Permainan Terlarang

.

.

.

.

Vocaloid bukan milik saya, tetapi milik Yamaha Corporation etc.. Tapi cerita ini adalah milik saya sepenuhnya.

.

.

.

.

Semua murid kelas XII senang sekali, karena pelajaran tambahan yang seharusnya diadakan siang ini dibatalkan karena guru-guru sedang mengadakan rapat. Jadi, mereka hanya menghabiskan waktu pelajaran tambahan mereka hari ini dengan bermain sepuas-puasnya, melepas kejenuhan dan stress sebelum minggu depan mereka ujian sekolah. Termasuk Luka, Miku, Gakupo, Kaito, dan Gumi yang sedang ngobrol atau bercerita di tempat duduk mereka yang berdekatan.

"Aaah … enak banget kalo enggak ada peltam, ya!" kata Miku sambil merenggangkan otot-ototnya.

"Iya, pacarku tersayang. Enaak, banget. Kita bisa bermesraan di saat-saat seperti ini." kata Kaito sambil memperdekat jarak duduk mereka. Miku sedikit menjauh, mengingat ini di kelas mereka. Orang-orang di kelas ini 'kan, tergolong biang gosip yang mengerikan.

"Hii! Ka-kaito-kun! Ini bukan saatnya! Nanti diliatin teman-teman kita! Malu, tau!" kata Miku, wajahnya memerah walau Kaito adalah pacarnya sendiri, tapi hanya segelintir orang yang mengetahuinya. Kaito hanya tertawa.

"Heeeeh, mentang-mentang udah pacaran, bawaannya mau bermesraan terus! Ingat dong, temen kalian kan masih ada jomblo!" celetuk Gakupo, dan terdengar keirian dari kata-katanya tadi.

"Hahahaha! Kasian, deh si Gaku-pyon! Masih jomblo sampai sekarang! Hahaha!" ejek Gumi, padahal dia juga jomblo.

"HEH! JOMBLO JANGAN TERIAK JOMBLO!" seru Gakupo marah, sewot. "Makanya, Luka-chan, kita pacaran aja, yuk!"

"Ogah." Kata Luka dingin.

"Hahaha, bweeek! Kasian deh, lu!" kata Gumi, sambil menjulurkan lidahnya.

"Sudah, ah. Mending kita ngapain, kek!" kata Kaito. "Daripada membiarkan dua jones ini perang."

Kaito hampir dihajar kedua jones—ralat—Gakupo dan Gumi. Namun Rin dan Len, anak kelas X tapi cukup kenal bahkan berteman dengan mereka datang mengunjungi mereka sebelum Gakupo dan Gumi terlibat perkelahian. Walau seharusnya sekarang kelas X sudah pulang, tapi itulah kebiasan si kembar Kagamine, selalu mengunjungi Miku dan kawan-kawan jika jam pelajaran sedang kosong.

"Miku-nee-chan!" kata Rin sambil menghampiri mereka.

"Rin-chan! Kebetulan, nih! Jadi kita bisa ngobrol asyik berenam!" kata Miku gembira.

"Tapi ngobrolin apa?" kata Len, sambil mengambil kursi kosong untuk dirinya dan saudari kembarannya.

Semua diam. Kemudian, ada ide melintas dipikiran Luka.

"Bagaimana kalau kita main saja?" kata Luka. Beberapa dari mereka pun mengangguk setuju.

"Wah, asyik! Main!" kata Miku.

"Oke! Ide bagus, Luka-nee!" kata Rin ceria.

"Oke! Tapi main apa?" kata Gakupo.

Luka merobek kertas kosong yang ada di laci mejanya menjadi beberapa bagian, kemudian menulis sesuatu di kertas itu. Mereka hanya memperhatikan apa yang dilakukan Luka sampai akhirnya Luka melipat kertas-kertas kecil yang ada tulisannya itu menjadi sangat kecil dan menaruh semuanya di dalam botol kecil.

"Ng? Itu buat apa, Luka-chan?" kata Gakupo.

"Nama permainan ini adalah 'ramalan kematian'." Kata Luka sambil terus mengocok botol kecil itu.

"Eeeh?!" kata mereka kaget. Mereka menunjukkan ketertarikan, kecuali Gumi. "Gimana cara mainnya?!"

"Gini, permainan ini kayak arisan. Salah satu dari peserta permainan ini ada yang ngocok, terus semua peserta termasuk yang ngocok bakal ngambil salah satu kertas yang ada di dalam botol ini. Kalau semua peserta udah ngambil, baru dibuka sama-sama. Nanti dibaca keras-keras. Kalau pesertanya dapat ramalan yang sama sebanyak tiga kali, maka ramalan itu bakal jadi kenyataan. Tapi ingat, ini cuma permainan! Gimana?" kata Luka. Semua sahabatnya itu terdiam sejenak.

"Setuju. Apapun yang dikatan Luka-chan, aku setuju." Kata Gakupo. Yah, Gakupo penggemar fanatik Luka, sih.

"Setuju, Luka-nee!" kata Rin dan Len.

"Kami setuju!" kata Miku dan Kaito serempak, sambil mengacungkan jempol mereka.

Setelah Gakupo, Rin, Len, Miku, dan Kaito setuju, masih ada satu yang dari tadi diam saja, Gumi.

"Gumi? Kamu mau ikut?" kata Luka. Gumi menggeleng,

"Enggak, ah. Aku takut." Kata Gumi.

"Takut kenapa?" kata Rin. "Enggak ada yang perlu ditakutkan! Ini kan cuma permainan!" kata Rin.

"Enggak! Aku takut kalau ramalannya menjadi kenyataan. Jadi, aku enggak ikut." Kata Gumi lirih.

"Ingat, Gumi. Ini cuma permainan!" kata Luka. "Ikut saja, ya? Supaya lebih rame!"

"Enggak mau! Kalau kalian main yang lain, baru aku mau ikut!" Kata Gumi.

"Enggak bakal. Ini ide bagus," kata Miku. Kaito mengangguk.

"Ide bagus apanya? Ini malah ide buruk! Luka itu terlalu berani! Pake main yang beginian. Kalau ramalan itu menjadi kenyataan? Dia yang harus bertanggung jawab! Apa dia tak memikirkan itu?" kata Gumi, berdiri dan memukul mejanya dan menuding Luka.

"Eh? Ini cuma permainan, Gumi sayang. Cuma permainan!" kata Luka, menekankan kata-kata 'cuma permainan'. "Lagian, kalau kamu enggak mau ikut main, jangan protes!"

Gumi pun duduk kembali. Diam dengan tampang kesal. Dia bermaksud baik untuk mencegah teman-temannya untuk memainkan permainan yang mengerikan. Tapi … malah dia yang diabaikan.

Mereka pun memulai permainan tanpa Gumi. Luka adalah orang yang mengocok botol tersebut. Yang pertama kali mengambil kertas ramalan itu adalah Miku.

"Ayo, Miku-chan! Cepat baca!" kata Kaito antusias. "Siapa tau kamu dapat yang bagus!"

"Ssst, lagipula ramalan ini isinya tentang kematian semua, enggak ada bagus-bagusnya." Kata Luka. Kaito menelan ludah. Lupa.

Semuanya menatap Miku yang nampak pucat. Dia mematung ditempat duduknya, sambil terus memegang kertas ramalan itu. Namun, kemudian dia mulai menggerakkan mulutnya.

"Ka-kamu bakal tewas tertabrak truk bersama kekasihmu … tapi, sebagai gantinya tabrakan itu membuat orang-orang yang melihat jasadmu … muntah-muntah saking jijiknya."

Semua orang menghela napas, kecuali Luka yang empunya ide atas kata-kata tersebut. Kemudian, Kaito yang syok. Miku diramalkan tewas bersamanya. Tapi, TEWAS. Enggak hidup lagi.

"Ssst …, diam, diam. Selanjutnya." Kata Luka sambil mengocok kembali botol tersebut.

Giliran selanjutnya adalah Kaito. Kaito mengambilnya dengan cepat, kemudian membacanya. Setelah itu, wajah Kaito pucat pasi.

"Kamu akan tewas tertabrak truk karena melindungi orang yang sangat kamu sayangi … tapi, sebagai gantinya … jasadmu mengerikan …"

Yang lainnya kaget. Berarti … berpasangan dengan Miku. Kaito sedikit senang karena ramalannya berpasangan dengan Miku. Tapi kan, ini ramlan kematian. Enggak ada bagus-bagusnya.

Selanjutnya, Rin dan Len. Mereka mengambilnya bersamaan, membaanya, dan seperti Miku dan Kaito. Terlihat pucat. Kemudian, mereka membacakannya bergantian, dimulai dari Rin, kemudian Len.

"Kepalamu akan hancur karena kejatuhan lemari besi ..."

"Kamu akan dibantai psikopat di tengah umum!"

Semuanya hening dan saling tatap karena ramalan-ramalan yang sudah didapat itu isinya mengerikan semua. Akhirnya, Gakupo pun memecah keheningan.

"Ingat, semua! Ini cuma permainan, kok! Lihat ya, kali ini aku yang ngambil." Kata Gakupo, kemudian mengambil kertas yang tersisa di botol tersebut.

"Kamu akan mati diracuni adikmu sendiri!" baca Gakupo nyaring. Yang lainnya cuma diam saat melihat Gakupo tidak pucat lagi. "Tuh kan! Aku biasa-biasa aja."

"Sudah ah. Sekarang aku," kata Luka.

Karena ramalannya sisa satu, maka tanpa basa-basi Luka mengambil ramalan itu dan membacanya nyaring-nyaring. Luka memang terkenal sebagai gadis pemberani.

"Karena frustasi, kamu akan menusuk perutmu sendiri dengan pisau dapur." Kata Luka.

Mereka semua menghela napas. Permainan sudah selesai, dan mereka masih syok karena mengetahui ramalan mereka masing-masing, terutama Miku, yang mendapat ramalan paling parah.

"Kyaa! Aku tidak mau jasadku menjijikkan! Tidak mau!" jeritnya. Untungnya teman-teman sekelas mereka tak memperhatikannya.

"Miku-chan, tenanglah! Selama aku yang melindungimu, kamu pasti tenang!" hibur Kaito sambil mengelus-elus tangan Miku. Yang lainnya berdehem ria. Wajah mereka berdua pun memerah karenanya.

"Ah … sudahlah … ini cuma permainan …" kata Rin. Dia masih syok karena ramalannya adalah mati kejatuhan lemari besi. Yang lainnya mengangguk saja.

"Ingat, jangan sampai kalian memikirkan permainan ini, ya!" kata Luka. "Untuk jaga-jaga, kalian harus hati-hati,"

"Baik, bos!" seru semua serempak, kemudian mereka tertawa.

"Teeeeeet!"

Mereka berhenti tertawa dan saling bertatapan, kemudian mengambil tas masing-masing karena itu adalah bel pulang dan tertawa kembali. Mereka senang bisa memainkan sesuatu yang baru, tanpa peduli kalau Gumi sedang stress memikirkan nasib teman-temannya, seandainya ramalan itu menjadi kenyataan.

Setelah semuanya pulang ke rumah masing-masing dengan damai, tersisalah Gumi sendirian di depan lokernya. Dia baru saja piket membersihkan kelas bersama Kokone dan Aria, namun mereka berdua pulang lebih awal karena ada urusan.

Gumi terpaku di depan lokernya sendiri. Dia punya firasat buruk, makanya dari tadi dia uring-uringan. Dia pun mengambil sepatunya, kemudian memasangnya dan berjalan ke luar sekolah.

"Teman-teman … semoga kalian tidak apa-apa …"

.

.

.

.

Hari Minggu yang cerah, hari yang baik untuk mengajak pacar berkencan di taman kota. Itulah yang ada di pikiran Kaito. Dia telah melupakan ramalan itu sepenuhnya, mengingat itu hanya sebuah permainan. Dia mengajak Miku untuk berkencan di taman. Miku menerimanya dan mereka berjanji untuk bertemu di halte yang ada di dekat rumah Kaito.

"Kaito-kun!" kata Miku, melihat Kaito yang sudah siap di halte tersebut.

"Miku-chan! Ayo kita ke taman."

Mereka pun berjalan kaki ke taman yang terletak tidak jauh dari halte tersebut. Mereka berjalan sambil bersenda gurau. Kadang, Kaito menggombal dan membuat Miku blushing. Namun tak jarang juga Miku yang membuat Kaito blushing.

Yah, sekarang mereka bisa saja bersenang-senang, tanpa tahu bahwa sesuatu yang buruk akan menimpa mereka berdua.

.

.

.

.

To be continued …

.

.

.

.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Hai hai hai! Ketemu lagi dengan nigou lover yang telah menjadi hanami-nyan! Ini fanfic Vocaloid saya yang pertama! Gimana? Bagus enggak? Ada kekurangan? Apa kalian penasaran sama sambungannya? Nyatakan komentar, kritik, saran, kepuasan atau kekecewaan anda di review! (lha kok kayak iklan ya?) Arigatou~~ #bungkukdalem-dalem