Disclaimer : Naruto and all the characters mentioned in the story they're all belongs to Masashi Kishimoto. I do not take any financial benefits from this.
By the Illusion
Bukan keinginannya diikat di batang pohon menggunakan seutas rantai besi berkarat.
Bukan keinginannya saat tubuhnya dipenuhi darah, luka memar, dan juga coretan menggunakan spidol permanen bertuliskan caci maki.
Bukan keinginannya melihat sosok yang dia cintai meneriaki namanya pilu berulang kali, tepat di sebelahnya, dan dia tidak bisa melakukan apa pun.
Sampai detik ini Naruto tidak pernah mengerti mengapa dia selalu diperlakukan berbeda hanya karena orientasi seksualnya.
.
Musim panas 4 tahun yang lalu, saat kembali ke rumah sepulang sekolah dengan menggandeng tangan Sasuke untuk yang pertama kali, hanya raut wajah kecewa Minato dan Kushina yang menyambut mereka dari balik pintu.
"Aku tahu itu sebuah pilihan, tetapi kami berharap kau tidak memilihnya."
Bahkan setelah bertahun-tahun, kata-kata yang diucapkan Kushina masih tertanam lekat di ingatannya.
"Apa yang kau pikirkan hingga mampu merubah orientasi seksualmu seperti ini?"
Itu kalimat pertanyaan menyelidik yang dilontarkan Minato. Bukan hanya sekali. Namun berulang kali, dan dia hanya bisa bungkam karena tidak bisa menjelaskan mengapa dia merasa lebih tertarik pada seseorang yang mengenakan seragam sama sepertinya, dibandingkan para gadis dengan seragam sailor mereka.
"Kau tidak mencintainya, kau hanya bingung."
"Kami menginginkan yang terbaik untukmu, Naruto, dan kami tahu kau bisa mengubah pilihanmu."
Lagi, lagi, dan lagi. Berbagai macam tuduhan, pertanyaan, pernyataan ditujukan untuknya setiap saat, seakan terus bergema dalam lubang hitam yang tidak memiliki dasar.
Dia bukannya tidak berusaha untuk membela dirinya sendiri, ataupun membela Sasuke saat Minato dan Kushina menuduh si keturunan Uchiha yang tidak-tidak. Dia hanya menjalani perannya sebagai seorang anak yang menghargai kedua orangtuanya. Tidak lebih dari itu.
Tapi terkadang, diam tidak membuat semuanya menjadi lebih baik.
Minato dan Kushina mulai memaksanya untuk berkencan dengan seorang gadis hanya untuk 'memperbaiki' orientasi seksualnya yang menurut mereka telah 'rusak'.
Saat itu dia merasa dirinya sudah terlalu cukup bersabar.
"Homoseksualitas adalah penyimpangan, dan sampai kau berubah, aku tidak bisa membiarkanmu menginjakkan kaki di rumah ini!'
Asalkan Sasuke selalu berada di sampingnya, dan menggenggam tangannya erat, dia tidak akan menoleh ke belakang. Meski itu untuk yang terakhir kalinya dia melihat Minato dan Kushina.
.
Kehidupan menjanjikannya keadaan yang sangat bahagia setelah itu. Tempat yang mengubah logikanya menjadi terbalik. Besar adalah kecil, yang kuat adalah lemah, dan surga adalah bumi.
Dia berharap hal itu abadi, tetapi semuanya memiliki batas tersendiri dan dia tidak sadar akan hal itu.
"Jauhi adikku, dan berhenti mengatakan hal bodoh tentang seberapa besar cinta kalian!"
Hanya kalimat itu yang telinganya dengar terakhir kali, sebelum rasa sakit menguasai tubuh, juga kegelapan menguasai mata.
.
Naruto tidak pernah menyesal sedikit pun dengan jalan hidup yang dipilihnya, tetapi dia menyesal karena harus meninggalkan Sasuke seorang diri lebih cepat, dan tidak lagi bisa mengambil beban sang kekasih ke atas pundaknya.
.
End
