Taehyung POV

Akupun berhenti berjalan ketika dekat dengan jendela dan memandang kearah jendela, akupun berjalan mendekatinya dan menyentuh permukaan jendela ketika air hujan membasahi jendelanya. Kupandang langit dan melihat awan hitam tengah menyelimuti langit dan juga air hujan tak mau berhenti turun.

"Hujan…" gumamku pelan.

"Nona, sedang apa nona disini?" ucap asistenku ketika berjalan kearahku.

"Nyonya dan tuan besar pasti mencari anda, kenapa anda diluar istana?"

"Apa pelangi akan datang?" tanyaku.

"Nona…"

"Saegi-ya… aku ingin melihat pelangi." Ucapku dengan memandangnya.

"Pelangi akan datang ketika waktunya tiba nona, sekarang kita harus kembali ke istana dalam." Ucapnya, akupun kembali memandang jendela dan mengangguk. Kamipun berjalan kearah ruang dalam namun terhenti ketika aku melihat bibi dan anaknya berjalan kearahku. Merekapun berhenti dan aku hanya memandang mereka datar.

"Ah putri, kenapa anda bisa berjalan-jalan disekitar istana luar?" ucapnya, namun aku hanya terdiam.

"Sangat berbahaya jika seorang putri yang memiliki kekuatan tak dibatas berkeliaran, bagaimana jika ada orang yang ingin menculikmu?"

"Disini yang harus aku curigai adalah kau, bibi." Ucapku, diapun menyeringai.

"Didunia ini tak ada yang bisa kau percayai, kau tahu."

"Yah, termasuk bibi." Ucapku, akupun membungkuk perlahan dan berjalan melewatinya.

Jungkook POV

"Benar-benar gadis menyebalkan." Ucap umma ketika taehyung pergi meninggalkan kami, akupun memandang umma ketika umma memandangku.

"Kau harus menikahinya dan membuat hidupnya menderita atas penghinaannya pada kita. Ambil semua kekuatannya dan musnahkan kerajaan ini." ucap umma, akupun hanya membungkuk.

"Baik umma."

"Kita pergi." Ucapnya dengan berjalan duluan, akupun memandang kebelakang dan melanjutkan perjalananku.

"Aku akan menikahinya, dan mendapatkan dia dan juga kerajaan ini."

Taehyung POV

"Hati-hati disekolahmu." Ucap umma ketika membenarkan dasiku, akupun hanya terdiam.

"Jika ada yang macam-macam padamu diamkan saja dan biarkan penjagamu yang menjagamu, jangan keluarkan kekuatanmu mengerti?"

"Mengerti." Ucapku.

"Saegi, jangan lepaskan pandanganmu dari dhopah apapun yang terjadi."

"Saya mengerti nyonya."

"Baiklah, kalian bisa pergi." Ucap umma, ummapun memasangkanku kalung dan memegang keningku.

"Sudah! Belajar dengan benar." Ucap umma dengan menurunkan tangannya, akupun mengambil tasku dan membungkuk pamit sebelum masuk kedalam mobil. Supirpun melajukan mobilnya ketika saegi masuk untuk menuju kesekolah kami. Akupun melihat keluar jendela dan melihat langit sudah mulai mendung dan aku memegang jendela mobil.

"Apa akan hujan?" tanyaku pelan, akupun memandang kearah taman yang kami lewati dan melihat anak kecil tengah bermain dengan bola berwarna pelangi. Akupun duduk tegap dan memandang bola pelangi itu tertarik, kulihat supir dan saegi yang tengah konsentrasi dengan pekerjaan mereka masing-masing. Akupun mendapatkan ide dan menutup mataku.

"Lho? Kenapa ini?" ucap supir kaget ketika mobilnya berhenti mendadak.

"Ada apa?" tanya saegi heran.

"Sepertinya ada masalah dengan mesinnya, saya akan melihatnya sebentar."

"Cepatlah." Ucap saegi ketika supir keluar dan membuka kap mobilnya, akupun memandang saegi.

"Saegi-ya… belikan aku makanan kecil."

"Sekarang?"

"Yah, aku ingin makan sesuatu." ucapku, diapun membawa dompetnya.

"Tunggu sebentar, jangan kemana-mana." Ucapnya, akupun mengangguk dan diam saja ketika dia keluar. Setelah melihatnya sudah lumayan jauh, akupun membuka pintu mobil pelan-pelan dan berjinjit menjauh dari mobil untuk berjalan kearah anak kecil tadi. Kutangkap bolanya ketika anak kecil itu melemparkan bolanya jauh dan anak kecil tadi memandangku.

"O noona."

"Boleh aku bermain denganmu?" tanyaku, anak kecil tadipun mengangguk semangat.

"Tentu noona." Ucapnya dengan berlari kearahku, akupun melemparkan bola itu padanya dan dia menangkapnya. Kamipun terus bermain dan tanpa sengaja aku melemparkannya terlalu kuat sampai bola itu terlempar kearah sungai dan tersangkut disemak-semak pinggir sungai.

"Yaaah noona…"

"Tenang saja, aku bisa mengambilnya." Ucapku.

"Tapi bagaimana jika noona jatuh?"

"Tidak, tenang saja." Ucapku, kamipun berlari kearah pinggir sungai dan aku langsung turun mengambilnya.

"Hati-hati noona." Ucap anak kecil tadi, akupun berusaha meraih bola tadi.

"Sedikit lagi…"

"Astaga! Nona, apa yang anda lakukan?" ucap saegi kaget.

"Sst diamlah." Ucapku, akupun kembali meraih bola itu.

"Nona, biarkan saja bola itu. Kita akan membeli yang baru."

"Tidak! Akulah yang membuat bola itu jatuh." Ucapku yang masih berusaha meraih bola itu.

"Sedikit lagi." Ucapku, akupun terperangah ketika kakiku terpeleset dan aku melihat saegi berteriak berusaha meraih tanganku yang terentang padanya. Kurasakan tubuhku masuk kedalam air dan terseret karena airnya sedang deras. Kuusahakan untuk berenang namun tak bisa karena aku memang tak bisa berenang.

"Tolong…"