This story contains: BoyxBoy/Yaoi/Sho-ai/BL/Typos
Title: Jas Hujan
Pairs: ChanBaek; Slight!KaiBaek
© Kacangpolongman
.
.
Hari ini Chanyeol pulang lebih cepat lima belas menit sebelum waktunya pulang sehari-hari. Baekhyun dengan senang hati membukakan pintu depan apartemen mereka yang terletak di lantai tujuh belas.
"Hujannya deras sekali, lain kali aku harus membawa payung," kata yang lebih tinggi. Yang lainnya hanya mengangguk menyetujui.
"Kau pulang lebih cepat, Yeol. Ada apa?"
Chanyeol menerima uluran handuk yang diberikan Baekhyun dan mulai mengeringkan rambutnya yang basah terguyur hujan saat tadi keluar dari mobil, "Tidak ada, aku hanya merindukan tunanganku."
"Cih, gombal."
Baekhyun kembali ke dapur dengan kedua pipinya yang merona parah. Dan Chanyeol hanya tersenyum melihat sikap si rambut cokelat, sungguh menggemaskan. Chanyeol masih diam di tempat saat suara dari sang tunangan kembali terdengar.
"Kemarilah! Sup nya sudah jadi."
"Aku mau mandi dulu, makan duluan saja."
Chanyeol membuka pintu kamar mereka yang terbuat dari maghoni. Kebenarannya, lelaki dua puluh tiga tahun itu tidak benar-benar berniat mandi, dan—entah sial atau beruntung Baekhyun mengetahui fakta tersebut. Si muka gigi itu pasti akan tidur-tiduran di kasur dan akhirnya bangun esok hari, pikirnya.
Baekhyun berkacak pinggang di sisi lain kepala tempat tidur melihat Chanyeol—yang benar saja—sedang berbaring di ranjang mereka yang dilapisi spring bed berwarna toska.
Lelaki dengan tinggi seratus tujuh puluh delapan senti itu merubah air mukanya dari kesal bercampur jengkel menjadi raut wajah seorang anak kecil yang tengan merajuk.
"Akhir-akhir ini kita jarang makan bersama, kau akan beralasan mandi dan nyatanya? Kau tidur. Kau tidak makan masakanku, kau tidak menemaniku, dan jadinya aku memakannya sendirian."
Chanyeol memperhatikan wajah yang lebih tua dari tempatnya berbaring sekarang. Chanyeol mengeluarkan seringaian jahat ketika irisnya turun menuju tubuh Baekhyun, "Apa yang kau lakukan selama aku di kantor, huh?"
"E-eh?"
Baekhyun memeriksa dirinya dan menemukan celana piyamanya sedikit menggembung dengan sedikit bagian yang terlihat basah. Mati kau, Byun Baekhyun, batinnya bermonolog. Baekhyun menggaruk dagunya dan memutar bola matanya ke sembarang arah, ia bisa merasakan tangannya mulai mendingin.
"Melakukan.. hal yang sewajarnya dilakukan seorang calon anae." Jawabnya, gugup.
"Benarkah? Kau yakin hanya itu, Baekkie?"
Baekhyun menyeret perlahan kaki kanannya mundur melihat Chanyeol yang bangkit dari posisi berbaring-santai nya.
"Tentu saja! Kau pikir apa lagi, huh?"
Baekhyun tersenyum canggung dan mulai mundur dari tempatnya berpijak secara teratur, "Yah! Yah! Yah! Jangan mendekat!" pekiknya ketakutan.
Chanyeol tidak mendengarkan, terus mendekat sampai punggung sempit si sipit menempel dengan sempurna pada tembok kamar mereka. Yang lebih pendek mendecih pelan menyadari dirinya sudah terpojok sekarang.
Lelaki bermarga Byun itu mengangkat kepalanya, menatap si raksasa dengan tatapan tidak suka. Dan Chanyeol tentu tahu arti tatapan itu, Baekhyun akan meledak. Dengan sigap, ia menjauh dari wajah si mungil.
"Kau tahu apa yang kulakukan? Aku menggunakan mainanmu untuk memuaskanku! Menemaniku sampai kau pulang, tapi nyatanya kau tertidur tanpa menyentuhku! Sudah dua minggu empat hari kita tidak pernah bersama lagi, itu membuatku muak!"
Baekhyun menghentak-hentakan kakinya kesal, ia menatap Chanyeol yang hanya menatapnya usil sambil tersenyum sejuta makna.
"Jadi kau ingin kusentuh, begitu?"
Baekhyun diam, ia keceplosan.
"Ani-mph!" Baekhyun menutup matanya saat Chanyeol dengan rakus memulai ciuman mereka.
Entah karena hasratnya yang sudah lama tidak terpenuhi atau apa, Baekhyun lah yang paling dominan disini. Lidahnya bergerak sewenang-wenang di rongga mulut sang kekasih. Chanyeol memiringkan kepalanya duapuluh lima derajat, mempermudah pertautan mereka yang kian memanas.
Saliva yang entah milik siapa merembes keluar dari sudut bibir keduanya, mereka melepas ciuman yang terbalut nafsu itu ketika sudah menginjak menit ke lima. Baekhyun maupun Chanyeol mengusap saliva yang sempat keluar dengan ibu jari, keduanya masih terengah-engah dengan wajah yang merona.
"Aku dapat cuti dari kantor hari Sabtu nanti karena semua berkas yang dibutuhkan sudah selesai. Itulah alasanku pulang lebih larut akhir-akhir ini, untuk mendapatkan sehari penuh dengan calon anae ku."
Baekhyun membeku merasakan tangan besar Chanyeol membelai pipinya, "Ja-jadi?"
"Kita kencan Sabtu ini."
"Mau kemana?"
Chanyeol mengernyit melihat Baekhyun telah siap dengan varsity hitam dengan kaos putih di dalamnya, style favoritnya saat mereka berkencan dulu. Dan itu berarti pencinta strawberry ini akan keluar rumah.
Baekhyun memberikan segelas susu hangat pada Chanyeol dengan senyumannya yang mengembang, "Bertemu teman universitasku dulu."
"Si preman Jongin?" Tebak Chanyeol yang mendapatkan cubitan keras di lengannya, "Yah!"
"Berhentilah menilai orang dari fisiknya, Chan!"
Yang lebih muda hanya menggumam, dan tanpa kentara mencibir, "Selesai jam berapa? Akan ku jemput."
Baekhyun menggeleng, menangkup kedua pipi Chanyeol dengan kedua telapak tangannya, "Tidak perlu, cukup bekerja dan buat kita memiliki dua hari penuh untuk bersama."
Chanyeol memutar bola matanya, "Cerewet." Dengan malas ia melangkah mundur dan meletakkan gelas yang semula diberikan Baekhyun di meja makan.
"Omong-omong, perihal kencan kita.." Chanyeol berkata dan wajah Baekhyun memerah, malu. Entah mengapa mendengar Chanyeol mengatakan bahwa mereka akan kembali berjalan berdampingan keluar rumah bersama membuatnya mengingat masa-masa berpacaran dulu.
"Tidak jadi, deh."
Chanyeol mengambil tasnya serta mengangkut kunci mobilnya, meninggalkan Baekhyun yang menatapnya dongkol.
"Carilah pakaian baru, mungkin aku akan merobek yang kau kenakan nanti." Bisiknya, Baekhyun merinding. Chanyeol yang menyadarinya hanya tertawa dalam hati, "Aku pergi."
Baekhyun menunduk sebentar, bersorak girang dalam hati. Penampilan memang tidak selayaknya menjadi bahan penilaian, Baekhyun adalah orang yang ahli dalam bercinta sangat berbanding terbalik dengan wajahnya yang bahkan seperti orang belum pernah mengalami mimpi basah. Terlepas dari hal itu, Baekhyun adalah uke yang agresif. Bahkan lebih mesum dari semenya sendiri, asal kau tahu.
"Akhirnya lubangku tidak akan diisi dildo bodoh itu lagi, kkk."
"Jongin, terima kasih untuk waktumu."
"Siap, tuan putri!"
Baekhyun memutar matanya sekilas lalu tersenyum hangat. "Mau aku pukul, huh?"
"Kalau dicium, akan kupertimbangkan lagi."
"Mati saja kau."
Baekhyun menarik kakinya masuk ke sebuah toko kecil yang berada diperempatan jalan, membuat Jongin dengan gesit mengunci mobilnya dan mengejar pria manis itu.
"Apa yang kau cari?" Kata yang lebih muda kebingungan.
"Aku lihat cuaca terus menerus mendung bahkan hujan deras akhir-akhir ini, jadi aku butuh beberapa plastik kedap air untuk menjagaku tetap tampan."
"Cih, tampan katamu?"
Baekhyun mengangguk sambil memilih-milih payung dan jas hujan yang tersusun di rak.
Jongin melirik rak maghoni berdebu itu tanpa minat, kenapa mantan kekasihnya ini terlihat begitu exicting? "Si pekerja keras Chanyeol punya banyak mobil yang bisa kau gunakan."
"Chanyeol hanya punya satu mobil, Jongin."
"Keluarga Park adalah Milyarder, Baekhyun."
"Begitu pula keluarga Kim."
Jongin merampas jas hujan yang sebelumnya berada dalam dekapan Baekhyun. "Berhenti mengalihkan pembicaraan, Baekhyun."
"Tidak jika kau memanggilku dengan lebih sopan." Katanya, Baekhyun kembali merampas plastik-plastik tembus pandang dengan ragam warna itu cepat.
"Hyung!"
"Ne, Jongin-ah?" Baekhyun mengedip, membuat sedikit rona kemerahan di pipi lelaki yang lebih tinggi.
"Untuk apa semua payung dan jas hujan ini?"
"Aku ingin kencanku berjalan lancar, itu saja."
"Eh?" Jongin mengerutkan dahinya, kedua kakinya mengikuti Baekhyun yang berjalan mendekati seorang penjaga toko yang diyakininya sebagai kasir toko kelontong itu. "Jadi kalian bertingkah sebagai pasangan normal sekarang?"
"Bodoh. Sejak awal kami memang berpacaran seperti pasangan pada umumnya kan?"
Baekhyun meletakan barang yang ingin dibelinya di meja yang tersedia, si penjaga mulai menghitung berapa harga yang harus dikeluarkan oleh pemuda dua puluh tahunan di depannya. Telinganya terpasang untuk mencuri dengar percakapan tak penting dari kedua orang pelanggannya tersebut, cih maniak.
"Tiga puluh ribu won."
Baekhyun melotot, "Yah ahjussi, kenapa kau menaikkan lagi harganya?" Protesnya sambil mengeluarkan beberapa lembar won dari dompet.
"Heuhehe, anak muda.. toko ini akan di renovasi. Kami harus menaikan harga untuk mempercepat pembangunan."
"Hm, begitu. Cepat selesaikan renovasinya ya, sepertinya aku akan lebih sering datang kemari. Tapi kalau harganya mahal begitu aku akan pergi ke toko ujung yang di sebrang saja."
Baekhyun tersenyum lalu membungkuk memberi salam kepada si pemilik toko yang memang sudah dikenalnya cukup lama, Jongin mengikuti yang lebih tua dan merangkul bahu sempitnya.
"Nah, karena ini pertemuan perdana kita pasca wisuda dilaksanakan ayo kita bersenang-senang!"
Baekhyun tertawa saat dirasakannya pucuk kepalanya dicium dengan lembut oleh Jongin, mereka berjalan menjauh dari toko kelontong milik lelaki berumur setengah abad tadi dan berjalan dengan santai dengan payungan rindang dari awan yang berarak kearah timur.
"Baek, bagaimana kalau aku jatuh cinta padamu lagi?"
"Hah?"
Pintu terbuka tepat saat jarum panjang berdetik menunjuk angka duabelas dan jarum lainnya menunjuk angka sembilan. Baekhyun mengangkat kepalnya yang semula naik-turun menahan kantuk, ia berlari kecil mendekati Chanyeol dan membawakan handuk melihat tunangannya lagi-lagi pulang dengan keadaan basah kuyup.
"Bukankah kemarin kau bilang akan membawa payung? Dasar."
Chanyeol tidak menjawab dan malah melayangkan senyum sinis untuk Baekhyun, membuat orang yang menerimanya itu cukup terkaget. Sudah sangat lama ia tidak melihat senyum itu, senyuman dingin yang sangat dibencinya.
"A-apa yang terjadi?" Baekhyun bertanya takut-takut.
"Tidak ada."
Baekhyun masih terdiam di tempatnya saat Chanyeol sudah masuk ke kamar mereka dengan pertanyaan yang masih mengganjal di benak yang lebih tua. Baekhyun menghela napas, apa kesalahan yang sudah ia perbuat?
"Jangan bilang ini soal Jongin, ck."
Baekhyun mengacak rambutnya kesal dan membanting tubuhnya jatuh ke sofa. Dia menatap langit-langit dengan tatapan menyedihkan yang mulai terlihat berkaca-kaca.
"Padahal besok kami berkencan, Baekhyun bodoh!" Rutuknya di ruangan yang tampak sepi itu.
Ia menendang bantal sofa lalu membuat dirinya tenggelam dalam tidur saat air mata sialnya berhenti mengalir, satu hal yang Baekhyun rindukan adalah menghabiskan waktu dengan Chanyeol. Dan pria mungil itu merusak momen yang sangat jarang itu.
"Chanyeol, apa salahku.."
"Baekhyun, cepat. Kau ingin membuat kerja kerasku sia-sia dengan terus tidur saat aku mendapatkan cuti yang sangat sulit kudapatkan?"
Baekhyun mengangkat kelopak matanya dengan susah, mengangkat punggunya menjauh dari sofa yang ia tiduri. Ia menatap polos sekitarnya, masih mengumpulkan nyawa. Si sipit mengucek matanya sebelum memulai kata pertamanya di akhir pekan ini.
"Kita tetap kencan?"
Suaranya parau dan Chanyeol hanya menanggapinya dengan anggukan, tangannya sedang sibuk mengoleskan selai kacang pada roti tawarnya, "Kita akan pergi sebelum hujan benar-benar turun. Cepatlah." Perintahnya datar.
Baekhyun menggigit bibir bawahnya melihat selimut yang membalut tubuhnya semalaman, Chanyeol masih memperhatikannya. Ia hendak menangis jika saja Chanyeol tidak kembali bersuara menanyakan keinginan Baekhyun atas kencan mereka. Dan Baekhyun tentu saja masih memperjuangkannya, jadi ia berlari dengan limbung ke kamar dan mengambil handuknya untuk pergi mandi.
Tidak banyak gerakan yang dilakukan Baekhyun di kamar mandi, ia hanya diam. Berdiri dengan linglung di bawah guyuran air yang keluar dari lubang shower. Banyak hal yang dipikirkannya, seperti bagaimana kencan hari ini akan berjalan, akankah mereka masih kukuh berdiam-diaman satu sama lain, dan tidak luput tentang bagaimana cara agar sang kekasih memaafkannya.
Baekhyun menyelesaikan acara membersihkan tubuhnya dan mulai mengeringkan bagian-bagian tubuhnya yang basah. Mata sipitnya melirik kantong plastik hitam yang diletakkannya semalam diatas nakas. Sampai pada akhirnya ia membuka benda-benda yang dibelinya tempo hari di toko kelontong itu.
"Bodoh."
Baekhyun menghela napas membanting plastik itu kembali ke tempatnya. Dengan lemas, lelaki penyuka warna hitam itu berjalan kearah lemari bermaksud mencari setelan yang akan digunakannya.
"Baekhyun, hujan semakin deras, siapkan payung atau jas hujan!" Perintah Chanyeol dari luar kamar dan Baekhyun kembali menghela napas.
Baekhyun melepas handuk yang menutupi tubuhnya dan membiarkannya jatuh merasakan dinginnya lantai. Lemari yang masih terbuka pun ditinggalkannya, dengan tubuh telanjang ia kembali menghampiri nakas. Sebuah pemikiran yang dengan tiba-tiba menyambar membuat Baekhyun bertindak di luar perkiraan. Ia menarik jas hujannya dan mengenakannya pada dirinya yang polos tanpa benang pembungkus.
Baekhyun menarik gagang pintu dan melangkah keluar dari kamar, menuju Chanyeol. "Aku siap." Katanya lantang, membuat Chanyeol mengalihkan perhatiannya dari koran pagi yang baru saja dibacanya.
Lelaki itu menjatuhkan korannya tanpa sengaja, volume matanya membesar seiring mendekatnya Baekhyun. Syok? Tidak usah ditanyakan lagi, satu-satunya hal yang terjadi pada Chanyeol hanya reaksi tubuhnya yang berlebih saat melihat tubuh mulus tunangannya hanya tertutupi plastik tembus pandang berwarna biru. Sesuatu diantara kedua pahanya sudah terbangun.
"Tunggu apa lagi? Aku sudah siap," Baekhyun mendudukan pantatnya di paha Chanyeol, kedua tangannya melingkar di bahu sang kekasih, hidung keduanya bergesekan saking dekatnya. "Aku sudah siap untuk kau lecehkan, Chan."
Chanyeol meneguk liurnya, matanya tidak bisa lepas dari puting kecoklatan Baekhyun yang tersuguhi di depan matanya, jika saja jas hujan itu tidak menghalangi Chanyeol ingin sekali mengemutnya. Yang lebih pendek memulai lebih dulu, tidak kuat menahan hasratnya yang sudah lama tak terpenuhi. Ia menjilat bibir tebal Chanyeol dengan lidahnya yang terjulur keluar, perlahan;membuat Chanyeol tidak sabar.
"Hmmph," Baekhyun menyeringai dalam ciumannya dengan Chanyeol, bersyukur karena kekasih yang lebih muda darinya enam bulan ini mudah terangsang oleh sentuhan ringannya. Chanyeol merapatkan tubuh yang ada dipangkuannya, setiap pergerakan diiringi juga oleh remasan-remasan tangan nakal Baekhyun di kejantanan Chanyeol yang diyakini sudang mengacung tegak.
Baekhyun mengurut benda panjang kepemilikan Chanyeol dari luar celana yang digunakannya, pelan tapi begitu intens membuat Chanyeol melayang dan mengekspresikan kenikmatan yang dirasakannya dengan bibir dan lidahnya yang semakin gencar membasahi Baekhyun dengan kecupan dan jilatan.
Baekhyun menarik kancing dan resleting Chanyeol dengan tangan kirinya, menyisakan celana dalam Calvin Klein hitam yang sudah menggembung dibagian tengahnya, "Nampaknya penismu sudah tidak sabar, Chan." Katanya saat Chanyeol melepas ciumannya.
"Aku masih punya waktu untuk menghukum tunangan nakalku dulu sebelum memuaskannya." Chanyeol menyeringai sedangkan Baekhyun mengangkat satu alisnya, bibir merah mudanya yang membengkak karena ulah Chanyeol terbuka hendak bertanya sebelum pada akhirnya Chanyeol mendahuluinya.
"Kyaaa!" Teriaknya saat Chanyeol dengan mudah mengangkat tubuhnya, membaringkan tubuh polosnya yang tertutup jas hujan di sofa. Baekhyun menatap sayu Chanyeol yang berjalan menjauh, apa Chanyeol tidak menginginkannya? Apa tunangannya itu masih marah?
"Tunggu disitu, jangan berani kau berpindah."
Baekhyun menutup matanya, menuruti perintah Chanyeol untuk tetap ditempat. Tiba-tiba Baekhyun membuka mata sayunya merasakan telapak tangan menyentuh paha bagian dalamnya, mengusapnya dengan gerakan lambat membuat si manis mau tak mau mendesah juga. Geli di anggota gerak bagian bawahnya membuat Baekhyun menggigit bibir bawahnya refleks. Chanyeol menelan ludah, menyadari tunangannya semakin menggairahkan setiap kegiatan bercinta mereka yang memang bisa dibilang jarang itu.
Mata bulatnya meneliti setiap lekuk tubuh Baekhyun, bagaimana reaksi kekasihnya saat tubuhnya mendapatkan rangsangan membuat Chanyeol berdecak, bagaimana bisa menghukum jika memainkan telunjuknya di paha lelaki manis itu saja sudah membuatnya ingin cepat-cepat membobol rektum yang kelihatan sempit itu— walau kenyataannya memang sempit, sih.
Chanyeol menjauhkan dirinya, menyisakan Baekhyun yang menatapnya tak berdaya dengan segala keseksian yang dimiliknya (bukan tampak tubuh indahnya, tapi Baekhyun yang sedang kesusahan mengambil napas).
"Ayo mulai operasi menghukum Byun Baek."
