Hai minna~ ini cerita kelima dari saya. Cerita ini bakal jadi cerita yang multichapter. Saya mendapat inspirasi cerita ini dari sebuah manga yang berjudul Godhand Teru. Manga yang berkisah tentang perjalanan dokter bedah. Ada yang tahu? Yah, mungkin tidak sepenuhnya sama. Saya hanya akan mengambil beberapa penyakit yang ada di manga tersebut. Saya hanya seorang anak-anak yang mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter bedah. Maka dari itu, saya belum mempunyai cukup pengalaman untuk menuliskan penyakit-penyakit. Maka, dari itu, saya mencontoh beberapa penyakit dari komik tersebut. Untuk alur dan jalan cerita, itu sepenuhnya hasil dari pikiran saya sendiri. Nah, semuanya silahkan menikmati~
Surgeon Love
by Lucy Hinata
Copyright© Masashi Kishimoto
Romance, Drama, Hurt/Comfort, and Friendship
Pairing: Sasuke x Sakura
Summary: Haruno Sakura. Gadis cantik dan manis yang mencintai pekerjaannya sebagai dokter bedah. Uchiha Sasuke. Lelaki tampan dan angkuh yang melakukan pekerjaannya sebagai dokter bedah hanya sebagai kewajiban. Benang kusut kini melilit di antara mereka. Pekerjaan, persahabatan, dan bahkan... Cinta.
DISCLAIMER : I DO NOT OWN NARUTO
Chapter 1
Normal POV
Derap langkah pemuda tampan yang sedang berlari, menggema di koridor sebuah rumah sakit ternama. Pikirannya melayang pada saat beberapa tahun silam. Ia menggeram menyesali jarak antara ruangan pribadinya dan ruangan direktur rumah sakit tersebut sangat jauh. Orang-orang yang dilewatinya berusaha untuk mengucapkan salam sederhana berupa ucapan selamat siang kepadanya yang notabene merupakan anak lelaki dari salah satu pendiri rumah sakit tersebut. Sementara yang disapa hanya membalas dengan anggukan atau gumaman andalannya.
Uchiha Sasuke, nama pemuda itu, melihat salah seorang sahabatnya yang juga merupakan anak dari salah satu pendiri rumah sakit terbesar sedaerah mereka itu. Uzumaki Naruto. Sasuke berusaha untuk tidak bertatapan mata dengan pemuda jabrik berambut kuning itu. Tapi nyatanya, ia terlambat, sapphire milik Naruto telah bersirobok dengan onyx miliknya.
"Hoi, teme!" Sasuke memutar bola matanya bosan. Seperti biasa, pemuda ini selalu cerewet dan sangat berbanding terbalik dengannya yang merupakan seorang yang angkuh dan dingin. Namun, entah kenapa, mereka dapat bersahabat baik seperti sekarang.
Menyadari bahwa Sasuke tidak berniat untuk membalas sapaannya, Naruto mengambil inisiatif sendiri untuk melanjutkan ucapannya, "Kau sudah tahu, kan? Dia telah kembali, Sasuke teme!" Tidak melupakan cengiran yang sudah tertanam di wajah tampannya itu.
Sasuke menghela napas lelah. Sudah sedari tadi dia berlari tanpa henti. Sasuke tahu siapa 'dia' yang dimaksud oleh Naruto. Sasuke berbohong jikalau dia berkata bahwa dia tidak merindukannya. Naruto pasti merasakan hal yang sama dengan Sasuke. Begitu juga dengan teman-temannya yang lain.
"Aku sudah tahu, baka dobe. Apa kau sudah diberitahu oleh Tsunade?" Sasuke masih terus berlari tanpa mengenal kata lelah. Lagipula, sebentar lagi, Sasuke akan bertemu dengan dia. Dia yang menjadi kesayangan teman-temannya. Dia yang membuat semua ini terjadi. Dia, satu-satunya gadis yang membuat Sasuke tidak segan untuk menangis di depannya.
"Tentu! Aku yakin teman-teman kita yang lain juga pasti sudah diberitahu oleh nenek sihir itu!" cengirnya tanpa merasa bersalah telah menghina Tsunade dengan kata 'nenek sihir'. Sasuke berdecak pelan. Naruto sudah pasti menemui ajalnya jika Tsunade mendengar hal ini. Sasuke kemudian menggelengkan kepalanya pelan. Mengapa ia harus memiliki sahabat seperti ini? Untung tidak semua sahabatnya seperti ini. Kalau iya, dia pasti sudah mati bunuh diri sejak lama. Apalagi sejak gadis itu pergi untuk sementara.
Sasuke menatap lorong-lorong rumah sakit itu dengan penuh semangat. Tak biasanya ia merasa sesemangat ini. Kalau saja ia tidak akan bertemu sahabat sejak kecilnya, ia mungkin sedang tidur di ruangan pribadinya sebab jam-jam sekarang merupakan jam sepi pasien.
Konoha Hospital. Itulah nama rumah sakit yang menjadi tempat Sasuke, Naruto dan orang-orang lainnya bekerja. Di bawah pimpinan seorang Tsunade, mereka dibimbing untuk menjadi seorang dokter yang berwibawa dan tentu sangat hebat. Rumah sakit ini didirikan oleh 6 perusahaan terbesar di Konoha. Uchiha Corp, Haruno Corp, Uzumaki Corp, Hyuuga Corp, Yamanaka Corp, dan Nara Corp. Tentu dengan banyak bantuan dari perusahaan-perusahaan yang tidak kalah besarnya dari mereka, seperti Sabaku Corp, Shimura Corp,dan Akasuna Corp.
Anak dari masing-masing pendiri Konoha Hospital ini menjadi dokter hebat yang disegani di rumah sakit ini. Sasuke sebenarnya tidak ingin menjadi dokter. Apa boleh buat, ini merupakan perintah dari ayahnya. Berkali-kali ia berusaha untuk mencintai pekerjaannya, berkali-kali itu juga Sasuke merasakan bahwa pekerjaannya ini hanya merupakan suatu kewajiban. Memang benar, cita-cita dari kecil itu bisa saja berubah-ubah. Sasuke sejak kecil ingin sekali menjadi dokter. Namun, entah sejak kapan, perasaan itu berubah seiring dengan cita-citanya yang juga berubah tanpa arah.
Yamanaka Ino, seorang dokter bedah spesialis otak. Nara Shikamaru, seorang dokter bedah spesialis otak seperti Ino. Neji Hyuuga, seorang dokter bedah spesialis jantung. Begitu pula dengan adik semata wayangnya, Hinata Hyuuga. Uzumaki Naruto, seorang dokter bedah spesialis umum. Begitupula dengan Uchiha Sasuke dan kakaknya, Uchiha Itachi.
Tidak terasa, Sasuke dan Naruto telah sampai di depan ruang direktur utama rumah sakit ini. Pintunya bertuliskan 'Tsunade Senju' sebagai tanda bahwa itulah nama penghuni ruangan tersebut. Jantung Sasuke berdegup kencang. Ia bertanya-tanya apakah gadis itu masih mengenalnya atau tidak. Sasuke baru saja ingin membuka pintu itu dengan pelan saat seseorang menerobosnya dengan tidak sabar.
"Teme! Tunggu apa lagi? Ayo cepat masuk!" Sasuke memberikan deathglarenya kepada Naruto yang baru saja menerobos bagiannya untuk membuka pintu ruangan tersebut. Naruto hanya membalas tatapan menusuk Sasuke dengan cengiran tanpa perasaan bersalah sedikitpun.
Hal pertama yang dilihat Sasuke dan Naruto saat memasuki ruangan tersebut adalah helai rambut merah muda yang telah berubah banyak dari saat terakhir mereka bertemu. Mereka bahkan terpana untuk beberapa saat hingga tidak menyadari ada banyak orang yang sedang memperhatikan mereka.
"Naruto, Sasuke, kalian sudah datang. Lama sekali," sindir seseorang berambut pirang yang sedang duduk di sebelah gadis dengan helaian rambut merah muda itu. Pemuda berambut nanas di sebelahnya hanya menggumamkan kata andalannya -mendokusai.
"Cih, ruangan pribadiku dengan ruangan ini sangat jauh, kau tahu? Dan di tengah jalan, aku diganggu oleh bocah kuning ini," sahut Sasuke sambil menunjuk Naruto dengan ibu jarinya dengan gaya angkuhnya.
Belum sempat Naruto mengeluarkan protesnya, sapphire Naruto telah membulat melihat sosok pria dan wanita yang berdiri tak jauh di hadapannya, "Okaa-san? Otou-san?"
Seakan baru menyadarinya, Sasuke menyapu isi ruangan tersebut dengan onyx hitamnya. Baru disadarinya, seluruh pendiri rumah sakit ini sedang berkumpul di ruangan Tsunade. Bola matanya juga membulat begitu melihat kedua orangtuanya.
"Okaa-san dan Otou-san mengapa berada di sini?" tanya Sasuke dengan datar. Inoichi -Yamanaka Inoichi lengkapnya, menepuk pundak Sasuke sembari tertawa dengan keras. Sasuke berjengit merasakan pundaknya ditepuk seperti itu.
"Sudahlah, Sasuke. Lagipula hari ini merupakan hari bersejarah bagi rumah sakit ini, bukan? Seorang gadis muda berbakat telah kembali dari Jerman dan akan menjadi salah satu dokter di rumah sakit ini," katanya dengan santai. Mata Sasuke membulat dengan sempurna. Tidak pernah ia merasa sesenang ini sebelumnya. Atau pernahkah? Hanya ia yang tahu.
Sasuke dengan cepat menoleh ke arah gadis dengan helai rambut merah muda tadi. Begitu pula dengan gadis tersebut yang memang sedari tadi sedang memandang Sasuke. Iris emerald gadis itu menatap langsung ke arah onyx tegas milik Sasuke. Sasuke tersenyum dengan sangat tipis, hingga hanya dia sendiri yang tahu bahwa ia sedang tersenyum. Sementara gadis itu masih membiarkan dirinya beradaptasi dengan kehadiran Sasuke. Sampai tidak lama setelahnya, gadis itu berdiri dan langsung menerjang ke arah Sasuke.
"Tadaima, Sasuke!" serunya setelah ia berhasil memeluk tubuh atletis Sasuke. Ino, gadis pirang yang tadi menyindir Sasuke dan Naruto terkikik pelan melihat kedua sahabatnya sedang berpelukan. Bukan berpelukan mesra. Bukan juga berpelukan antar kekasih. Itu pelukan rindu. Pelukan antar sahabat yang telah terpisah lama dan akhirnya bertemu kembali.
"Okaeri, Sakura," Sasuke mengusap pelan puncak kepala Sakura. Menyadari bahwa gadis itu telah berubah begitu banyak sejak pertemuan mereka yang terakhir. Rambut Sakura salah satunya. Rambut merah muda itu telah berubah sama sekali dari yang terakhir Sasuke lihat. Rambut merah mudanya yang dulu panjang sekarang telah dipotong pendek dan menambah kedewasaannya.
"Eh? Itachi mana?" Sakura bertanya entah kepada siapa, begitu menyadari ada seseorang sahabatnya yang tidak berada di ruangan itu.
"Itachi sedang ada operasi, Sakura! Kau harus tahu, dia menjadi seorang dokter bedah yang sangat keren!" mata Ino berbinar-binar saat mengatakan bahwa Itachi sangat keren. Sementara itu, Shikamaru hanya mendengus malas.
"Hee? Kau suka pada Itachi, Ino-pig?" Sakura tersenyum menggoda. Melihat rona merah yang berada di pipi Ino, mau tak mau Shikamaru merasa kesal juga. Dengan gerakan cepat, ditariknya tangan kanan Ino dan ia memperlihatkannya pada Sakura. Cincin di jari tengah Ino dan cincin di jari tengahnya sendiri.
"Sebentar, sebentar. Kalian sudah menikah? Dan lagi, tadi Shikamaru cemburu? Pft," Sakura menarik sudut bibirnya mengejek.
"Bukan menikah, baka. Baru bertunangan," Shikamaru mendelik malas ke arah Sakura. Sementara Ino hanya tersenyum kecil mengingat betapa jarangnya seorang Nara Shikamaru bersikap seperti tadi.
"Anakku sudah dewasa!" Nara Shikaku, ayah dari Shikamaru, berpura-pura menangis sembari menunjuk-nunjuk Shikamaru yang sekarang sedang mendelik ke arah ayahnya. Interaksi antara ayah dan anak Nara tersebut mengundang tawa di ruangan itu. Bahkan termasuk Sasuke yang sekarang sedang tersenyum tipis.
"Sakura-chan ! Aku tidak dipedulikan, nih?" Naruto yang tadi melihat adegan pelukan antara Sasuke dan Sakura itu menggembungkan pipinya kesal. Minato dan Kushina yang mendengar perkataan anak semata wayangnya itu hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Sakura terkikik sebentar sebelum ia menerjang Naruto dengan cara yang sama seperti ia tadi menerjang Sasuke, "Tadaima, Naruto. Kau tidak banyak berubah. Masih saja cerewet dan tidak bisa diam seperti dulu," kata-kata Sakura membuat seluruh orang di ruangan itu tertawa kala mereka melihat rona merah mejalar di wajah Naruto.
"Kau ini, Sakura! Biar saja, aku tidak mau mengantarkanmu untuk melihat-lihat rumah sakit ini," kata Naruto sambil menjulurkan lidahnya.
"Oh, begitu? Terserah kau saja, lagipula aku bisa meminta tolong Ino dan Hinata untuk mengantarku melihat-lihat," balas Sakura yang juga sedang menjulurkan lidahnya. Hinata yang sedari tadi duduk diam di sebelah kakak lelakinya, Neji Hyuuga, tertawa pelan melihat pertengkaran Naruto dan Sakura yang ternyata membawa namanya. Begitu juga dengan kakak lelakinya yang tidak jauh berbeda dengan Sasuke -dingin dan angkuh, ia juga tersenyum tipis melihat kedua sahabatnya itu bertengkar mengenai hal yang sebenarnya tidak penting.
Seluruh orang di ruangan itu memikirkan hal yang sama. Tidak ada yang berubah.
Tapi tidak ada yang tahu mengenai takdir, bukan? Takdir itu seperti sebuah lotere. Terjadi secara tiba-tiba dan selalu tak terduga. Sama seperti lotere, takdir dapat berupa baik, namun tak jarang dapat berupa buruk. Beruntung jikalau kita mendapat yang baik, namun, bagaimana kalo kita mendapat yang buruk?
.
.
.
.
Ketujuh sahabat itu sedang menghabiskan waktunya di kantin rumah sakit. Naruto adalah orang yang selalu mendominasi pembicaaan. Tak jarang pula terlihat Sasuke dan Shikamaru yang mendengus kesal mendengar suara Naruto yang tergolong sangat cempreng.
"Mendokusai na. Naruto, bisa tidak kau pelankan sedikit suara cemprengmu itu?" Shikamaru berdecak pelan sembari menatap sinis ke arah pemuda kuning itu. Sasuke juga menatap Naruto dengan pandangan mengintimidasi sama seperti Shikamaru.
"Huh, iya iya, aku mengerti. Aku mana bisa menang melawan kalian berdua, pangeran tersinis di Konoha. Apalagi jika ditambah Neji, waah, aku pasti sudah hampir menemui ajalku," cengir Naruto yang dibalas pelototan oleh Neji.
"Hahaha, aku kangen kalian. Rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu. Aku rindu kecerewetanmu, Ino-pig," sahut Sakura yang menghasilkan sebuah jitakan oleh Ino.
"Forehead! Kau sudah lupa ya, bahwa kau juga SANGAT cerewet!" Ino menekankan kata-katanya di bagian 'sangat cerewet'. Sakura memutar bola matanya dan beralih menatap Hinata.
"Dan aku kangen kelembutanmu, Hinata," Sakura tersenyum lembut ke arah Hinata dan dibalas senyuman tipis oleh gadis lavender itu, "A-ano, aku juga kangen Sakura-chan."
"Kecerewetan Naruto, kehangatan Sasuke, Itachi, dan Neji," Sakura beralih ke Naruto, Sasuke, dan Neji, "Dan tidak lupa dengan kemalasan Shikamaru!"
Shikamaru mendelik ke arah Sakura, "Apa tidak ada hal yang lebih elite yang bisa dirindukan dari seorang Nara sepertiku?" Semuanya tertawa pelan melihat pertengkaran tak penting lagi.
"Forehead! Aku tidak mau mengakui ini. Tapi aku benar-benar merindukanmu," kata Ino lirih, "Jangan tinggalkan kita lagi di sini, kita terkadang kacau tanpa kehadiranmu di sini."
"Tenang saja, memang aku akan kemana lagi? Tujuanku hanya satu. Bekerja bersama kalian sebagai sesama dokter," jawab Sakura santai yang membuat mereka lega.
"Ah ya, forehead, besok adalah hari untuk pesta penyambutanmu, bukan?" Sakura melirik Ino dari sudut matanya. Seakan tahu apa yang ada di pikiran sahabatnya, Sakura tersenyum lebar dengan memperlihatkan gigi-gigi putihnya.
"Baiklah, Hinata juga ikut ya?" Ino juga ikut tersenyum lebar pada Hinata. Seakan mengerti juga, Hinata menganggukkan kepalanya pelan sembari tersenyum kecil.
"Kalian ini punya telepati ya?" Naruto sweatdrop. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh wanita-wanita itu. Begitupula dengan ketiga lelaki lainnya.
"Kenapa? Kalian mau ikut?" Ino tersenyum mengejek ke arah empat laki-laki tersebut. Segera saja ejekan Ino tadi ditanggapi dengan gelengan kuat begitu mereka merasakan hal yang tadi dibicarakan ketiga gadis itu akan merugikan mereka.
"Kalian harus ikut! Sasuke, bilang pada Itachi! Kita sudah lama tidak berjumpa dan jalan bersama, bukan?" Sakura mengeluarkan ekspresi andalannya. Puppy eyes. Begitupula dengan Ino. Hello, tidak akan ada yang bisa menolak mereka lagi kalau mereka sudah mengeluarkan ekpresi satu itu. Sebut saja Shikamaru dan Neji. Kedua pemuda yang tergolong sangat malas itu saja akan mengiyakan tawaran gadis-gadis itu.
"Tch, mendokusai," Shikamaru mengambil handphonenya dari dalam saku celananya dan mengetik sesuatu. Lalu, ia memberikan handphone miliknya kepada Sasuke sambil memberi isyarat.
"Terima kasih, Shika," Sasuke menerima handphone milik Shikamaru dan mulai mengetikkan huruf-huruf seperti sedang menulis sms. Tidak lama, Sasuke dengan cepat mengembalikan handphone milik Shikamaru kepada pemilik aslinya.
"Kutebak kau pasti tadi sms Itachi," Ino menatap Sasuke dengan cengirannya. Sementara Sasuke hanya menggumamkan 'hn' sebagai jawabannya.
Setelahnya, mereka melanjutkan makan mereka yang tertunda akibat obrolan tadi. Naruto memakan ramennya dengan lahap. Sakura menatap Sasuke yang sedang merenung dengan intens. Pria itu tidak berubah sedikitpun, dia masih merupakan Sasuke yang hangat seperti dulu. Namun, fisiknya sudah jauh berbeda. Tubuh Sasuke sekarang jauh lebih atletis dari yang dulu. Dan tidak lupa bahwa Sasuke sekarang telah menjadi pria yang menawan.
Sakura tersenyum kecil. Ia selalu mengingat misi pertama yang akan ia lakukan begitu ia sampai di Konoha. Menyatakan cintanya pada Sasuke. Sasuke merupakan cinta pertama Sakura. Dan hal itu tidak pernah berubah hingga sekarang. Namun, satu hal yang tidak disadari Sakura, Sasuke tidak hanya menatap kosong ke arah pemandangan rumah sakit ataupun orang-orang yang berada di dekatnya secara acak. Tidak. Karena Sasuke sedang memandang penuh kasih sayang kepada seorang Hinata Hyuuga.
TBC
Maaf, karena chapter ini pendek. Saya ingin melihat seberapa banyak reader yang tertarik atau suka dengan cerita saya. Maklum, saya masih seorang author amatir. Para reader juga jangan pasif ya~ kalau bisa dan sempat, tolong review dan beri komentar untuk fanfic saya satu ini, sebab sebuah review saja bisa membuat seorang author bersemangat berkali-kali lipat^^ saya akan membalas review kalian di setiap chapter. Jika ada saran atau apapun itu, termasuk pertanyaan, saya akan berusaha menjawabnya XD tapi tidak untuk spoiler, tentu saja biar nanti para reader penasaran. Hihi~ Arigatou gozaimasu!
