Sensei Sehari

Disclaimer :

Naruto & Boruto : Naruto Next Generation © Kishimoto Masashi

Sensei Sehari © Akacchi KurossuZeria

Genre(s) :

Family/Friendship/Humour (?)

Rate :

T

Warning :

Typo(s), OOCness, crack story, failed, error language, alay, abal, etc.

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

~ Chapter 1 ~

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

Hari itu adalah hari yang cerah di Desa Konoha. Meskipun waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat sore, namun teriknya cahaya matahari musim panas masih menyinari desa kelahiran pemeran utama dalam seri ini. Ya, pemeran utama dalam seri ini yang tak lain dan tak bukan adalah anak dari Nanadaime Hokage, yakni Uzumaki Boruto.

Tapi, tunggu—yang menjadi pusat cerita di fanfic ini sendiri bukanlah Boruto melainkan salah satu teman seperjuangannya, yaitu Nara Shikadai. Jadi, dimanakah ia sekarang?

"Baiklah, anak-anak! Pembelajaran hari ini saya cukupkan sampai di sini!" terdengar suara lantang Aburame Shino-sensei dari depan kelas tempat ia duduk. Kemudian ia berdiri dan berniat untuk memberi salam perpisahan kepada murid-muridnya.

"Shikadai! Shikadai! Banguuun! Sudah jam pulang, nih!" bisik Boruto yang berusaha membangunkan pemeran utama dari fanfic ini sambil menyikut pinggangnya.

Ah, rupanya kini ia (masih) tertidur karena pelajaran sejarah Konoha yang diajarkan Shino-sensei di kelas membuatnya merasa bosan dan mengantuk. Yah, meskipun dia selalu merasa ngantuk, sih.

"Ng? Jam berapa ini? Hoahm... akhirnya selesai juga pelajaran membosankan ini," Shikadai terbangun, celingukan ke kiri dan ke kanan demi melihat teman-temannya yang sibuk merapikan alat tulis masing-masing.

"Pastikan kalian langsung pulang ke rumah dan jangan keluyuran di luar lagi," lanjut lelaki berjaket hijau pengoleksi insekta itu. Terdengar suara kompak anak muridnya yang mengiyakan sehingga membuatnya tersenyum tipis. Ia pun berjalan meninggalkan tempat duduknya.

"Ah! Aku lupa mengatakan ini!" ujar—nyaris pekik Shino-sensei sembari menghentikan langkahnya tepat di depan pintu, "tolong kembali ke tempat duduk kalian dan dengarkan pengumuman dari saya!"

"Eeeh? Apaan lagi, sih, sensei? Udah jam setengah empat, nih! Aku mau pulang. Aku lapar!" protes putri tunggal Akimichi, Chouchou, yang tak ayal langsung memasang wajah cemberut ketika sang guru berbicara.

"Tenang, Chouchou. Mungkin sensei ingin memberitahukan hal penting," bisik Uchiha Sarada yang sudah beranjak dari tempat duduknya namun terpaksa duduk kembali ketika Shino kembali ke depan kelas. Murid lain pun kembali ke tempat duduknya masing-masing dengan wajah terpaksa.

"Besok kita akan kedatangan tamu penting. Tamu tersebut akan menjadi guru kalian selama seharian besok. Karena beliau adalah tamu yang SANGAT penting, maka kalian harus menjaga sikap dan perilaku kalian selama berada di akademi," terang Shino-sensei dengan menekankan kata 'sangat' di perkataannya. Terlihat kilauan menyeramkan dari balik cyborg yang menutupi matanya. Murid-murid yang mendengarnya langsung gaduh sendiri, mencoba mencerna apa yang sang guru katakan.

"Se-sensei, kalau boleh tahu, tamu penting itu siapa?" ketua kelas cabang ninjutsu, Kakei Sumire, mengangkat tangannya dengan ragu. Shino hanya tersenyum simpul, kemudian berkata, "Besok kalian akan tahu sendiri siapa dia."


"Aku pulang," Shikadai masuk ke rumahnya dan memberi salam kepada seisi rumah. Meskipun ia yakin yang ada di rumah hanyalah ibunya karena ayahnya masih sibuk di kantor Hokage.

"Selamat datang."

Sayang seribu sayang, orang yang menyambutnya bukanlah sang ibu, bukan juga sang ayah. Melainkan seorang anak lelaki yang tak ia kenal.

Anak itu mengintip dari balik bilik ruang tengah dan mendapati Shikadai yang terkejut mendengar suara asing yang menyahutnya tadi. Ia langsung melepas sepatunya dan berjalan menuju ruang tengah. Dilihatnya anak tadi sudah duduk kembali di tempatnya, ditemani oleh seorang lelaki dewasa yang tengah membaca koran.

"Oh, kau sudah pulang, Shikadai? Okaeri," lelaki dewasa tadi menghentikan kegiatan membaca korannya dan tersenyum kecil ke arah Shikadai.

"..."

"Hn?"

"..."

Duk!

"Hora! Jangan bengong saja, Shikadai! Ucapkan salam pada pamanmu dan Shinki!"

"Itta!" Shikadai terkejut ketika ibunya menyahut dari belakang dan langsung mengerang karena ibunya menepuk pundaknya dengan cukup kuat. Shikadai pun tersadar dari lamunannya.

"A-ahaha. Halo, paman. Halo, erm...Shinki?" Shikadai menyapa pamannya dan anak lelaki tadi dengan gaya khasnya namun sedikit canggung. Temari menggelengkan kepalanya dan memukul pelan kepala anak yang seperti duplikat suaminya itu.

"Yang sopan sedikit ngomongnya, Shikadai! Dia itu pamanmu!" omel sang ibu, kemudian mengambil tas Shikadai dan menaruhnya ke tepi dinding. Shikadai mengaduh, lalu menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

"Kak, jangan terlalu keras pada Shikadai. Dia, kan, baru pulang sekolah," sahut lelaki tadi dengan ekspresi tenang. Namun terdengar kekhawatiran dari nada bicaranya.

"Iya, kaasan... Erm... Ohisashiburi desu, Gaara-jiisan."

Oh, rupanya lelaki dewasa yang menyambutnya itu adalah adik bungsu Temari, atau yang kita kenal dengan Gaara sang Kazekage Kelima.

"Hmph! Ohisashiburi, Shikadai. Kau sudah tumbuh besar, ya. Ayo, sini! Ngobrol sama paman!" balas Gaara, yang lalu menepuk kedua pahanya dengan maksud ingin mengajak Shikadai ngobrol.

'Iyuh! Jangan bilang jiisan ingin aku duduk di pangkuannya kayak waktu aku kecil dulu!' batin Shikadai sambil mengernyitkan dahinya jijay. Tak percaya bahwa paman—orang yang sebenarnya sangat ia kagumi ini masih ingin memangkunya layaknya memangku anak kecil.

"Ibu mau menyiapkan makan malam dulu. Kamu temani pamanmu dan Shinki ngobrol, ya," Temari pun beranjak ke dapur dan meninggalkan Shikadai bersama kedua tamunya itu. Shikadai hanya mendesah sebelum memutuskan untuk duduk di samping pamannya.

'Jadi ini alasan kenapa kaasan langsung mengambil tasku? Tck, mendokuse!' keluh Shikadai dalam hati. Dia memang paling malas jika harus berurusan dengan orang apalagi kalau ia sedang capek selepas pulang sekolah.

"Paman ada apa datang ke Konoha? Apa ada masalah politik?" tanya Shikadai membuka topik pembicaraan. Ia pun mendekati pamannya dan menarik lengan baju Gaara, tanda ingin membisikkan sesuatu. Gaara memiringkan kepalanya dan melirik Shikadai dalam sekejap.

"Dan siapa bocah itu, paman? Kenapa mukanya mirip Kankurou-jiisan?" bisik Shikadai sambil mencuri pandang pada bocah yang tampaknya seumuran dengannya itu. Bocah itu tidak memperhatikan Shikadai dan Gaara, setidaknya sampai ia selesai membaca koran yang tadi Gaara baca.

Kalau dilihat-lihat, bocah yang dibilang Shikadai mirip Kankurou itu tidak mirip-mirip amat. Cuma tato kabuki-nya saja yang membuat mirip, meskipun coraknya berbeda dengan punya Kankurou.

"Iya, hari ini ada pertemuan Aliansi Lima Kage. Pertemuannya sudah selesai tadi siang. Lalu paman memutuskan untuk ke sini dan menginap dua malam di sini. Paman, kan, kangen juga sama ibumu dan kamu," jawab Gaara sambil tersenyum simpul. Tak lupa ia mengacak-acak rambut Shikadai—meskipun tak membuat rambutnya begitu berantakan.

Begitu-begitu, Gaara sangat memperhatikan dan menyayangi keponakan yang kelak akan meneruskan tahtanya sebagai The Next Kazekage itu. Makanya Gaara tak segan untuk mengobrol dan melakukan kontak fisik dengan Shikadai. Karena saat Shikadai kecil, Temari selalu berusaha untuk membuat Gaara dan Kankuro dekat dengan keluarganya. Jadinya ia pun terbiasa dengan keadaan keluarga kecil kakaknya.

"Ah, tentang anak ini... Dia Shinki, anak angkatku. Kalian seumuran, lho! Paman bawa dia kemari agar bisa berkenalan denganmu dan keluargamu," lanjut Gaara lagi, "Shinki, perkenalkan dirimu ke Shikadai," perintah Gaara pada bocah bernama Shinki itu.

"Salam kenal, namaku Shinki. Aku seorang yatim piatu yang dipungut dan dijadikan anak angkat oleh Gaara-sama. Besok aku akan ke sekolahmu, jadi mohon bantuannya," ucap Shinki dengan seadanya tanpa membiarkan Shikadai memotong pembicaraannya—yang menurut Shikadai agak sedikit dingin. Tapi ia tak memedulikan hal itu, karena ada hal yang membuatnya kaget.

"—Wait! Ke sekolahku? Ha?" Shikadai mengerutkan dahinya dengan mata sedikit membelalak. Ia langsung menatap Gaara yang hanya terdiam, kemudian berbalik menatap Shinki lagi, begitu terus sampai tiga kali.

"Apa maksudmu?" Shikadai membuka mulutnya lagi, masih dengan tatapan heran yang tertuju pada Shinki. Gaara pun akhir membuka suara.

"Shikadai, gurumu belum bilang, ya, kalau besok paman akan datang ke sekolahmu dan menjadi guru kalian selama sehari? Shinki juga akan ikut dan menjadi semacam asistenku."

"..."

"...kenapa, Shikadai? Wajahmu jadi tidak enak begitu?" Shinki memandang Shikadai heran, sama seperti ayah angkatnya yang juga ikutan bengong melihat Shikadai yang bengong.

"..."

"Shikadai?"

"WHAT?! APAAAA?! USO DESHOU?!" Shikadai yang baru ngeh dengan apa yang dikatakan pamannya tadi langsung memekik OOC dengan mata terbelalak. Gaara yang duduk di sampingnya langsung terlonjak kaget, meskipun tetap memasang wajah cool-nya. Shinki mundur teratur, kaget karena mendengar teriakan keponakan Kazekage-sama ini.

"SHIKADAI, JANGAN TERIAK-TERIAK!" sahut Temari keras dari arah dapur, yang kembali membuat Gaara melonjak, Shinki mundur teratur, dan Shikadai menutup mulutnya dengan tangannya.

'Ke-keluarga ini...hobinya teriak-teriak, ya?' batin Shinki.


Shikadai mencoba menutup matanya meskipun tidak mengantuk. Hal ini sudah dilakukannya sejam sejak makan malam keluarga Nara selesai. Biasanya, selesai makan malam ia akan langsung terlelap atau bermain game dulu sebelum tidur. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya sehingga membuat anak penasehat Hokage ini tidak bisa melakukan rutinitasnya itu.

"Aaa, mou... mendokuse!" gumam Shikadai yang terlihat kesal sendiri karena terlalu memikirkan hal apa yang akan terjadi besok. Sebenarnya ia tak mau ambil pusing soal pamannya yang akan bertamu dan mengajar selama sehari di kelasnya. Toh, ia merasa dirinya adalah anak baik meskipun kenyataannya ia sering membuat Shino-sensei pusing tujuh keliling.

Ya, setidaknya ia tak mau memikirkan hal itu sampai saat ia mengingat perbincangan teman-temannya sepulang sekolah tadi.

.

Flashback : On

.

"Ne, menurut kalian, tamu penting yang dibicarakan sensei tadi, siapa?" salah satu dari personil(?) Ino-Shika-Chou muda, Inojin, membuka topik pembicaraan dengan membahas soal tamu penting akademi yang akan datang esok. Serentak teman-temannya menghentikan langkah kaki mereka dan memandang Inojin. Inojin pun ikutan berhenti, menunggu jawaban teman-temannya.

"Hmm... Menurutku, sih, bukan orang yang terlalu penting. Maa, aku gak peduli, sih! Aku lapar," Chouchou langsung menjawab—tak nyambung. Tampak urat-urat kekesalan masih menghiasi parasnya padahal saat ini ia mengunyah keripik kentang.

"Duh, Chouchou! Kau itu, kan, sedang makan sekarang! Masa masih lapar, sih?" keluh Boruto sambil menunjuk-nunjuk keripik kentang Chouchou. Chouchou memonyongkan mulutnya, "Kalau cuma makan keripik mah gak kenyang, tahu!"

Boruto mengabaikan Chouchou, lalu memberikan pendapatnya perihal apa yang Inojin tanyakan, "Mungkin seorang petinggi desa? Ah, tapi ngapain petinggi desa mau bertamu ke akademi?"

"Hmm... Kalau memang petinggi desa dan ingin mengajar di kelas kita, hmm..." Sarada memotong omongannya sendiri kemudian berpikir sebentar, "...apa mungkin Hokage-sama, ya?"

"Hah! Itu gak mungkin! Mana mungkin ayahku sempat untuk mengajari kita! Demi ular beranak, dah! GAK MUNG KIN!" Boruto pun nyolot dan memotong omongan Sarada dengan muka menyebalkan. Sarada langsung memasang wajah juteknya dan siap untuk berdebat dengan Boruto.

"Hm? Ada apa dengan orang tuaku, Boruto?" Mitsuki, murid misterius yang baru beberapa minggu ini pindah ke Akademi Konoha itu langsung triggered ketika Boruto menyebut 'ular beranak'. Mungkin ia merasa sebagai anak dari ular itu?

"U-urm, tapi tadi sensei sempat bilang jangan membuat kekacauan karena bisa mempermalukan nama Akademi Konoha dan Hokage-sama, kan?" salah satu teman Boruto, Kaminarimon Denki, mengingatkan apa yang senseinya katakan tadi. Semuanya serentak memandang Denki, kemudian berpikir lagi.

"Hmm... Kalau memang begitu, harusnya tamu itu bukan orang Konoha melainkan orang luar, kan? Soalnya sampai bawa-bawa nama Hokage-sama," ujar Inojin sambil memangku dagunya. Denki, Sarada dan Chouchou mengangguk, mungkin mereka memikirkan hal yang sama. Boruto masih berpikir. Sementara Mitsuki hanya tersenyum dengan senyuman khasnya.

Shikadai? Ah, dia hanya memperhatikan pembicaraan teman-temannya tanpa berniat untuk ikut campur. Namun, ia langsung memutar bola matanya, seakan tertarik untuk mengikuti arah pembicaraan ini ketika Boruto berkata, "Ne, gimana kalau besok kita kerjai tamu itu?"

"Cho—Boruto! Apa yang kau pikirkan, ha? Mengerjai tamu penting yang akan jadi guru kita? Gila kau!" langsung saja anak tunggal Uchiha itu memotong ucapan Boruto dengan wajah kaget bin kesal. Bisa-bisanya putra sulung Hokage-sama yang ia kagumi ini mengatakan hal bodoh seperti itu.

"Aku hanya ingin melakukan keisengan biasa, kok! Mana mungkin aku akan mengerjainya sampai kelewat batas?" Boruto melakukan pembelaan yang membuat Sarada menggeleng tak percaya, "Lagian kalian juga sudah sering, kan, mengerjai Shino-sensei?" lanjutnya lagi.

"Wah, Boruto," Inojin speechless. Tak tahu harus menanggapi apa, "Aku ikut," lanjutnya, membuat yang lain ikutan speechless.

"Hmph! Sebenarnya aku tak peduli. Tapi gara-gara pengumuman soal tamu itu, jam makan soreku jadi terlambat! Aku ikut, deh!" Chouchou pun nyambung. Entah kenapa ia bisa jadi sekesal ini, atau mungkin ia hanya ingin menuruti jiwa nakal—mudanya saja dengan ikut-ikutan Boruto mengerjai tamu itu.

"Heee... Kalau Boruto ingin mengerjainya, aku juga ikut," ucap Mitsuki dengan tetap memasang senyum manis—mencurigakannya. Dia memang selalu mendengarkan dan mengikuti apa kata Boruto.

"Hoy, Boruto! Jangan bikin hal! Kalau ketahuan pihak akademi, kau bisa kena skorsing lagi," akhirnya Shikadai berbicara. Ya, sudah saatnya ia berbicara karena sudah tugasnyalah untuk mengingatkan Boruto jika ia ingin berbuat ulah. Setidaknya, itulah tugas yang diberikan ibu Boruto pada Shikadai.

"Heee? Kau gak ikutan, Shik? Gak asyik, nih! Aku saja ikut," Inojin memanasi seraya memasang wajah merendahkan, khas ibunya sekali.

"Yah, Shik! Aku, kan, mau minta ide cemerlangmu untuk mengerjai orang itu!" kali ini Boruto yang berbicara, tak lupa ekspresi (sok) sedih sesedih-sedihnya terpaut di wajahnya.

"Shikadai, kan, jenius. Kupikir kau pasti punya banyak ide nakal yang bisa kita praktekkan besok," Mitsuki menambahi dan disetujui teman-temannya selain Sarada dan Shikadai sendiri. Yahari, anak ini sudah terkontaminasi oleh pergaulan tidak sehat Boruto dkk. /HUS!/

Boruto, Mitsuki, Inojin, dan Chouchou terus-terusan mendesak Shikadai. Sementara itu, Sarada sudah kabur karena tak ingin terlibat lebih jauh dengan urusan ini. Iwabe (dan Denki) yang sebenarnya cuma numpang nama(?) doang akhirnya ikut-ikutan mendesak Shikadai.

"Aaah! Baiklah! Baiklah! Aku ikuti kemuan kalian. Puas?" akhirnya Shikadai mengalah dan mengikuti kemauan teman-temannya. Tak lupa, trademark 'merepotkan'-nya terucap dari bibir anak tunggal keluarga Nara ini.

"Baiklah, aku punya ide. Dengarkan baik-baik..."

.

Flashback : Off

.

Hanya dengan mengingat rencana-rencana-busuk-yang sudah direncanakan ia dan teman-temannya besok, sudah membuatnya sakit kepala. Ia tak bisa membayangkan kalau pamannya akan menjadi korban kejahiliah—kejahilan dirinya, khususnya Boruto dkk yang memaksanya ikut. Pasti Gaara akan memarahinya, lalu mengadu ke ibunya, dan ibunya pun akan terus-terusan memarahi Shikadai selama sebulan kedepan—atau mungkin setahun ke depan.

Atau yang lebih parah dari itu, bisa-bisa ia dan teman-temannya dikeluarkan dari sekolah karena telah mengerjai Kazekage Kelima.

Mungkin besok ia harus datang ke sekolah pagi-pagi sekali untuk mencegah Boruto dkk melancarkan aksinya. Bagaimanapun juga, ia tak mungkin membiarkan pamannya malu karena dikerjai dan tak mungkin juga membiarkan dirinya dikeluarkan dari sekolah.

"Sepertinya aku harus tidur sekarang. Uh... mendokuse..."

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

~ To Be Continued ~

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x

Ha-halo, minna-san. Apa kabar? /eh

Setelah sekian lama gak bikin ff, akhirnya saia bikin ff abal lagi~ *tebar confetti*

Uda lama gak ke fandom Naruto. Memutuskan buat nyampah (lagi) dikit di fandom ini lagi karna tiba-tiba aja saia jadi kesengsem sama Boruto anime dan pengen ngikutin seriesnya. Jadi sekalian nyampah juga deh www

Sebenarnya ff ini mau dibikin one shot aja. Tapi gatau malah jadinya panjang gini. Bahkan inti dari ceritanya juga belom nyampe keknya. TuT

Maa, at least mau dibikin 2 chap aja sih. Gamau panjang-panjang kayak ff lama saia yang ujung-ujungnya terlantar sampai sekarang AqA *author ditimpuk bata*

Sekian a/n dari saia. Maafkan kalo ff ini terlalu gaje dan alay. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menunaikan. Sampai jumpa di chap selanjutnya =))