Naruto © Masashi Kishimoto

Love Again © Onime no Uchiha Hanabi-hime

Warning!

OOC, abal, aneh, gak bermutu, alur maksa, monoton, menjijikan!

Didedikasikan untuk Nandha-chan, yang udah aku anggap imootoku~

Semoga kamu suka~!

Emmuacchhh! (tebar ciuman nista) #huweeekkk!#

~LOVE AGAIN~

~~~~~Chapter I~~~~~

Pagi hari di SMA Konoha.

Sakura baru saja memasuki gerbang sekolahnya. Ia tersenyum ceria saat melihat kekasihnya – Uchiha Sasuke – sedang bersandar santai di pohon menanti dirinya.

Namun tiba-tiba ada seseorang menghampiri Sasuke.

"Ino-chan?" gumam Sakura.

Sasuke tersenyum menyapa kehadiran Ino di sana. Lalu mereka berjalan bersama memasuki gedung sekolah.

'Apa? kenapa?' pikir Sakura.

Dengan langkah gemetar ia kembali melanjutkan langkahnya. Ia pikir Sasuke menunggunya, ternyata bukan.

'BRUGH' kaki Sakura lemas hingga ia jatuh terduduk, ia tak sanggup lagi berdiri tuk menopang tubuhnya. Air matanya jatuh menuruni pipi putih nan mulus miliknya. Mata emeraldnya bercahaya karena kilau air matanya yang terpancar mentari.

"Sakura-chan?" gumam Naruto yang melihat sahabatnya terduduk di tanah. Ia berlari menghampiri Sakura. "Sakura-chan? Kau baik-baik saja?" tanya Naruto lalu berjongkok di hadapan Sakura, dan betapa terkejutnya dia mendapati Sakura sedang menangis.

"A – a – aku baik-baik sa – saja," ucap Sakura sambil tersenyum.

"Tapi aku tidak melihat hal itu!" bentak Naruto.

"Apa yang kau lakukan dobe?"

"Um?" Sakura menengok siapakah gerangan yang berucap tadi. Dan ternyata dia adalah Sasuke.

"Kau apakan Sakura-chan teme!" teriak Naruto.

"Aku tidak melakukan apa pun. Cepat ke kelas," ucap Sasuke datar.

Sakura menunduk, ia akan bersikap seolah tak terjadi apa pun. Sakura akan menyelidiki apa yang terjadi.

Naruto, Sakura dan Sasuke berjalan memasuki gedung sekolah. Sasuke dan Sakura berbeda kelas, akan tetapi Sakura dan Naruto satu kelas.

"Dah, teme!" seru Naruto.

"Hn," sahut Sasuke dan masuk ke dalam kelasnya.

Sakura hanya tersenyum menatap Sasuke.

Sasuke-kun ...

Dia tidak pernah tersenyum padaku ...

Tapi kenapa ia tersenyum pada Ino?

Kenapa?

Kenapa?

Kami-sama, katakan padaku kenapa?

"Sakura-chan? Kau melamun?" tanya Ino.

"Ah~! Tidak, hahaha~" sahut Sakura.

"Lusa malam ada pesta dansa kan? Di gedung budaya?" seru Ino.

"Pesta – dansa?" ulang Sakura.

"Hm!" angguk Ino. "Banyak siswa dan siswi dari sekolah lain datang hanya untuk berdansa," jelas Ino.

"Begitu ya~?" gumam Sakura.

"Teme? Kau kemari ingin bertemu Sakura-chan ya?" seru Naruto yang melihat Sasuke memasuki kelas mereka.

Sasuke hanya berjalan santai tanpa menghiraukan si Naruto.

"Sasuke-kun?" gumam Sakura tersenyum menatap Sasuke.

Sasuke berdiri di hadapan Sakura, menatap sepintas Sakura kemudian menatap Ino. "Kau ke pesta?" tanya Sasuke.

Sakura baru akan buka mulut, namun terhenti.

"Hn! Sasuke-kun juga datang kan?" tanya Ino.

Sakura terdiam.

Naruto menghampiri dan menatap Sakura yang seolah tak ada di sana dan tak diperhatikan oleh Sasuke yang asyik mengobrol dengan Ino.

"Kau pergi?" tanya Naruto pada Sakura.

"Hum?" Sakura mengangkat wajahnya memperlihatkan emerald hangatnya yang berkaca-kaca.

Naruto tersentak melihat tatapan Sakura.

"Aku – mungkin tidak akan datang," sahut Sakura.

Sasuke menatap Sakura, "aku datang. Tidak apa kan? Kalau aku ke sana?" ucap Sasuke datar.

Sakura tersenyum, namun perlahan air matanya jatuh, ia mengangguk pelan. "Tidak apa, aku – mau ke toilet," ucap Sakura dan pergi meninggalkan Ino, Naruto dan Sasuke dalam diam.

Sakura berlari menuju toilet, ia tak sanggup membendung air matanya, deras dan semakin deras air matanya mengalir.

Kenapa?

Apa Sasuke-kun membenciku?

Apa Sasuke-kun tak menyukaiku?

Di toilet, Sakura hanya terdiam di depan wastafel dan cermin, menatap pantulan dirinya yang kacau. Rambutnya berantakan, bedak tipis di wajahnya menghilang, yang tersisa hanya jejak anak sungai yang ada di pipinya, dengan mata dan hidung yang agak memerah.

Perlahan Sakura membasuh wajahnya, ditutupnya lubang air di wastafel itu, lalu dinyalakannya keran air di sana. Air memenuhi wastafel itu, Sakura menatap diam air yang mulai menitik ke lantai karena tak muat lagi di dalam wastafel itu. Dilihatnya bayangan dirinya di air yang membentuk lingkaran-lingkaran itu. Perlahan ia memasukkan wajahnya ke dalam air itu.

'BRUSH'

Sakura mengangkat wajahnya, rambutnya basah karena ikut tercelup ke dalam air.

'BRUK' Sakura terduduk di bawah wastafel yang terus mengalirkan air itu.

"Basah," gumam Sakura yang tubuhnya kini basah.

.

.

'PRANG!'

"Kau memecahkan kaca ya?" teriak Iruka – guru di SMA Konoha.

"Weak! Memang kenapa?" sahut Pain, pelaku pemecahan kaca.

"Bos besar! Tunggu kami!" teriak teman-teman satu ganknya yang tertinggal jauh di belakang.

Pain berlari menghindari kejaran Iruka-sensei. Ia terhenti untuk berpikir, 'tempat yang tak mungkin menjadi persembunyian bagi laki-laki adalah tempat sembunyiku, tapi di mana?' pikir Pain. Ia terlihat mendapat ilham, dan melanjutkan larinya.

"Tch! Kenapa banjir begini?" gerutu Pain saat di depan toilet perempuan.

Pain pun membuka pintu toilet di hadapannya dan mendapati Sakura yang tergeletak di sana. "Sialan!" umpatnya dan berlari menghampiri Sakura.

'CIT! BRUK!' Pain jatuh tergelincir karena lantai yang basah membuatnya jadi licin.

"Ampun dah! Aku lebih memilih melompat dari lantai dua daripada tergelincir di lantai seperti ini! Sakit sekali bokongku!" gerutu Pain. "Gadis ini kenapa?" gumamnya saat kembali melihat Sakura. Ia perlahan menghampiri Sakura, karena bokongnya masih terasa sakit. 'Eh? Dilihat semakin dekat ia semakin cantik. Eh? Tubuhnya-' pikir Pain.

Seragam Sakura memang terbuat dari kain tipis yang ketat, jadi jika basah menampakkan dalaman Sakura.

Pain sepertinya tergiur dengan lekuk indah tubuh Sakura, ia berjongkok dan mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura.

"Apa yang kau lakukan?"

Tiba-tiba seseorang muncul dari balik pintu toilet.

"Huh?" Pain menatap pria berambut emo di hadapannya yang melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kau ini Pain kan? Bocah berandal dari kelas 3?" ucap Sasuke – pria tadi.

"Memangnya kenapa? Kau mau cari gara-gara?" bentak Pain.

"Kau yang cari gara-gara," gumam Sasuke lalu menghampiri Sakura. Sasuke agak terkejut melihat tubuh Sakura. 'Heh? Jangan-jangan anak brandal ini melihat tubuh Sakura?' pikir Sasuke. "Kau?" tunjuk Sasuke. "Kau melihat tubuh Sakura ya?" tuduh Sasuke.

"A – apa? aku tadi hanya ingin menolongnya," gumam Pain.

Sasuke langsung melepas rompinya dan memakaikannya ke Sakura. Lalu menggendong Sakura a la bridal menuju UKS. Sebelumnya ia menatap sinis Pain.

"Bocah tengik itu menantangku ya?" ucap Pain.

"Hay! Sedang apa kau di toilet wanita? Cepat keluar dan ikut aku ke ruang guru!" seru Iruka-sensei.

"Haft~!" Pain mengerucutkan bibirnya, dengan berat hati ia digiring Iruka-sensei ke kantor guru.

.

.

Sakura terbaring di tempat tidur putih, tunggu dulu! Bukan cuma tempat tidurnya, tapi semuanya putih di sana.

Sakura membuka matanya, begitu silau di ruangan itu.

"Kau sudah sadar?" ucap Sasuke yang duduk di pojokan ruangan.

Sakura langsung duduk setelah mendengar suara Sasuke. Ia sedikit tersenyum. Beberapa detik kemudian senyum itu lenyap.

"Ada apa?" tanya Sasuke yang melihat raut wajah Sakura yang berubah seketika.

"Sasuke-kun? Kau membenciku?" tanya Sakura ragu.

Sasuke menatap tajam Sakura. Lalu bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Sakura.

Sasuke-kun membenciku?

.

.

"Arrrrggghhh! Sialan!" teriak Pain setelah keluar dari ruang guru.

"Bos besar! Kau baik-baik saja?" tanya Tobi, teman satu ganknya.

"Berisik! Aku muak dengan sekolah ini!" seru Pain.

"Piercingmu hilang satu?" ucap Hidan.

"Apa? benarkah? Cepat cari piercingku!" perintah Pain.

"Ha-i!" seru anggota ganknya yang antara lain adalah Tobi, Hidan, Kisame, Kakuzu, Zetsu, Deidara, Itachi dan Sasori.

Semua anggota gank Akatsuki berpencar untuk mencari piercing Pain yang hilang.

"Tch! Hari ini aku sial sekali!" gerutu Pain sambil celingak-celinguk melihat ke lantai kalau-kalau ia menemukan piercingnya.

Saat sedang bercari ria, Pain melihat Sasuke keluar dari UKS. 'Arg! Itu kan bocah tengik tadi?' ucap Pain dalam hati.

Sasuke sepintas melihat Pain saat berpapasan, lalu melanjutkan langkahnya dengan santai.

"Kau! Namamu siapa?" tanya Pain dengan cara teriak.

Sasuke menyeringai, lalu berbalik hadap untuk menatap Pain. "Namaku Uchiha Sasuke," sahut Sasuke sambil menyeringai, setelah itu ia berbalik hadap lagi dan melanjutkan langkahnya yang tertunda akibat pertanyaan Pain.

"Uchiha?" gumam Pain. "Hah? Adik Itachi!" seru Pain. 'Ah~ kalau dia Uchiha, pantas saja sikapnya dingin begitu,' pikir Pain. Ia pun melanjutkan pencarian piercingnya. Saat melewati pintu UKS, tanpa sengaja Pain mendengar suara benda-benda jatuh dari dalam UKS. Dengan spontan ia langsung membuka pintu UKS.

Sakura terduduk di lantai dengan benda-benda di UKS yang berserakan. Sakura menangis terisak di sana. Ia mengambil cuter yang ada di atas meja perawat dan berusaha mengiris nadi kehidupannya.

"Apa yang kau lakukan?" bentak Pain dan mengambil paksa cuter di tangan Sakura.

"Lepaskan!" ronta Sakura.

'SET'

"Argh!" tangan Pain tergores cuter yang dipegang Sakura hingga mengeluarkan banyak darah.

"Ma – ma – maafkan aku! Maafkan aku!" ucap Sakura yang masih terisak sambil membuang jauh cuter dan memegang tangan Pain yang berlinangan darah.

Pain agak terkejut dengan tindakan yang diberikan Sakura. Sakura begitu cekatan mengobati luka Pain. Selama ini Pain selalu berkelahi dan mendapat luka yang biasanya lebih daripada sayatan cuter itu. Tapi ia tak pernah perduli, dan membiarkan luka-luka itu mongering sendiri. Tapi ini? Dia merasa ada sesuatu di benaknya yang berbeda saat sentuhan demi sentuhan lembut Sakura berikan pada Pain saat mengobati lukanya. Pain tak pernah lepas memandang Sakura.

"A – aku min – minta maaf. Karena aku, tanganmu jadi terluka," ucap Sakura.

"Siapa?" gumam Pain.

"Um?" Sakura menatap Pain bingung.

"Siapa yang membuatmu begini?" tanya Pain.

"A – apa maksudmu?" tanya Sakura gugup, baru Sakura sadari pria di hadapannya berdandan begitu menyeramkan, dengan banyak piercing di wajahnya dan matanya yang unik tapi memancarkan kesangaran.

"Siapa yang membuatmu jadi ingin melakukan hal konyol seperti itu!" bentak Pain yang dasarnya memang tidak suka berbelit-belit.

"A – aku tidak mengerti," gumam Sakura sambil merunduk.

"Siapa yang berani menyakiti gadis manis sepertimu?" tanya Pain. Tapi itu tidak seperti menanyai, malah lebih spesifik ke membentak.

Sakura semakin menunduk, air matanya kembali menitik.

"Cengeng," gumam seseorang yang tiba-tiba sudah berdiri di depan pintu UKS.

Sakura menatap laki-laki itu dan kembali merunduk.

"Kau ini! Kau yang menyakitinya? Dasar bajingan!" bentak Pain dan berusaha memukul Sasuke.

Tapi Sakura langsung melingkarkan lengannya di pinggang Pain untuk mencegahnya. "Aku mohon, jangan sakiti Sasuke-kun!" isak Sakura.

Pain terdiam dengan posisi hendak memukul Sasuke. Sedangkan Sasuke hanya menyeringai menatap adegan di hadapannya.

"Kau itu sungguh menyedihkan," gumam Sasuke. "Pain. Anak dari pasangan artis yang terkenal, tapi sifatnya kaya brandal. Sudah kelas 3 SMA, tapi kelakuan seperti kekanakan," ucap Sasuke tegas.

Pain hanya diam, biasanya kalau ia dihina begini, ia akan langsung menghajar orang yang mengatainya. Tapi kali ini, perasaannya berbeda, mungkin karena saat ini Sakura tengah menahannya untuk tidak memukul si Uchiha brengsek itu.

"Dan kau, Sakura" ucap Sasuke. "Kau itu bodoh, atau pura-pura bodoh?" sambungnya.

Sakura menatap Sasuke bingung, "apa maksudmu?" dengan suara bergetar ia bertanya pada Sasuke.

"Sudahlah ..." gumamnya dan berlalu pergi.

"Uchiha itu – apakah dia kekasihmu?" tanya Pain sembari duduk di lantai tempatnya tadi diobati Sakura.

Sakura mengangguk pelan sembari duduk di hadapan Pain dengan sopan.

"Kenapa kau mau bersamanya?" tanya Pain.

"Karena aku mencintainya. Aku mencintai Sasuke-kun, lebih daripada apapun" jawab Sakura.

"Bos besar? Apa kau ada di sana?" tiba-tiba Tobi muncul dan membawa piercing Pain yang hilang tadi.

"Hn," sahut Pain dingin.

Sakura berdiri lalu membungkukkan meminta maaf pada Pain lalu pergi.

"Sakura?" tiba-tiba suara anggota Akatsuki yang tersembunyi bersuara.

"Ah? Nii-chan?" gumam Sakura.

Sasori menghampiri Sakura, "kau kenapa?" tanya Sasori.

"Tidak. Aku tadi hanya sedikit sakit kepala, makanya kemari" sahut Sakura.

"Hati-hati ya?" ucap Sasori sembari membelai kepala pink Sakura lembut.

"Hn," ucap Sakura lalu pamit pergi.

"Wah~ itu imootomu ya Sasori?" tanya Hidan.

"Ya," sahut Sasori datar.

"Kau tidak pernah cerita kalau kau punya imooto semanis itu?" protes Kisame.

"Aku tidak mau membuatnya dalam masalah, aku ini kan pembuat onar, aku tidak mau dia masuk ke dalam lingkaran setan sepertiku" sahut Sasori.

Semua menatap Sasori kagum.

Pain hanya diam sambil menatap luka gores di lengannya yang sudah diobati oleh Sakura tadi. 'Sakura. Namanya Sakura, adik Sasori. Apakah Sasori tahu tentang adiknya itu? Luka yang jauh lebih sakit dari luka ini, luka yang jauh lebih dalam dari luka ini' ucap Pain dalam hati.

.

.

"Sakura-chan? Kau baik-baik saja? Aku dengar tadi kau masuk UKS," tanya Naruto saat Sakura memasuki kelas.

"Ya, aku tadi terpeleset di toilet, makanya aku pingsan" sahut Sakura sambil tersenyum.

"Yang mana yang sakit?" tanya Naruto khawatir. "Lalu teme? Mana dia? Apa dia tahu?" tanya Naruto sembari memeriksa sekucur tubuh Sakura.

"Dia tahu kok, tapi dia sepertinya sibuk, jadi tidak begitu memperhatikanku" sahut Sakura.

"Teme itu keterlaluan!" teriak Naruto.

"Sudahlah~ aku baik-baik saja," ucap Sakura menenangkan Naruto. "Loh? Ino-chan mana?" tanya Sakura.

"Ino-chan? Mana ya? Aku juga tidak tahu," sahut Naruto.

"Kalau begitu, aku cari Ino-chan dulu ya?" ucap Sakura dan berlari keluar kelas.

Di mana Ino-chan?

Di mana Sasuke-kun?

Di mana mereka?

Sakura berlari menuju kelas Sasuke, 'kosong' gumamnya dalam hati dan kembali berlari. Ia mencari Sasuke, bukan Ino. Ia mencari kebenaran, kebenaran yang tersembunyi di balik matanya, di balik tubuhnya, di balik kenyataan selama ini.

'BRUKH'

"Gomen!" ucap Sakura sambil membungkuk setelah menabrak seseorang.

"Kau lagi," ucap orang yang ditabrak Sakura.

Sakura membuka matanya, melihat luka di lengan orang yang ditabraknya, lalu mendongak dan mendapati Pain di hadapannya. "Gomenne!" ucap Sakura.

"Tak apa, kenapa kau berlari-lari?" tanya Pain.

"A – aku mencari Sasuke-kun dan Ino-chan," sahut Sakura agak gugup.

"Uchiha itu lagi?" tanya Pain.

"Hn," Sakura mengangguk, lalu pamit permisi.

'SET'

"Aku ikut," ucap Pain setelah menahan lengan Sakura yang hendak berlari kembali.

Sakura menoleh, "aku sudah terlalu banyak merepotkanmu" ucap Sakura.

"Kau adalah adik anak buahku. Jadi, apa salahnya aku membantu" sahut Pain.

Mereka pun mencari Sasuke dan Ino.

Langkah Sakura terhenti saat di ujung koridor atas, koridor menuju atap, di sana sepi karena ruangan yang ada hanya gudang. Ia mendengar suara Sasuke dan Ino.

"Sampai kapan Sasuke-kun? Kau akan menyembunyikannya dari Sakura-chan?" ucap Ino.

"Lusa malam, aku akan umumkan ke semua orang di pesta tentang hubungan kita" ucap Sasuke.

Sakura menutup mulutnya, air jernih dan hangat kembali menuruni pipinya. 'A – apa maksudnya? Apa maksud Sasuke-kun dan Ino-chan?' hati Sakura bertanya-tanya.

Pain yang berdiri di belakang Sakura melihat Sakura terdiam, lalu ia menghampiri Sakura. Ia melihat Sakura menangis dengan spontan memeluk Sakura. "Jangan menangis," gumam Pain.

"Hiks! Hiks! Sasuke-kun," isak Sakura dalam dekapan Pain.

"Sakura-chan?" suara Ino membuat Sakura dan Pain menarik diri.

Sakura menatap Ino tajam. Lalu berlari meninggalkan kekasihnya, meninggalkan sahabatnya, meninggalkan semuanya, meninggalkan kenangan apa pun selama ini yang selalu ingin ia ingat.

'BUAGH!'

.

.

~TBC~

.

.

.

.

A/N:

Bagaimana? Hahaha ... di mana lemonnya ya?

Astaga hime~ hime~ *geleng-geleng*..

Nanti deh, mungkin di chap berikutnya.. maaf anda belum beruntung sekarang untuk menemukan lemon di chap ini.. silahkan menuju chap selanjutnya..

Tapi! *nunjuk-nunjuk readers*..

Jangan lupa tinggalkan review di chap ini.. Wokkeh?