Disclaimer : Death Note isn't mine. I'm sure you've known it.

Note for readers : Harap baca drabble-fic "Days" chapter pertama bila anda ingin mengerti cerita ini.

Warning : Repeat-scene, Male/Male relationship (maybe?), etc.

PROLOGUE

Cahaya kemerahan terpantul ke seluruh sudut ruangan, suara alarm bergema seiring gelegar badai petir di luar. Kemudian suara itu menjadi lengkingan panjang bersamaan dengan tulisan "All Data Deletion" muncul dari putihnya layar blank monitor.

"Penghapusan data?! Apa yang terjadi?!"

L menatap serius ke arah monitor. "Aku mengatakan pada Watari agar menghapus seluruh data bila sesuatu terjadi padanya."

Aizawa tersentak mundur. "Jika sesuatu terjadi padanya...?"

"Jangan-jangan...!!" lanjut Matsuda, menyadari sesuatu.

Mata L menyipit tajam. Jika Kira telah mendapatkan Watari, berarti sudah tiba saatnya...

Hal itu telah terjadi lagi.

Dia menoleh ke arah Soichiro. "Di mana Shinigami?"

Semuanya tersentak kaget, mencari sosok sang pengatur kematian. "Aku tidak melihatnya." kata Soichiro, masih mencari sosok yang memang sudah tidak ada di ruangan itu.

"Dia tidak ada di sini?!"

"Apa maksudnya itu?!"

Dia... telah bertindak...

L mengalihkan pandangannya kembali ke monitor. "Semuanya, shiniga-"

DEG!!

Ini...

Sensasi ini...

"Ryuuzaki, ada apa?" tanya Soichiro, melihat gerakan L yang tiba-tiba terhenti.

TENG!

Ya, sensasi ini... dia mengenali sensasi ini.

TENG!

Rasanya seperti mundur dan menuju tanpa arah...

TENG!

Sendok teh yang ada di tangannya yang tegang dan gemetar, terlepas sebelum jatuh, menimbulkan suara berdenting.

TENG!

Rasa sakit dan sesak di dada kirinya... tubuhnya perlahan goyah dan jatuh menuju lantai yang dingin...

...di hadapan sang iblis yang terkejut.

TENG!

Sesuatu menahan tubuhnya. Dia bisa merasakannya. Sepasang lengan sang iblis melingkari tubuhnya, menopang kepalanya.

Kedua mata merah itu menatap terkejut ke arahnya.

TENG!

Sayup-sayup dia bisa mendengar penyelidik lainnya berteriak panik, tetapi pandangannya hanya terfokus pada wajah orang yang memegang dirinya.

TENG!

Dentang lonceng bergema di telinganya, kilasan balik akan gereja panti asuhan yang telah menampungnya berkelebat dalam pikirannya.

Wajah itu...

Wajah sahabatnya itu...

...perlahan berubah menjadi seringai sang iblis.

TENG!

Kedua mata kelamnya melebar sesaat, sebelum dengan pelan menutup, menuju kegelapan abadi yang akan menjemputnya.

Sensasi yang dia rasakan ini...

Dia sangat mengenalnya...

Mengetahui bahwa dia mati lagi.

TENG!

Jantungnya tidak berdetak, dia pun tidak bernafas. Dia tidak merasakan apapun selain kehampaan gelap yang mulai menyelimutinya. Dia tidak hidup, maupun mati. Kekosongan ini memang nyata, tetapi tidak kekal seperti yang dikatakan banyak orang. Karena... sesegera kebekuan ini pudar...

L Lawliet akan bangkit kembali.

TENG!

Detik jam terdengar kembali, jarum bergerak mundur. Satu detak di dada kiri dan nadinya terasa, menjawab dentang lonceng dan detik jam. Detak itu mulai lancar seiring detik yang bergema.

Dan sesuatu terasa di otaknya, bersamaan tubuhnya perlahan jatuh dan semakin jatuh menuju kegelapan yang lebih pekat.

Hal ini terasa berbeda daripada saat-saat yang lain.

TENG!

Hampir. Tubuhnya perlahan rileks, jantungnya berdetak semakin lancar. Darahnya mengalir, memompa tubuhnya, mengembalikan kerja otaknya. Dia menunggu dengan sabar. Mungkin kali ini dia tidak akan bangun. Mungkin Sang Waktu dan Takdir telah membebaskannya. Karena perasaan sesak tak bernafas ini masih nyata, dan dia tak akan bernafas lagi...

TENG!

Dentang terakhir begitu keras, sampai terasa ke tulang-tulangnya. Dan dengan sentakan yang tiba-tiba terjadi pada tubuhnya yang masih terus jatuh, dia terkesiap, menarik gumpalan udara. Kegelapan pekat itu perlahan menyatu dengan sinar merah yang berasal dari bawah, dan kemudian dia terselimuti oleh merahnya dunia.

......

.....

....

...

..

.

Kedua mata hitam kelam terbuka lebar. Keringat dingin membanjiri tubuhnya yang gemetar hebat, sementara dia menggerakkan tubuhnya untuk duduk. Tatapan terbelalak terpaku pada dinding yang berjarak lima meter dari ranjangnya.

Terjadi lagi. Dia menyisir rambutnya yang basah karena keringat dengan jemarinya. Sangat lelah dengan apa yang terjadi. Lelah karena hal itu terjadi berkali-kali

Perlahan, dia memaksa dirinya menarik nafas untuk menenangkan diri. Memaksakan perasaan gelisah dan tak mengenakkan itu keluar dari hatinya.

Dua belas kali... dia telah melalui mimpi buruk ini dua belas kali. Tawa histeris dan isakan tertahan di tenggorokkannya. L menggigit bibir bawahnya, menahan diri untuk tidak mengeluarkannya, karena dia tahu jika telah memulai dia tak akan bisa berhenti. Jika dia hancur, dia pasti tak akan bisa bangkit lagi. Dalam hati dia bingung, apa yang akan terjadi jika dia menyerah saja, membiarkan pikirannya hancur, dan menghabiskan sisa hidupnya yang terkutuk di bangsal rumah sakit jiwa.

'Mereka' pastinya akan menemukannya di sana, dan itu tak akan membuat perbedaan.

Dia menghembuskan nafas lelah, duduk memeluk lututnya. Membenamkan wajahnya di atas lipatan tangan yang berada di atas lututnya. Melirik ke arah mentari pagi yang menyusup melalui sela-sela tirai penutup jendela hotel.

Ada sesuatu yang berbeda kali ini. Cahaya merah yang menyambut... kelahirannya kembali? tak pernah muncul sebelumnya. Apa yang telah terjadi pada kehidupannya yang sebelumnya sehingga menyebabkan hal itu terjadi?

Dalam kehidupan yang lalu... Dia mengerang ketika mengingatnya. Sial... kenapa, sih, dia tidak bisa tenang barang sekali. Wajah lelaki remaja berambut cokelat terlintas di kepalanya. Helaan nafas keluar dari mulutnya.

Lelaki itu telah memiliki dan menggunakan buku terkutuk itu di kehidupannya yang lalu...

Dan dia harus menghadapi konsekuensinya.

Lelaki yang telah dia anggap sahabat itu mungkin akan berada satu kapal dengannya bila menurut peraturan mutlak death note.

Pengguna Death Note tak akan bisa menuju surga ataupun neraka.

Ya. Pengguna tak akan bisa menuju surga ataupun neraka. Mereka akan terus hidup dalam kehidupan yang sama, lagi dan lagi.

Kehidupan yang telah membuatnya mengalami neraka berkepanjangan sampai terasa muak. Keabadian konyol yang diinginkan oleh hampir seluruh manusia.

Takdirnya terus berada dalam lingkaran yang sama semenjak dia menggunakan death note dalam dentang loncengnya yang pertama. Berputar dalam detik waktu yang sama sampai dua belas kali.

Entah apa Sang Takdir akan melepaskannya di kehidupannya yang ketigabelas ini.

Saat dia bertemu dengan lelaki itu lagi, haruskah dia mengucapkan "Welcome to my world"?

Haha, kayak Kira tidak akan menganggap serius candaannya.

Helaan nafas keluar lagi dari mulut L. Tapi, Light... Dia masih bisa mengingat wajah polos remaja yang kehilangan ingatannya akan death note. Dua jiwa berbeda yang berada dalam satu tubuh. Dan Light-lah yang dia anggap sahabat.

Juga, Light-lah yang ingin dia selamatkan.

Mungkin kali ini dia akan ke Jepang ketika saatnya tiba, melakukan tindakan lebih awal, menawarkannya untuk bekerja bersamanya. Tidak buruk memiliki teman yang menemaninya sementara dia menunggu sesuatu yang telah pasti terjadi lagi dan lagi...

TBC...

A/N : Saya buat drabble "Days chap.1" menjadi cerbung atas permintaan teman saya, Death Angel.

Maaf bila ceritanya jelek dan tidak memuaskan anda.

Please review, if don't mind.

...

....

.....

With crimson camelia,

-

Scarlet Natsume.