Title: Brothers and Blessings
Characters: Spain/Antonio, Portugal (tag-nya keluar juga akhirnyaa! Tinggal mendoakan final design-nya dia cowok... *bunyiin lonceng kuil*)
Genre: General
Rating: T
Disclaimer: Hetalia milik om Hidekaz
Summary: Cerita tentang dua bersaudara yang cukup gila untuk bahkan membagi dunia hanya untuk mereka berdua. Drabbles featuring Iberiancest. Mostly historical. Male!Portugal. Twoshots.

Dan untuk jelasnya saja: Iberiancest = SpainxPortugal / PortugalxSpain atau mana sajalah. Portugal saya anggap kakaknya Spain soalnya dia lebih tua...hmm 200? 400 tahun? *riset-ga-bener*

Warning: MaleOC!Portugal (siap saya edit begitu desain resminya keluar) Mengandung yaoi dan incest di beberapa (cough-hampirsemua-cough) bagian. Timeline yang tidak kronologis. Ada yang historical, ada yang AU, ada pula yang nggak jelas. Silakan pilih(?) *plak* Dan tidak jelas siapa seme-nya. Lebih tepatnya sih, mereka bisa gantian topping tergantung suasana hati *bletak* Umm dan karena ini sangat berbau sejarah berikut pairingnya agak jarang (berhasilkah saya pertamax di fandom Indonesia? *bletak*) saya cuma mau bilang... silakan kabur selagi sempat.

Oh, dan sebelum mulai, human name-nya Portugal di sini Alfonso Rodrigues Castelo. Dari mana asalnya? Saya comot dari mana-mana *bletak*

Baiklah. Selamat membaca dan semoga menikmati :)

~.~.~


A: Al-Andalus


-718-

"Ssst, Hispania! Buka pintunya!"

Mata hijau yang separuh tertutup itu langsung terbuka lebar. Bocah kecil itu setengah berlari ke pintu depan, menyingkirkan balok kayu yang menghalangi dan membuka pintu dengan hati-hati. Tanpa suara, kakaknya itu menyelinap masuk, sedikit terengah-engah.

"Bagaimana, kak? Semua berjalan lancar?" Bocah itu bertanya, berusaha sedapat mungkin berbicara dalam suara pelan walaupun matanya berkilat antusias.

Sang kakak hanya tertawa kecil sambil mengacak rambut coklat ikal adiknya, bibirnya yang sedikit berdarah itu tersenyum lebar.

"Semua beres. Kita sudah mendapat dukungan dari Asturias. Siapkan dirimu, Hispania. Mulai besok, kita tendang Al-Andalus keluar dari tanah kita."

Adiknya itu mengangguk girang, mata hijau itu menatap kakaknya penuh kekaguman. Lusitania tersenyum lebar, sebelum merengkuh adiknya dalam pelukan hangat.

Tak lama lagi, dunia akan menyaksikan dua bersaudara Iberia memulai sepak terjang melawan Al-Andalus yang telah lama memenjarakan mereka.

-word count: 136-


B: Back to Back


-1139-

Tadinya mereka bertarung punggung dengan punggung, saling mendukung. Satu persatu wilayah berhasil mereka rebut ketika Iberia Peninsula yang sebelumnya seperti penjara kembali menjadi rumah bagi mereka. Walaupun korban berjatuhan juga dari pihak mereka, mereka terus menerjang demi jalannya Reconquista.

Tinggal selangkah lagi, tinggal bagian selatan yang belum dibebaskan. Namun dengan kekuatan mereka berdua, tidak ada musuh yang tidak bisa dikalahkan.

Sampai tiba-tiba Lusitania—yang lalu menamai dirinya Portugal—mengumumkan kemerdekaannya, meninggalkan adiknya sendirian di medan perang.

-word count: 77-


C: Christopher Columbus


-1492-

"Kau tahu, Espanha? Tadi ada seorang pria dari Italy datang ke tempatku. Katanya, dia bisa menemukan rute baru ke Asia dengan berlayar ke sebelah barat Atlantik. Hahaha, mimpi kali dia. Semua orang juga tahu Asia cuma bisa dicapai lewat jalan timur..."

Spain menatap pria yang tengah berlutut di hadapan Raja Ferdinand II dan Ratu Isabella I, dengan sabar menunggu proposalnya selesai dibaca. Personifikasi negara itu tengah duduk bersama petinggi kerajaan lainnya—sekilas tampak paling muda namun usia sesungguhnya berabad-abad di atas mereka.

"Kemarin, Bartolomeu Dias baru saja menemukan rute baru lewat selatan Africa. Tak lama lagi, aku bisa memperluas perdagangan sampai ke tanah rempah. Siapa yang peduli soal apa yang ada di sebelah barat sana? Paling juga samudera tak terbatas."

Mata hijau terang itu terus mengawasi sementara pria itu melangkah keluar dari ruangan, tampak sedikit lesu setelah proposalnya ditolak untuk entah yang keberapa kalinya.

Inikah pria yang disebut-sebut kakaknya? Pria pencetus gagasan mustahil untuk menjelajahi bagian barat dunia?

"Ferdinand, Isabella..." Spain berbisik pelan, menatap mata kedua Boss-nya penuh arti. "...bagaimana kalau kita coba beri dia kesempatan?"

Dan Christopher Columbus pun dipanggil kembali, ekspedisinya dibiayai, dan pada akhirnya pulang membawakan Spain oleh-oleh yang menggemparkan masyarakat Eropa: penemuan sebuah benua baru yang kelak akan dikenal sebagai America.

Sementara Portugal hanya bisa menjedukkan kepalanya ke tembok terdekat.

-word count: 215-


D: Danger


-1538-

Dia tidak membutuhkan penjelasan panjang lebar ketika dilihatnya Romano berlari ke arahnya, terengah-engah dan berlumuran darah.

"Di mana?"

Dia bahkan tidak perlu menanyakan nama.

Jemari koloni kecil itu dengan gemetar menunjuk ke suatu titik di sebelah tenggara Mediterania, tempat terakhir kali melihat Boss-nya.

Alis cokelat itu bertemu.

Cih. Ottoman Empire...

Dan pastinya, dia juga tidak perlu bertanya darah yang menodai apron setengah personifikasi Italia itu darah siapa.

Dengan cepat Portugal menjatuhkan cangkulnya, sebelum berlari ke dalam rumah dan menyambar sebilah pedang. Dia bahkan tidak peduli ketika yang disambarnya itu pedang karatan. Karena yang ada di pikirannya hanya satu hal.

Adiknya sedang dalam bahaya.

-word count: 104-


E: Eyebrows


"...Kukira kau membencinya."

"Memang iya."

"Terus, kok bisa?"

Portugal bisa melihat tangan yang mengelus kepala Catalonia itu menegang sejenak—dan, yang barusan itu, rona merah?—sebelum Spain menjawab dengan suara rendah.

"...emosi sesaat."

Portugal memutar matanya. Nggak bisa kurang klasik ya, alasannya? Dari dulu dia sudah mengira ada yang aneh dengan hubungan adiknya dan si negara kepulauan di sebelah utara Eropa. Walaupun baru kali ini dia melihat sendiri bukti biologisnya. Ah, Espanha. Jadi itu ya, yang kau kerjakan selama kau menghilang berbulan-bulan sewaktu armadamu dikalahkan...

"Yah, lihatlah sisi baiknya. Setidaknya alis abnormal yang mengerikan itu tidak terwariskan..."

Dan Gibraltar pun memilih saat itu untuk memasuki ruangan.

-word count: 106-


F: Flamenco


-2010-

Tap! Tap! Lompat! Tap! Putar! Tap! Si bodoh itu...bisa-bisanya tidak sadar kemejanya yang longgar itu berkibar memamerkan otot abdomen yang-

Perhatian Portugal langsung teralihkan begitu jemarinya memetik nada yang salah, membuatnya mendapat lirikan tajam dari South Italy—yang karena suatu alasan sudah hapal betul nada-nadanya di luar kepala. Mata birunya melempar pandangan sebal sesaat ke setengah personifikasi Italia itu sebelum kembali berkonsentrasi memainkan gitarnya.

Ini semua gara-gara Spain, adiknya yang bodoh itu, terlalu kegirangan begitu tahu tarian tradisional negaranya diresmikan sebagai Intangible Heritage of Humanity oleh UNESCO tanggal 16 November tahun ini; begitu girangnya sampai-sampai memutuskan untuk mempertunjukkannya di depan mereka semua. Dengan masih memakai kemeja paska rapat kenegaraan.

Kalau saja dia bisa melihat France dan Turkey yang menatap si penari dengan ekspresi orang belum makan seharian...

Atau substansi merah mencurigakan yang mengaliri hidung seorang personifikasi mantan negara...

Dan di saat adiknya berputar melewatinya, matanya terpejam dan rambut ikalnya sedikit basah oleh keringat, Portugal mengerti betul perasaan mereka.

Merda. Seseorang, tolong ambilkan dia tisu untuk menghentikan mimisan...

-word count: 168-


G: Guerra Civil Española


-1937-

Portugal tidak pernah menunjukkan air mata. Dia negara yang penuh kebanggaan, negara yang mempunyai sejarah panjang sebagai salah satu negara tertua di Eropa. Dia sudah menghadapi begitu banyak tantangan dan cobaan; mengusir Al-Andalus dari tanahnya, nyaris kehilangan vital region-nya dalam Napoleonic War, tetap netral walaupun negara-negara lain menggedor pintunya minta dia bergabung di perang dunia pertama—walaupun ujung-ujungnya dia mau tak mau membantu England juga—dan masih segudang pengalaman lainnya. Dan dia telah menghadapi semua itu tanpa setitik pun rasa takut.

Namun kini, saat jemarinya menggenggam tangan yang makin lama makin dingin itu, saat menatap mata hijau yang biasanya ceria itu hanya menatap kosong tanpa ekspresi nyata, saat melihat mulut itu terbuka dalam jeritan tanpa suara...

Dia takut akan kehilangan adiknya.

Sebutir air mata jatuh membasahi punggung tangannya, yang tengah menggenggam erat tangan adiknya yang terbaring di ranjang. Koma sejak hari pertama perang saudara itu menyala.

" Tu tens de viver, Espanha."

Dan di kota kecil bernama Guernica, pembantaian massal itu masih belum juga mereda.

-word count: 166-


H: Handsome


Kalau ada satu kata untuk mendeskripsikan Alfonso Rodrigues Castelo dalam sekali lihat, itu adalah tampan. Mata biru seperti danau di hari berawan, rambut coklat-kehitaman membingkai wajah yang kecoklatan, senyum yang tampak ramah dalam sekali pandang namun menyimpan hawa kemisteriusan—siapa yang tahan untuk tidak memandangnya lama-lama dan merekamnya dalam ingatan?

Sama halnya dengan adiknya, Antonio Fernandez Carriedo. Sekilas, dia memang terlihat serampangan dan cara berpakaiannya tidak seelegan kakaknya. Namun begitu mata hijau bagaikan hutan tropis di musim hujan itu menatap langsung ke mata anda, dan bibir itu melengkung dalam senyuman yang sukar terdeskripsikan, sanggupkah anda menahan diri untuk tidak mengambil kamera dan mengabadikan momen itu selamanya?

Ahem. Kesimpulannya, kedua kakak beradik ini terlampau tampan, sampai hampir-hampir tidak ada gadis yang cukup punya kepercayaan diri untuk bersanding dengan mereka.

Karena itu, salahkah kalau mereka berdua jadi saling mencinta?

-word count: 137-


I: Inglaterra


-1373-

Spain pernah begitu membenci England. Di masa-masa itu, mendengar namanya saja sudah membuatnya naik darah. Namun kalau diingat-ingat kembali, apa yang membuat Spain begitu membenci si negara kepulauan tak berdosa ini?

Apa karena England sering menyewa bajak laut dan merampok kapalnya yang pulang dari benua America membawa harta? Bukan.

Atau karena England menenggelamkan armada-nya dan menahannya berbulan-bulan sebagai tawanan? Bukan juga.

Apakah karena England memaksanya memakan scone buatannya, yang sampai sekarang pun masih menghantuinya dalam tidurnya? Tidak, bukan itu juga.

Lalu, kenapa?

Sederhana saja. Karena England berani-beraninya melamar kakaknya, sesuatu yang bahkan dia saja tidak bisa melakukannya. Dan parahnya lagi, kakaknya itu menerima proposalnya. Anglo-Portuguese Alliance. Bah. Portugal, apakah kau sudah gila? Namun segila-gilanya Portugal, Spain tak sanggup membenci kakaknya. Karena itulah, hanya ada satu alternatif pengalihan emosinya.

Siapa lagi kalau bukan kakak ipar-nya tersayang.

-word count: 138-


J: Juicy


Tomat itu juicy sangat. Entah kenapa, Antonio tak bosan-bosannya terus mempromosikan benda yang dibawanya kembali dari tanah America kepadanya. Dan seperti biasa, Alfonso hanya mendengus sambil menatap benda bulat merah yang menyita perhatian adiknya itu dengan pandangan sebal. Apa sih, bagusnya sebuah tomat? Sudah tidak jelas antara sayur dan buah, warnanya pun berubah-ubah; ada yang hijau, ada yang merah. Rasanya pasti juga tidak jelas.

Namun, saat bibir Antonio melumat bibirnya, memberinya akses ke rasa manis yang kental dan sedikit asam, dia menemukan jawabannya. Yep, definitely juicy.

-word count: 86-


K: Kidnapped


"Kalau dia memang orang yang berarti, datanglah kemari

Sebelum cahaya bulan lenyap ditelan embun pagi

Kecuali, engkau lebih ingin menjadi saksi

Tubuh adikmu ini berbalut warna merah dari kepala sampai kaki

Ketika belati ini menyayatnya sampai tak bisa dikenali lagi..."

.

Jemari Alfonso mengerat di sekitar surat kaleng itu, sebelum merobeknya dengan amarah yang memuncak. Pemuda itu menyambar jaket—berikut pistol yang dimasukkannya ke saku dalam—sebelum melangkah keluar menembus angin malam yang menusuk kejam.

Kalau mereka berani menyentuh Antonio barang seujung jari saja, dia akan memastikan ada darah yang tertumpah.

-word count: 91-


L: Last Words


Dia tidak punya latar belakang kedokteran, namun entah bagaimana dia tahu bahwa waktu adiknya tidak banyak.

"K...kak..."

Seandainya, seandainya saja dia datang lima—tidak, semenit saja lebih cepat. Dia tidak perlu melihat belati itu dihujamkan berkali-kali ke tubuh adiknya dengan kejam...

"M...kasih...sudah datang...untukku. Aku...takut sekali...tadi..."

Jangan berterimakasih padanya. Dia kakak yang tidak berguna. Saudara macam apa yang membiarkan adiknya mengalami ini semua tanpa bisa berbuat apa-apa? Walaupun dia memang berhasil menghabisi para penculiknya, semua itu tak berguna karena dia akan tetap kehilangan adik yang disayanginya...

"...ku... sayang... kakak..."

Air mata itu menetes tanpa suara. Tangannya naik perlahan-lahan, menempelkan moncong revolver yang sudah bernoda darah itu di sisi kepalanya. Senyum tipis tersungging seiring dengan bisikan pelan.

"Tenang saja, Antonio. Kakakmu ini memang tidak berguna tapi setidaknya... Kakak tidak akan membiarkanmu sendirian di sana."

Sayangnya, tidak ada yang bisa mendengar kata-kata terakhirnya.

-word count: 140-


M: Marriage


-1373-

Anglo-Portuguese Alliance.

Sebuah pernikahan. Wajah-wajah penuh senyum di mana-mana. Seperti halnya mereka berdua, seharusnya dia merasa bahagia. Tapi mengapa yang ada hanya...rasa sesak belaka?

"Inglaterra. Bisa bicara sebentar?"

Spain bisa melihat England yang tadinya tersenyum lebar jadi sedikit memudar ketika pemuda British itu mengangguk dan mengikutinya berjalan menembus kerumunan para undangan, menuju sudut sepi dimana kecil kemungkinannya untuk dicuri dengar.

"Jadi. Apa yang ingin kaubicarakan, adik ipar?"

Spain tidak segera menjawab. Mata hijaunya menatap England dari ujung rambut sampai ujung bulu kaki; dari rambut jabrik dan alis bergaris-garis, sampai ke tangan yang terkenal tidak bisa mengolah bahan makanan. Kakaknya itu benar-benar cari mati...

Tapi sebagai saudara, yang lebih muda pula, dia tidak punya pilihan lain selain merestui.

"Ingat baik-baik, Inglaterra. Kalau kau sampai bikin kakakku keracunan benda yang kausebut 'masakan' itu, besoknya jangan heran kalau kamu bangun dengan Francia tepat di sampingmu."

.

-1506-

House of Habsburg

Sebuah pernikahan. Wajah-wajah penuh senyum di mana-mana. Seperti halnya mereka berdua, seharusnya dia merasa bahagia. Tapi mengapa yang ada hanya...rasa sesak belaka?

" Áustria. Bisa bicara sebentar?"

Portugal memasang senyum yang dipaksakan ketika pemuda elegan itu memandangnya dari balik kacamata dengan ekspresi tak terbaca, sebelum mengangguk dan mengikutinya ke sudut ruangan tempat mereka tak mungkin dicuri dengar.

"Baiklah. Apa yang ingin anda bicarakan, kakak ipar?"

Mata biru itu memandang aristokrat di depannya dari atas sampai bawah; dari sehelai rambut gelap yang mencuat sampai ujung jubah resminya yang mengkilat. Cih. Terpaksa atau tidak, dia tidak pernah menyangka adiknya akan menikahi seseorang yang seribet ini…

Tapi sebagai saudara, yang lebih tua pula, dia tidak punya pilihan lain selain merestui.

"Dengar baik-baik, Áustria. Kalau kau sampai membuat adikku memainkan Tarantella pakai biola, besoknya jangan heran kalau pianomu berkurang beberapa senar."

-word count: 285-


-to be continued to the second part-

Listening to: Jihad of Iberia – Sound Horizon

* Maaf kalau summary-nya belum nyambung dengan isi cerita. Itu rencananya untuk bagian T: Tordesillas di chapter depan (Spoiling dikit. Maaf yah *kluk*)

* Di bagian E: Eyebrows itu disebut-sebut tentang Catalonia dan Gibraltar sebagai cough-anakharam-cough dari Spain dan England. Kredit buat idenya saya kasih ke Hana Senritsu-san. Kalau ada yang penasaran bagaimana tampang mereka, cek saja fanartnya di deviantart dia :) *mendadakpromosi* -plak-

* Yang punya pertanyaan soal trivia sejarahnya bisa menghubungi saya lewat pm, review, atau media apapun selain surat dalam botol. Juga kalau ada yang mau mengoreksi, saya dengan senang hati akan menanggapi. Soalnya ini sejarahnya seabrek dan random sangat jadi kalau saya tulis semua penjelasan di sini, takutnya bakal jadi chapter baru *bletak*

* ...dan saya baru tahu bikin drabble(?) gini ternyata asyik juga *gapenting*

* Umm numpang nyepam bentar boleh? Ada yang tahu terjemahan untuk 'fun' selain 'menyenangkan' dan 'menghibur'? Buat bikin proposal nih *desperate*

* Akhir kata, kritik, saran, maupun komen lewat akan sangat dihargai. Dan...mungkin update-nya nggak bisa cepat-cepat, maaf. Author masih harus menebus waktu tidur yang termutilasi dengan kejam di jaman exam.

Stay tuned for the next (and last) chapter :)

Regards,

Ryokiku