kulipat suratku dan kumasukkan amplop putih, berharap semoga dengan ini semuanya kembali baik. Malam itu tahajudku tidak maksimal karena kejadian tadi siang.
Paginya kutitipkan surat pada ukhti Sakura, "tolong sampaikan ke ukhti Hinata", aku tahu ukhti Sakura was-was dengan surat ini.
"Sabar akh, jangan jadikan masalah pribadi sebagai penghambat gerak dakwah antum". "InsyaAllah ukht." Hanya itu kata yang keluar dari mulutku.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Aku sudah tidak lagi mendapati 'ulahnya' lagi. hari-hariku di LDK ini segar kembali, aku bisa menjalankan agenda dengan baik, tak ada lagi kabar burung yang beredar di lembaga ini. Suatu hari ku ambil majalah LDK di loker mabes. Sembari menunggu adzan ashar kubuka dan kubaca halaman per halaman dengan tenang. Selalu ada rubrik special di tiap bulannya. Telah kubaca semuanya, namun sepertinya ada yang ganjil. Lalu kucoba lagi membukanya satu-persatu dengan lebih teliti. Dimana nama Sunny Muslimah? Tumben tidak ada satupun tulisannya yang dimuat, padahal selama ini hampir sebagian besar berasal dari tulisannya. Lalu ku kirim sms ke akhi Lee, penanggung jawab editor majalah.
"Assalamu'alaikum, akh, mau nanya nih, editornya ganti ya?"
Setelah beberapa saat, sms balasan itu kubaca,
"Wa'alaikumussalam wr, wb. Iya akh, kan ukhti Hinata nya sekarang sudah keluar dari LDK, jadi kita cari ganti dengan yang lain".
"Syukron."
Apa? aku terpaku melihat kabar itu, dia keluar dari LDK, apakah karena aku? Tidak mungkin. Hatiku semakin berkecamuk. Ada apa dengan dia.
Keesokan harinya kucoba kontak dengan ukhti Sakura, dibalik tembok mabes ukhti Sakura menceritakan panjang lebar tentang perihal dia keluar dari LDK ini.
"Secara pastinya ana gak tau akh perihal alasan ukhti Hinata keluar dari LDK ini, namun sepertinya antum yang lebih tau alasannya, karena setelah menerima surat dari antum ana perhatikan ukhti Hinata jadi sedikit murung, dan diam, padahal biasanya dia selalu ceria. Ada apa antara antum dengan dia akh?"
"Yang jelas bukan cinta ukht." Sanggahku.
"Dia sebenarnya bermaksud baik dengan antum akh. Dia selalu membela antum, ketika antum jadi pembicaraan di tempat akhwat, dia selalu mengingatkan agar jangan ghibah. Dia itu akhwat pertama yang berani menghapus foto-foto ikhwan juga foto-foto antum di komputer akhwat. Meskipun dia anggota baru namun dia berani mengingatkan para seniornya jika memang salah, Dia pandai memberikan dalil yang memang sesuai. Sebenarnya dulu awal-awalnya dia lembut, karena kita satu wisma jadi saya tahu dia seperti apa, namun ketika rapat membahas program kerja ana kaget dia berani bicara di ruang sidang dan mengkritisi antum."
"Boleh ana minta bertemu dengannya ukht?"
"Afwan akh, dia juga sekarang gak di Tokyo lagi, dia hanya menitipkan ini ketika dia pamit ke ana."
Kuterima surat dari ukht Sakura dengan hati penuh tanya. Apa iya hanya karena masalah ini dia memutuskan untuk berhenti kuliah. Hatiku menjadi kalut dan semakin bersalah. Ingin rasanya pergi menemuinya dan meminta maaf, setelah mendengar semuanya dari ukht Sakura. Namun itu sulit, ketika kutanyakan tentang alamatnya, ukhti Sakura bilang tempat lahirnya di Konoha. Sedangkan nomor handphonenya tidak aktif mulai saat itu. Ukhti maafkan ana.
Malam itu sesampainya dikost aku ketiduran di kamar setelah tadi siang berkutat membahas agenda humas terdekat dan juga masalah itu. Setelah shalat tahajud aku teringat surat itu, lalu kubuka dan kubaca.
'Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
Li akhi Gaara fi ardlillah.
Tak layak jika sebuah ukhuwah terjalin atas nama selain Allah dan tak layak pula permusuhan terjadi atas selainnya. Maka betapa indahnya sebuah pertemuan yang didasari rasa cinta kita kepada Allah, dan perpisahanpun karena alasan itu.
Mungkin antum terkejut melihat perihal ana keluar dari LDK ini, bahkan lebih dari itu, keluar dari kampus ini. Melihat hubungan yang tidak baik yang terjalin antara ana dengan antum. Afwan akh, bukan maksud ana untuk memperkeruh masalah ini.
Seminggu sebelum rapat program kerja itu ana disuruh menemani ukhti Sakura dalam rapat, di dalamnya membahas siapa calon ketua LDK tahun depan. Semua sepakat bahwa antum lah calon terkuat dengan background keIslaman antum dan semangat antum dalam merentas dakwah kampus ini, selain kapabilitas antum dalam memimpin. Namun juga disayangkan ada beberapa karakter antum yang membuat sedikit prihatin dari para senior, sikap ngotot antum dan kaku antum dikhawatirkan nantinya akan membuat pudarnya kesolidan para kader sehingga kinerja dakwah ini, ana tahu bahwa antum adalah seorang idealis yang istiqomah dengan prinsip antum, namun untuk memaksakan kehendak, antum bisa dibilang egois. Dan itu dapat merugikan dakwah ini, sedangkan kalau nantinya ketua LDK ini dipegang oleh orang yang kurang paham agama. Para senior takut nanti terjadi peminggiran tujuan dakwah. Oleh karena itu ana memberanikan diri untuk mengkritisi antum dan berharap antum sadar dengan sifat antum ini. Ana juga sudah tahu bahwa sulit bagi ana untuk menyadarkan orang seperti antum dan akan terjadi ketegangan seperti ini. Namun setelah beberapa bulan berjalan, ana rasa bukan perkembangan baik yang terjadi, malah sikap antum semakin keras dengan ana. Dan lebih buruk pula kinerja dakwah antum karena tidak pernah ikut rapat koordinasi ketika ada ana disitu. Ana yakin antum adalah ikhwan yang hebat. Namun jujur, sekarang antum belum mencapainya, semoga nantinya ketika ana tidak lagi di LDK, antum benar-benar bisa berubah dan benar-benar menjadi aktivis muslim yang berpengaruh baik buat dunia Islam.
Sekali lagi. afwan ketika selama ini ana menyakiti hati antum.
Ada pertemuan dan juga ada perpisahan, namun tidak semua berakhir dengan perpisahan.
Jika Allah berkenan, kita pasti bertemu lagi.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.'
Tak terasa air mata ini meleleh menetasi sajadah, dulu ketika kakak perempuanku masih tinggal di rumah, dialah yang paling bisa membuka hatiku ketika aku melakukan kesalahan, dan sekarang seolah-olah sosok dia menggantikannya dalam membuka sisi gelap hatiku. Aku sadar bahwa memang setelah kepergian Abi sikapku berubah menjadi keras, dan tidak ada yang berani menasihatiku selain kakakku, namun karena sekarang ia tinggal bersama suaminya diluar kota, dan jarang sekali bersilaturahim karena jarak yang sangat jauh, meninggalkanku dan umiku, aku semakin keras tabiatnya. Ya Allah terima kasih telah menyadarkanku.
Pagi itu seolah hidupku berubah. Aku lebih banyak tersenyum, bahkan ketika rapat aku enjoy dalam memimpin. Benar saja, para ikhwan dan akhwat di departemen humas semakin dekat denganku, rapatpun menjadi lebih colourful, mereka semakin berani mengemukakan pendapat. Dan banyak sekali pendapat mereka yang sangat bagus untuk progresifitas dakwah ini,ketika suasana rapat mulai meredup aku mencoba bergurau untuk menghidupkan kembali suasana. terkadang aku mengadakan makan bersama antar anggota humas, sampai rihlah departemen.
Para anggota baru pun tidak takut lagi dekat denganku dan banyak-banyak bertanya tentang dakwah ini. sampai-sampai akh Shikamaru mengacungkan jempol untuk progesifitas kinerja humas ini. Dan baru ini kurasakan layaknya kehangatan keluarga di LDK ini. Suatu saat ketika aku bertugas piket malam di masjid, aku masuk ke mabes akhwat untuk mengetik sebuah proposal karena computer berada disana, kudapati file foto agenda, entah mengapa diriku ingin melihat foto-foto LDK, dan tak sengaja aku melihat foto dia. Aku tak tahu, entah kenapa tiba-tiba hatiku berdesir saat melihatnya.
Astaghfirullah. Segera kututup file itu, Yaa Rabb aku mengingatnya lagi. Entah dimana dia sekarang, semoga Allah selalu menjaganya, karena dia adalah akhwat yang hebat.
Setahun berlalu, aku akhirnya menjadi ketua umum LDK ini dengan dukungan hampir semua anggota. Dalam rapat koordinasi program kerja ini aku sebagai ketua sidang. Di awal sidang aku beritahukan kepada semua departemen untuk merefresh semua agenda, melupakan agenda-agenda tahun kemarin dan membuat ulang agenda baru dengan pertimbangan mashlahat madharat, sehingga tidak ada satu agenda yang sia-sia dan agenda akan lebih fresh untuk dijalankan, ditengah-tengah itu tiba-tiba seorang akhwat anggota batu berdiri dan menyela perkataanku kemudian memberikan usul, spontan para senior yang berada di dalam sidang tertawa ricuh, ingat peristiwa tahun kemarin antara aku dengan dia. Ya Allah, aku hanya tersenyum menanggapinya.
Di awal kepemimpinan di LDK ini tidak ada kesulitan, karena semuanya fresh dan para anggota tidak ada yang merasa terdzolimi. Pertemuan tidak hanya diadakan untuk para ketua bagian saja tiap minggunya, namun aku juga mengadakan pertemuan santai untuk semua anggota, disana kami membicarakan all about dakwah secara ringan, karena untuk yang berat-berat sudah dimasukkan di dalam rapat para senior.
Aku dibantu oleh ukhti Ino sebagai ketua dua, namun dalam perjalanannya aku kurang sreg dengan dia bukan untuk masalah kinerja dakwahnya namun secara personal. Setelah tahu kalau kita sama-sama dari Sunagakure, dan tahu kalau diriku keluaran sekolah Islam terkemuka di Suna, ukhti Ino ini sering sms bahkan telepon. Lebih parahnya lagi aku melihat gelagat yang gtidak beres.
Suatu saat dia mengirimkan cerpen dan dimuat dimajalah LDK, judulnya ketika akhwat jatuh cinta, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.
"Dia naksir antum akh, wah kan cocok tuh antara antum yang mirip artis terkenal itu dengan dia yang baby face. Cucok." Celetuk akh Naruto ketika berkumpul dengan ikhwan-ikhwan lain di mabes ikhwan, terkadang juga kita bicara agak nyeleneh seperti itu, maklum, ikhwan juga manusia.
"Iya tapi wajah mah tetep kalah sama antum akh." Sahutku sekenanya.
"Jangan berbohong gitulah akh, semua juga tahu siapa yang paling tampan disini." Ujar Naruto memicu tawa ikhwan-ikhwan lain.
"Wah, tapi cantikan ukhti Hinata akh. Baby face nya pekaat buanget." sanggah akh Lee.
'Ukhti Hinata.' aku jadi ingat dia lagi. Tak bisa kunafikan, dia akhwat terbaik yang pernah ku kenal. Pernah suatu saat aku dapat cerita dari ukhti Sakura, bahwa dia sering di dekatin ikhwan-ikhwan dari universitas-universitas negeri terkemuka. Namun segera dia tolak dan bilang kalau memang serius, dia minta dinikahi, bukan di dekat-dekati, seperti tidak ada harganya. Yah, mungkin dia sekarang sudah dinikahi orang. Apalagi ukhti Sakura juga bilang terakhir ketika ada ikhwan yang hendak melamar dia bilang kepada ikhwan kalau hatinya sudah ada yang mengisi. Siapakah ikhwan yang sanggup mengisi hatinya itu, pasti beruntung benar ikhwan tadi..
"Hoiii..kok malah melamun akh? Hayoo.. ngelamunin ukhti Hinata atau ukhti Ino nih?" celetuk akh Naruto lagi.
"Ngelamunin antum akh." Jawabku bercanda. Sontak semua ikhwan tertawa riuh.
Segitu saja dulu untuk chap pembuka.
TBC
Please R&R if you don't mind ^^
