A Fanfiction Crossover :

NARUTO × SHINGEKI no KYOJIN (AoT)

Disclaimer AoT © Hajime Isayama

Disclaimer Naruto © Masashi Kishimoto


Main Cast :

Naruto Uzumaki, Levi Ackerman, & Sasuke Uchiha

Rate : M (NOT FOR LEMON)

Genre :

Action, Angst


WARNING : FEMALE NARUTO!


PROLOG

SEORANG gadis berusia lima belas tahun meringkuk di atas ranjang seraya memeluk sebuah frame foto berukuran kecil. Satu bulan sudah berlalu sejak kematian ayahnya, tragedi pertama yang paling mengerikan dan memilukan dalam hidupnya. Sejak saat itu juga Naruto belum kembali pada rutinitasnya sebagai seorang pelajar. Beberapa kali para guru mengujunginya, meminta agar ia kembali bersekolah, namun yang Naruto lakukan tetap sama; membisu, menolak dalam diam dengan tatapan mata yang begitu kosong. Yang ia inginkan saat ini bukan belajar, melainkan meluapkan rasa sesak di dadanya dengan menggila. Tapi ia tidak tahu bagaimana caranya.

"Menyedihkan!"

Suara berat itu amat Naruto kenali. Itu adalah suara Hidan, seorang pria berusia dua puluh tujuh tahun yang sudah satu minggu ini terus menerus mengunjunginya. Entah apa tujuan pastinya, tapi pria itu selalu meminta Naruto untuk ikut bersamanya. Dan sialnya, Hidan mencuri kunci duplikat rumah ini, membuat pria itu bisa masuk dan pergi kapan saja ia mau.

"Pergilah," ucap Naruto pelan.

Hidan berdecak, melipat kedua tangannya. "See? Kau begitu menyedihkan. Mengisolasi dirimu sendiri dalam rumah ini, dalam kenangan yang semakin menyakiti dirimu."

"Tuan Hidan, apa kau tuli? Aku menyuruhmu untuk pergi, bukan?" sahut Naruto dengan desisan mengerikan. Gadis itu masih berbaring, membelakangi Hidan yang berdiri satu meter darinya.

"Kau yakin tidak ingin ikut bersamaku?"

"Jawabanku tetap sama, Tuan."

"Tidakkah kau merasa ini semua tak adil?" ucapan Hidan membuat Naruto diam, tubuhnya menegang. Hidan menyeringai, ia berhasil memancing gadis itu.

"Apa maksudmu?"

"Jangan berpura-pura bodoh, gadis kecil." Hidan mendekatinya, terduduk di sampingnya. "Kau ingin membalaskan dendam atas kematian Minato, bukan?"

"Dendam?" Naruto membeo. Kali ini bangkit terduduk, menghadap Hidan.

"Yah, dendam. Perasaan ingin melakukan suatu hal yang sama pada apa yang telah mereka lakukan pada Ayahmu," jelas Hidan dengan seringai tipis. Sebentar lagi gadis bermarga Uzumaki ini akan menjadi aset terbesar nan menguntungkannya. "Kau pasti memiliki perasaan seperti itu, 'kan?"

Naruto diam beberapa detik sebelum mengangguk lamban. "Ada sesuatu dalam hatiku yang ingin aku luapkan. Tapi aku tak tahu bagaimana caranya."

Belaian lembut namun penuh kepalsuan hinggap di dagu Naruto. Hidan menatapnya lekat. "Jika kau ikut bersamaku, maka kau akan tahu bagaimana caranya."

"Benarkah?"

"Of course, Sweet Girl." Hidan menyeringai, "Akan ada seseorang yang akan mengajarimu."

"Siapa dia?"

"Oh, that's a secret. Kau harus ikut bersamaku. Maka kau akan bertemu dengannya. Kau akan menjadi anak didiknya."

Naruto menundukan pandangan, menatap frame foto yang sejak tadi ia genggam. Itu adalah foto dirinya dan Minato.

"Bagaimana?" Suara Hidan kembali mengalun di telinganya. Meminta kepastian.

Kedua mata Naruto terpejam. "Jika itu bisa membantu. Aku akan ikut bersamamu, Tuan Hidan."

Hidan hanya tersenyum tipis. Ia segera menuntun gadis itu agar meninggalkan sangkarnya. Sebentar lagi, bukan rumah ini yang akan menjadi tempatmu bernaung, ucap Hidan membatin.

Kelopak mata Naruto terbuka ketika satu lengannya merasakan genggaman Hidan. Bola mata berlensa sebiru samudra itu kini tak lagi cerah. Warnanya meredup, bagai sebuah laut di bawah naungan awan gelap. Terlalu mengerikan untuk dipandang.


BERSAMBUNG ...