"Ngapain sih lo ujan-ujanan kaya gitu? Gila ya?" Hoseok melemparkan handuk bersih ke kepala Jimin yang sudah basah kuyup, "Mandi ujan, heh. Umur udah dua puluh tiga, Jimin. Tau diri, lo bukan bocah lagi."
Jimin terkekeh pelan mendengarkan omelan dari sahabat nya itu. Mengigil kedinginan tetapi cowok yang sedang sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk itu memaksa bibirnya untuk tersenyum, "Ujan itu punya arti lain buat gue, kak."
"Please don't go all poetic on me, gue abis ketemu sama Namjoon tadi siang."
Jimin melempar kembali handuk basah itu ke atas kepala Hoseok, sengaja ingin membuat temannya kesal.
"Gue mau ganti baju. Sana lo, keluar. Hush hush~" Jimin membalas teriakan kesal Hoseok dan mendorong lelaki itu keluar dari kamar kecil nya.
Jimin mengunci pintu kamar nya dan tidak menghiraukan teriakan kesal Hoseok dari depan pintu.
Dari jendela kamarnya ia bisa melihat hujan yang mulai mereda diluar sana.
Butiran-butiran air yang menempel di kaca jendela kamar nya itu mengingatkannya kepada seseorang yang membuatnya mencintai tetesan air hujan.
Senyuman mengembang di bibirnya saat ia mengingat bagaimana adik kelas nya di sekolah dulu terjebak di sekolah berdua dengannya sampai malam hari karna hujan yang lebat.
"Kak, maaf, boleh pinjem telfon gak? Hape aku mati, takut mamah khawatir jam segini belum pulang"
Kalimat itu, kalimat pertama yang membuka buku cerita antara dia dan adik kelas nya yang uh, imut, menurut Jimin.
Mereka menulis cerita mereka bersama sejak saat itu, membuat kisah-kisah yang indah dan menarik di setiap bab nya. Tetapi semua cerita mempunyai akhirnya, bukan?
Jimin masih mempunyai rasa sesal saat mengingat dirinya yang berumur delapan belas tahun saat itu memutuskan untuk mengakhiri cerita mereka, menuliskan akhir yang membuat adik kelas nya itu menangis dibawah hujan yang dulu mempertemukan mereka berdua.
Entah apakah cowok itu masih mengingat Jimin dan kisah mereka.
Dengan tangan yang sudah memunculkan keriput yang menunjukan kalau tubuhnya sedang berusaha untuk menghangatkan diri sendiri, Jimin mengeluarkan ponsel nya dan menatap layar ponsel nya yang menunjukan foto dua anak sekolahan yang sedang tersenyum ceria.
"Kak, ayo senyum, mau aku jadiin wallpaper fotonya!"
Suara ceria yang masih sangat ia ingat terngiang di ingatannya.
Senyuman masih menghiasi wajah Jimin. Kalau ia bisa kembali ke masa lalu, Jimin akan menerobos hujan lebat itu dan tidak menyentuh buku cerita mereka agar adik kelasnya tidak perlu menangisi dirinya dan keputusan bodoh nya untuk menulis cerita yang baru.
Adik kelasnya yang selalu tersenyum manis dan menghibur dirinya. Adik kelasnya yang dulu pernah bercanda untuk mengubah nama dirinya sendiri menjadi Park Jungkook.
