Detektif conan © Aoyama Gosho

From Detective to Teacher © Shinju Yoichi

Chapter 1

"APA?! KENAPA?!" Teriakan seorang detektif berkepala dua ini memenuhi kantor polisi. Orang-orang sempat menoleh ke sumber suara, namun kemudian mengacuhkannya.

"Pelankan Suaramu Kudou-kun!" Kepala tim divisi satu memperingatkan.

"Tapi Takagi-san! Aku tidak terima ini! Kenapa aku harus di skors karena mengejar penjahat?!"

"Kamu mengabaikan rekan-rekanmu dan mengebrak masuk sendirian. Kamu harusnya memperhatikan rekanmu juga, bukan hanya para penjahat."

"Tapi itu adalah waktu yang pas untuk meringkus mereka!"

"Tapi mereka berhasil KABUR kan? Itu karena spontanitasmu mengejutkan orang lain, hingga rekanmu yang lain panik dan mengacaukan gerakannya."

"Itu salah mereka yang tidak bisa menyesuaikan keadaan! Lagi pula aku..."

"Cukup Kudou-kun! Ini bukan pertama kalinya! Mulai sekarang kamu di skors selama 3 bulan!" Shinichi tersentak. Ini pertama kalinya seseorang tidak mau mendengarkannya. Ia selalu merasa bahwa ia adalah yang paling benar. Sikap itulah yang menyebabkan ketidaksukaan para rekan kerjanya. Shinichi diam, ia tahu kadang—ia merasa 'hanya' terkadang—ia bersikap egois, tapi menurutnya tindakan egoisnya adalah tindakan yang tepat dalam menghadapi situasi. Ia selalu berpikir kesalahan dalam kasusnya bukanlah kesalahannya.

Melihat Shinichi terdiam, Inspektur Takagi hanya menghela napas. Shinichi telah bekerja di kepolisian sejak lama, Detektif berumur 27 tahun itu bahkan membantu kepolisian sejak ia masih SMA. Namun sejak dulu, sikap egois nya tidak pernah hilang. Selalu merasa ia bisa melakukannya sendiri. Seseorang yang selalu merasa tidak perlu berhubungan dengan orang lain jika tidak perlu.

"Sudahlah Kudou-kun... anggap saja ini sebagai liburan" Hibur sang inspektur.

...

Sampai di rumah, Shinichi langsung membaringkan tubuhnya di sofa. Ia masih jengkel, seandainya petugas polisi saat itu tidak berteriak untuk menghentikannya ia pasti berhasil meringkus para penjahat itu. Karena teriakan petugas itu para penjahat mengetahui lokasi mereka, dengan cepat para penjahat itu kabur dan membawa barang bukti sambil menembak ke arah kami. Hal itumenyebabkan kekacauan. Dan lagi, saat Shinichi hampir menangkap salah satu penjahat, ada polisi bodoh yang tidak sengaja menembak ke lengannya. Itu membuat Shinichi menjatuhkan pistol nya dan penjahat itu langsung kabur.

"ARGHH! Apa yang harus kulakukan 3 bulan ke depan?! Kenapa juga cuma aku yang di skors!" Shinichi menendang-nendang udara sambil berbicara sendiri. Tiba-tiba bel rumahnya berbunyi.

"SIAPA?!" Teriak Shinichi sambil membanting pintu masuknya.

"Ahh... anu... Kami kelebihan makanan. Silahkan kalau mau." Oh, tetangga sebelah rumah.

"Makasih Prof." Shinichi mengambil makananya dan menutup pintunya.

"Hahh... Orang yang sopan sekali. Kalau bukan karena keponakanku juga aku ogah ngasih makanan." Gerutu orang tua itu sambil berlalu.

Agasa Hiroshi, atau biasa dipanggil Profesor Agasa adalah tetangga Shinichi sejak ia pindah ke rumah ini 6 tahun yang lalu. Shinichi pindah kesini setelah menyelesaikan akademi polisinya. Sebelumnya ia tinggal dengan orang tuanya di sebuah apartemen mewah di pusat Tokyo, namun beralasan ia butuh ketenangan ia pun pindah rumah. Shinichi hampir tidak pernah berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Ia hanya tertarik pada mayat, kasus, dan mayat. Bahkan salah seorang kenalannya pernah bilang bahwa Shinichi akan menikah dengan mayat. Namun, profesor merupakan pengecualian. Walaupun tidak sadar tapi Shinichi menganggapnya sebagai seorang tetangga yang—hampir—dianggap teman. Profesor kadang mengirim makanan, kadang sekedar mengantar kopi, atau menyapa saat pandangan mereka bertemu. Satu-satunya orang selain keluarga dan teman masa kecilnya yang—menurutnya—sabar dengannya.

Lalalalalala~

Sebuah nada dering yang acak ia pilih dari hp flip nya berbunyi. Terpampang sebuah nama di layar. Kuroba Kaito. Shinichi mendecih, ia ragu mengangkatnya atau tidak. Setelah memikirkan resiko mengabaikan panggilan orang ini akan sangat menyebalkan, Shinichi akhirnya mengangkatnya.

"..." Shinichi mengangkat panggilannya sambil duduk di sofa. Ia meletakkan makanan yang diberi profesor di meja di depannya. ia tidak berbicara apa-apa.

"Halo?"

"..."

"Haaaalllllooooo?"

"..."

"Haaaaaaaaaaaaaaaaaaallllllllllllllllloooooooooooo?"

"..."

"Tantei-san? Masih hidup?"

"Bicara saja, Sialan!"

"Woah woah... Santai Tantei-kun. Kenapa lama sekali menjawabnya?" Suara di sebrang sana menjawab sambil sedikit terkekeh.

"Terserahku! Apa maumu?!"

"Tidak bisakah kamu bicara dengan sopan, kamu banyak berutang budi padaku."

"..." Shinichi tidak bisa membantah. Walaupun sangat menjengkelkan, pesulap lajang itu memang sering membantunya. Entah dari kasus, ataupun dari omelan atasannya,

"Ada yang mau kutawarkan. Kita ketemuan."

"Hah. Sejak kapan kamu jadi makelar? Aku sibuk!"

"Sibuk apanya. Kamu kan di skors 3 bulan. Paling juga kamu cuma guling-guling di sofa." Shinichi membatin 'Sialan. Kenapa dia tau.'

"Tentu saja aku tahu. Memangnya bagaimana aku bisa jadi informanmu?"

"Terserah. Dimana?"

"Di rumahmu saja. Setengah jam lagi aku—halo?" klik. Shinichi memutus panggilannya.

"Kurang ajar. Beraninya memutus panggilan pesulap ternama ini. Lihat saja nanti. Khekhekhe..." Kaito terkekeh.

...

"Yo!" Kaito tersenyum di depan pintu rumah Shinichi sambil melambaikan tangannya. Shinichi hanya melihatnya datar. Kaito langsung nyelonong masuk ke dalam rumah. Shinichi menutup pintu dan menyusul Kaito. Mereka lalu duduk di sofa.

"Jadi apa yang mau kau tawarkan? Senjata? Penyadap?" Tanya Shinichi

"Astaga... tidak bisakah kita sedikit basa basi? Sungguh to the point sekali. Tanyakan bagaimana kabarku atau apalah."

"Aku tidak butuh tahu kabarmu selama kamu masih bisa bergerak."

"Kejam sekali. Padahal aku sangat peduli padamu." Shinici mendecih "Dan aku bukan menawarkan barang."

"Bukan barang?"

"Aku menawarkan pekerjaan. Hanya sementara. Anggap saja sebagai pengisi waktu luang."

"Kenapa aku harus menerimanya? Kamu tahu aku seorang polisi."

"Tentu saja aku tau. Pekerjaan ini berhubungan dengan organisasi yang kamu selidiki. Kamu tau...itu...belak..belak..."

"Black organization?"

"Ah! Itu!"

"Sungguh?! Kamu mendapat informasi tentang organisasi itu?!"

"Hanya samar-samar. Tapi kurasa seseorang yang ada hubungannya dengan organisasi itu ada di tempatmu bekerja. Sekarang tertarik?" Tertarik? Yang benar saja. Shinichi mengejar organisasi itu selama bertahun-tahun tanpa petunjuk apa pun. Membuat Shinichi terobsesi dengan organisasi itu. Ia akan melakukan apapun untuk mendapat informasi.

"Kenapa tidak kamu saja?"

"Hey bung, aku juga punya pekerjaan. Lagipula kamu kan sedang bebas." Shinichi berpikir. Haruskah ia terima?

"Apa pekerjaannya?" Kaito tersenyum mendengar pertanyaan Shinichi. Ia membayangkan reaksi shinichi.

"Seorang Guru."

"..." Shinichi terdiam. Wajahnya shock.

"Ah, bolehkan makanan yang di meja kuminta? Aku sedang lapar." Tanya Kaito dengan senyum puas di wajahnya.

.

.

.

.

Bersambung

A/N : Author Shin kembali dengan cerita barunya :v silahkan mereview sebanyak mungkin.