Naruto tidak pernah merasa dirinya istimewa.

Dilahirkan dari keluarga yang sederhana, ayah seorang pegawai kantoran dan ibu seorang ibu rumah tangga, menjadi anak tunggal dan tidak memiliki saudara membuat Naruto terkadang kesepian.

Penampilannya tidak ada yang istimewa. Pemuda dengan tinggi rata-rata, wajah tidak bisa dibilang tampan, tapi juga jauh dari kata tidak menawan. Dengan surai pirang menyala dan mata biru jernih warisan dari sang ayah, Naruto merasa dirinya tidak istimewa. Ia sama seperti kebanyakan orang yang tinggal di Jepangーatau mungkin tidak, karena jarang ia menemukan orang Jepang dengan rambut kuning dan mata biru.

Bahkan nilai akademiknya tidak bisa membuat orang bertepuk tangan. Menurutnya, mendapat nilai yang pas dengan standar kelulusan saja sudah bagus. Orang-orangーbahkan beberapa temannyaーmenjulukinya si bodoh, Naruto tidak ambil hati tentang itu, dia tak pintar namun ia bisa buktikan bahwa ia tidak bodoh. Dapat masuk Universitas idamannya merupakan suatu kebanggaan tersendiri padahal dirinya semalas ini.

Tidak ada yang istimewa namun ia tidak membenci hidupnya.

Ada hal yang membuat Naruto kesal ialah kenyataan bahwa dirinya seorang beta, sembilan puluh persen penduduk berlabel beta, mayoritas, mainstream, tidak ada yang istimewa pada seorang beta.

Tidak ada fitur gagah dan dominan seperti alfa, tidak bisa mencium aroma tubuh dari setiap orang seperti alfa. Tidak seperti Uchiha Sasuke brengsek yang merupakan seorang alfa.

Takdir lebih berpihak pada sahabat masa kecilnya. Sasuke si brengsekーatau itu yang selalu Naruto bilangーadalah seorang alfa. Tampan, pintar, kaya, dia adalah segalanya yang para gadis dan omega inginkan. Tanpa Sasuke meminta, keberuntungan sudah mengikutinya sejak lahir. Tidak heran jika popularitasnya tidak masuk di nalar Naruto.

Jadi ia memutuskan, tahun pertama ia memasuki jenjang perkuliahan ia akan berusaha sekeras mungkin, tidak seperti tahun-tahun yang telah berlalu. Karena ia, Namikaze Naruto hanyalah betaーsatu diantara puluhan ribu di duniaーyang tidak istimewa. Kecuali ia membuat dirinya menonjol agar semua orang tahu tentang dirinya.

Ia masuk fakultas yang ia inginkan, Fakultas Kimia. Ia juga mengikuti kegiatan klub yang ia inginkan, Astronomi, setidaknya ia bisa mempelajari tentang luar angkasa juga bintang-bintang yang ia sukai. Ia bertekad bahwa ia akan sungguh-sungguh menjalankan masa kuliahnya.

"Brengsek! Kenapa kau ada di sini?" Naruto menjerit histeris. Jari telunjuknya terarah pada wajah tampan sahabatnya. "Argh! Aku kira kita mengontrak mata kuliah yang berbeda."

Sasuke tidak menampakkan respon yang berarti, seakan ia telah terbiasa dengan reaksi berlebihan pemuda pirang itu. "Memang aku mau satu kelas denganmu." Ia mendesah berat. "Lagipula aku tidak tahu mata kuliah apa yang kau ambil, Dobe."

"Teme!" Naruto menggeram, walau begitu ia tetap berjalan beriringan bersama Sasuke. "Tidak cukup 'kah dengan kita tinggal bersama? Kau begitu menyukaiku hingga menguntitku kemanapun aku pergi."

Tentu saja Naruto tinggal bersama dengan Sasuke, atau lebih tepatnya mereka menyewa satu unit apartment di dekat kampus mereka agar menghimpit biaya sewa, tidak ingin merepotkan orangtua ucap mereka kala itu.

Sebetulnya baik orangtua Naruto dan Sasuke saling mengenal dengan baik, terlampau baik jika ingin mereka bilang. Maka dari itu, kedua orangtua mereka mengusulkan mereka untuk menyewa satu kamar untuk bersama, agar lebih merasa tenang ketika mereka jauh dari orangtua, toh baik Sasuke dan Naruto sudah saling mengenal watak masing-masing.

Biasanya, jika Sasuke melakukan suatu hal bodoh Naruto akan langsung mengabari orangtua Sasuke, begitupula sebaliknya.

"Hei, baumu hari ini aneh." Sasuke mengernyit, hidungnya mengendus aroma aneh yang sangat asing dan itu datang dari Naruto. "Kau tidak mandi?"

"Brengsek, sialan kau! Aku mandi tahu!" Naruto merasa tersinggung, ia menendang kaki Sasuke, namun pemuda bersurai hitam itu berhasil mengelak. "Aku mandi tahu, jika kau lupa aku selama setengah jam mandi pagi agar aku terlihat tampan hari ini."

Sasuke mendengus dan tersenyum mengejek, "Oh kau mandi, aku kira kau mastrubasi."

Naruto memekik, sebelum ia menendang Sasuke kembali, pemuda itu sudah berjalan dengan cepat. Naruto nyaris melempar sepatunya, Sasuke di pagi hari nan cerah ini berjasa membuat Naruto emosi.


Naruto © Masashi Kishimoto

To the Moon and Back © Haraguroi Yukirin

A SasuNaru Fanfiction


Kelas terasa begitu menyesakkan bagi Naruto, ia tidak mengerti entah karena terlalu banyak orang di sini atau memang karena udara musim panas yang menyengat. Ia berusa tersenyum, menyapa beberapa orang yang ia kenal dan orang-orang baru.

Naruto senang bertemu orang baru, ia tipe manusia yang harus bersosialisasi atau akan mati karena kecerewetannya dan sifat mudah bergaulnya. Hari ini sepertinya Naruto ingin sekali menjauhi orang-orang jadi ia lebih memilih duduk di kursi kedua dari belakang dan berusaha mengatur napasnya.

"Oi, kau baik?" Sasuke yang duduk di depannya berbalik, manik hitam itu melempar tatapan khawatir kala ia melihat keadaan Naruto. Tidak ada yang salah, Naruto terlihat baik namun ada yang aneh dan Sasuke tidak yakin itu apa.

Naruto mengernyit, "Aku baik." Tidak biasanya Sasuke khawatir padanya, si brengsek satu ini selalu mengejeknya walau ia sedang sakit. Ia mengibaskan tangannya. "Terlepas dari rasa panas ini, aku seratus persen baik."

Sasuke mengernyit menatapnya tidak percaya, ia seolah ingin memastikan sesuatu. "Baumu," ia diam sesaat mencoba mencari kalimat yang tepat. "Kau benar-benar bau hari ini."

Si brengsek sialan, Naruto hampir berteriak pada Sasuke. "Maaf tuan, aku tidak sesempurna dan sewangi dirimu." Ia berucap kesal, tangannya menarik pipi Sasuke. "Salahkan hidung alfamu yang sensitif pada segala bau di dunia ini."

Wajah Sasuke berubah kesal, ia menepis tangan Naruto. "Che." ia mendengus sebelum akhirnya berbalik menatap depan. "Terserah kau." Gumamnya.

Ketika senior kampus mereka masuk dan memperkenalkan diri, kelas menjadi lebih riuh dari sebelumnya. Naruto tidak pernah keberatan dengan kebisingan, beberapa orang menyebutnya cerewet dan pembangun suasanaーia bukan Sasuke yang hanya diam dan diam sepanjang waktu, membosankan.

Kali ini berbeda, ia merasa pening ketika mendengar orang-orang itu bicara, tertawa, dan bercanda. Udara di sekitarnya terasa pekat begitu menyesakkan.

"Dan kita memiliki pangeran tampan di sini." Satu senior perempuan berteriak dan itu membuat gadis-gadis lain memekik kala sang senior menunjuk pada Sasuke. "Siapa namamu?"

Dia menjadi pusat perhatian lagi, Naruto menatap malas. Betapa mudahnya hidup Sasuke, tanpa berusahapun semua mata akan tertuju padanya. Matanya memanas kala ia melihat Sasuke berdiri. Menyebalkan, ia menggerutu.

Alfa, alfa, alfa. Naruto mendengkur pelan kala ia melihat pundak lebar Sasuke, tegap dan kokoh, alfa yang akan melindungi, mate yang sempurna. Suara berat itu, mendominasi dan membuatnya tenang, sang alfa yang sempurna, mate yang sempurna.

Mate.

Naruto tersentak, matanya melebar serta tubuhnya menegang. Ia menggeleng keras tidak percaya akan pikiran konyolnyaーia tidak pernah memikirkan hal bodoh seperti ini.

Kala Sasukeーjuga beberapa orang di ruang ituーmenatapnya (khawatir, aneh), Naruto tahu ada yang salah pada dirinya. Tenggorokannya kering, suaranya tak dapat keluar, dan entah sejak kapan tubuhnya dibanjiri oleh keringat.

Ia merasa panas, demam atau apapun itu menyakitkan sekali. Detik demi detik pandangannya semakin mengabur diiringi dengan kepalanya yang begitu pening. Sayup-sayup ia mendengar suara Sasuke, sahabatnya itu berlari ke arahnya. Hingga semua pandangannya terasa gelap dan pendengarannya tidak berfungsi.


Langit-langit putih adalah hal pertama yang Naruto lihat ketika ia membuka mata, bau antibiotik mengusik penciuman Naruto. Matanya mengerjap beberapa kali, berusaha membuat pandangannya fokus.

"Ungh." Ia mengerang, tubuhnya terasa beratーleher, pundak, punggung, semuanyaーseolah ada yang menindihnya. Bahkan ia masih dapat merasakan panas tubuhnya, mengganggu, pikirnya.

"Naruto?" Sasuke memanggil, nada suara menyiratkan khawatir. Naruto menoleh padanya, melihat manik oniks yang memandang padanya. Sasuke menawarkan segelas air padanya, dengan perlahanーjuga bantuan Sasukeーia meneguk air itu hingga habis, panas ini mengganggu.

"Bagus, aku melewatkan hari pertama dengan pingsan diperkenalan angkatan mahasiswa." Ekspresinya berubah ketika menyadari apa yang terjadi padanya.

"Itu yang kau khawatirkan?" Sasuke nyaris berteriak, ia menarik ujung hidung Naruto dengan keras tanpa mempedulikan protes dari si pirang. "Selamat atas reputasi barumu, Usuratonkachi."

Naruto mengerang tak suka, ia mengusap hidungnya yang terasa sakit. Sasuke jika kesal padanya sering melakukan hal seperti ini. "Aku berharap awal yang baru untukku, aku tidak ingin jadi figuran dalam hidup. Aku ingin hal baru dalam hidupku." Sepertimu, Naruto nyaris mengatakannya. "Bukan hal payah seperti ini."

Sasuke terdiam, hal baru, tentu saja Naruto mendapatkannya. Ia menatap sahabat pirangnya, si bodoh ini masih mengoceh tentang betapa tidak kerennya ia jatuh pingsan di tengah kelas tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sasuke menahan napas.

Semoga keras kepalanya tidak menambah beban Sasuke.

"Kau 'kan memang sudah payah, jadi ini tak akan ada bedanya." Sasuke membalas dengan santainya. Saat Naruto hendak memukulnya ia menghindar dengan mudah.

"Tuan brengsek yang sempurna." Desis Naruto kesal. Ia menyilangkan tangannya di dada. Seringaian Sasuke benar-benar menambah rasa kesalnya. "Lagipula kau kenapa ada di sini?"

Sasuke tidak sempat menjawab, pintu terbuka membuat mereka langsung melihat ke arah seseorang yang datang.

"Oh, Namikaze-kun sudah sadar." Wanita dengan jas putih itu tersenyum pada Naruto. Sasuke bernapas lega dan Naruto memandang bingung.

"Aku Shizune, suster jaga di hari ini." Ia memperkenalkan diri, suaranya sangat lembut dan menenangkan. "Kalau begitu aku akan mengecek kondisi tubuhmu. Bisa 'kah kau duduk?"

Naruto mengangguk, "Oke." Naruto berusaha duduk namun rasanya berat sekali, tubuhnya benar benar sakit. Ia merutuk, padahal ini hanya demam dan ini bukan kali pertama demam datang padanya.

Sasuke yang melihatnya langsung mengulurkan tangan dan berusaha membantu Naruto untuk duduk, "Bisa?" Naruto mengangguk sebagai jawaban.

Shizune tertawa kecil melihat tingkah keduanya, "Uchiha-kun yang menggendongmu ke sini lho, Namikaze-kun." Sasuke mengerang tidak suka dengan pernyataan tiba-tiba Shizune. "Dia terengah-engah dengan wajah menyeramkan saat sampai di sini."

Oh, mata bulat Naruto mengerjap. Naruto tertawa, ia menatap Sasuke dengan pandangan jahil. "Oh, betapa kagetnya aku mendengar dia sanggup membopongku." Alisnya naik turun mengejek Sasuke. "Dia itu seperti putra mahkota yang tidak pernah melakukan aktivitas fisik berat, Shizune-san."

Sasuke mendesis, "Bicara pada dirimu sendiri, Dobe." Memang benar, Sasuke bukanlah orang yang suka melakukan aktivitas fisik yang memberatkan, itu sangat merepotkan menurutnya. Ia lebih suka duduk, tidur, dan membaca buku.

"Terakhir Sasuke menggendongku itu saat umur kami tujuh tahun?" Naruto mengawang mencoba mengingat kembali masa kecil mereka. "Saat itu Sasuke suka sekali bertualang, tidak seperti sekarang. Pangeran seutuhnya."

Sasuke mendengus kesal, Naruto tidak akan berhenti bercerita jika sudah seperti ini. Si pirang ini hobi sekali berceritaーdan selalu melibatkan Sasuke.

Shizune menatap Naruto penasaran, "Kalau begitu kalian sahabat sejak kecil?" Ia bertanya, tertarik. Tangannya mengambil termometer untuk mengecek suhu tubuh Naruto.

Naruto mengangguk dengan antusias, "Orangtua kami saling mengenal bahkan sebelum kami lahir." Naruto tertawa mengingat ibunya dan ibu Sasuke yang selalu mengobrol bersama. "Sepertinya ibuku adalah sahabat dari ibunya Sasuke."

Naruto terus berbicara tentang masa kecilnya, tentang Sasuke yang sangat menyebalkan namun dia tetap bertahan dengan tingkah konyol Naruto. Sang objek yang dibicarakan merasa malu, ia memalingkan muka mendengar semua cerita Naruto tentang dirinya.

"Menggemaskan," Shizune tertawa kecil, ia senang sekali mengobrol dengan pemuda pirang ini. "Uchiha-kun terdengar seperti teman yang bisa diandalkan, ya 'kan?"

Naruto mengangguk, semenyebalkan apapun Sasuke, pemuda itu selalu bisa diandalkan. Sasuke itu hebat.

"Suhu tubuhmu 38°C." Shizune menggumam. "Sepertinya kau kembali demam." Ia menghela napas. "Aku akan memberimu penurun panas."

Naruto mengulum bibirnya, matanya menggelap, "Uh, Shizune-san, apa yang terjadi padaku?" Ia tahu ia demam, namun ini tidak seperti sakit pada umumnya, ini asing untuk Naruto, dan tidak nyaman. "Aku... hanya demam?"

Sasuke melihatnya bicara, melihat tiap keraguan pada mata biru itu, melihat bibir itu bergetar.

Shizune terdiam saat menatap Sasuke seolah ingin memastikan sesuatu sebelum menjawab. "Ini sedikit tidak wajar, namun bukan berarti tidak mungkin." Suaranya sangat tenang, matanya melembut menatap Naruto. Jawaban itu membuat Naruto merasakan napasnya tercekat, tidak tidak tidak, seolah ia tahu apa yang akan Shizune katakan selanjutnya. "Beberapa omega terlambat mengalami heat pertama mereka, bisa di usiamu saat ini atau bahkan saat mereka akan menginjak kepala tiga."

Shizune berhenti untuk beberapa detik. "Kau adalah seorang omega, Namikaze-kun."

Naruto terdiam dan Sasuke mengerti itu.


Heat Naruto hanya berlangsung tiga hari, tidak seperti omega lain. Namun segala keluhan dan kegalauannya tidak berakhir hingga sekarang.

Sabtu pagi, dan Sasuke masih tidak tahu bagaimana cara menghadapi Naruto yang masih bersedih akan status barunya. Demi Tuhan ia sudah tidak tahan menghadapi keluhan Naruto yang menghiasi apartmen mereka beberapa hari belakangan ini. Naruto merasa dirinya adalah orang yang paling merana di muka bumi, bahkan kelakuannya seperti ia mengalami penyakit parah. Ini hanya karena gender kedua itu dan bagi Sasuke itu bukanlah suatu yang parah.

Oke, mungkin Sasuke salah. Mungkin itu berat untuk Naruto yang berpikir bahwa menjadi omega adalah sebuah kesialan terbesar dan Sasuke tidak bisa menyalahkan Naruto karena ia tidak tahu rasanya berada di posisi si pirang itu.

Tapi tidak sebegininya. Sasuke memandang pintu kamar dengan tatapan nanar. Naruto sudah mengurung dirinya sendiri di kamar selama dua hariーdan ini sangat tidak masuk akal mengingat mereka berbagi kamar, Naruto sekarang mendominasi kamar itu, kamarnya.

Sasuke menggeram, ingin marah tapi tidak sampai hati. Sudah sejak saat heat pertama itu Sasuke mulai tidur di ruang tengah. Alasannya ada dua; karena Naruto mengunci kamarnya dan juga karena aroma Narutoーya, dia seorang omega dengan aroma memabukkanーmemenuhi satu ruangan kamar dan itu menyesakkan bagi Sasuke. Ia ingat betapa ia malu saat mastrubasi di kamar mandi karena mencium aroma Naruto.

Dan sampai saat ini si pirang itu tidak mau keluar, Sasuke yakin selama persediaan makanan di dalam kamar belum habisーNaruto selalu menyimpan cemilan di kamarーteman idiotnya itu tidak akan keluar. Si bodoh itu menjarah seluruh cemilan mereka di lemari es dan tidak meninggalkan apapun untuk Sasuke. Ia berpikir kenapa ia harus menghadapi sifat antik Naruto seperti ini.

"Oi, keluar kau, Dobe!"

"Jangan ganggu aku, Teme!" Naruto berteriak dari dalam sana. Ia bisa mendengar lengkingan suara Naruto yang menyakitkan, bahkan Sasuke bisa membayangkan Naruto yang menggulung dirinya dengan selimut di kasur seperti kepompong dan terus merengeki hidupnya yang tidak beruntung. Ini tidak membantu. Naruto benar-benar keras kepala.

Sasuke menggeram kesal, ia menggedor pintu dengan keras. "Usuratonkachi, keluar atau aku akan mendobrak pintu ini!" Ia berteriak. "Kita akan makan di luar, aku lapar dan kita kehabisan makanan!"

Naruto tidak menjawab dan itu membuat Sasuke semakin khawatir. Dahinya mengerut, biasanya Naruto akan menyahut dengan kesal saat Sasuke mengejeknya. Ia berpikir, mungkin nada bicaranya membuat Naruto takut. Sial, Naruto sedang sensitif, mungkin Sasuke membuatnya tidak nyaman.

Sasuke menghela napas, ini baru untuknya. "Naruto." Sasuke memanggil nama itu dengan benar. "Ayo keluar." Dan tanpa berteriak. Tetap tidak ada jawaban dari si pirang. Sasuke mengumpulkan semua kesabaran dalam dirinya. "Kau harus makan dengan benar."

Sialan, aku sudah sebaik ini kau masih mengacuhkanku.

"Naruto," sekali lagi Sasuke memanggil, berusaha tidak menggedor pintu itu kembali dan berteriak. "Aku tahu tempat ramen seenak Ichiraku di sekitar sini."

Sasuke bukan penggemar ramenーia kurang menyukai makanan berlemak itu, namun ini adalah senjata terakhirnya membujuk Naruto. Saat Naruto tidak meresponーbahkan dengan bujukan ramenーSasuke menghela napas. Rasanya menyerah membujuk Naruto adalah ide bagus.

Ia mendengar suara pintu berderit dan terbuka kecil. Ia bisa melihat Naruto yang mengintip.

"Di mana?"


Mangkuk ketiga dan Naruto masih menyeruput ramennya dengan bernafsuーseperti ingin menghajar orangーdan itu membuat Sasuke mencoba memakluminya.

Ini bukan kali pertama ia menghadapi sifat kekanakan Naruto, bukan berarti ia terbiasa dengan ini atau bahkan rela-rela saja dengan sifat antik sahabatnya, namun ia tahu saat ini Naruto tidak dalam mode beradu argumen dengan Sasuke.

"Dan memiliki ayah tampan yang merupakan seorang alfa tidak menjadikan aku sepertinya." Naruto menyeruput ramennya dengan emosi, seruputan itu membuat Sasuke kesal. "Kemudian takdir menunjuk padaku, 'oh lihat pemuda tampan dan bersinar ini, mari kita susahkan hidupnya dengan menjadikannya omega'. Benar-benar konyol!"

Sasuke memakan sushinya dengan sekali lahap. Ia tidak menatap pada Naruto sedikitpun. "Tampan dan bersinar." Sasuke mengulang dengan nada monoton yang terkesan mengejek. "Mungkin lebih tepatnya Usuratonkachi dan Dobe."

"Teme sialan, kata-katamu menusuk sekali." Naruto menggeram tak terima, ia memelototi Sasuke yang terlihat tidak peduli dengan segala curhatannya. "Dasar brengsek, kau harusnya bersikap lebih baik padaku. Oh, bodohnya aku! Kau 'kan seorang alfa, dan alfa selalu menganggap omega seperti sampah! Kapan alfa pernah bersikap baik pada seorang omega rendah sepertiku?"

"Kapan aku pernah bersikap baik padamu?" Sasuke balik bertanya tanpa keinginan berdebat. "Dan aku selalu memperlakukanmu seperti sampah bakan sebelum kau jadi seorang omega."

Naruto menyingkirkan mangkuk kosong dan meminum jus jeruk yang Sasuke pesankan untuknya. Mulutnya mengerucut tak suka, alisnya bertaut. "Maaf sebelumnya tuan Uchiha Sasuke yang terhormat, kau sebagai kasta tertinggi dalam kehidupan tidak berhak menghakimikuー" ia meneguk jusnya kembali. "ーseorang omega yang merupakan kasta terendah. Sekarang orang-orang akan semakin menatapku lebih menyedihkan dari sebelumnya."

Sasuke memutar bola matanya jengah, ia meminum kola dingin dengan harapan bisa mendinginkan telinganya. "Dobe." Sasuke bukanlah orang yang peduli dengan status alfanya karena baginya itu tidak berdampak banyak untuk hidupnya, namun sepertinya bagi Naruto status omega itu sangat mengganggu. "Kau kira ini jaman batu? Primitif sekali pemikiranmu itu."

"Oh ya? Seingatku omega masih diperlakukan secara tidak adil. Suara dan aspirasi mereka tidak selalu di dengar. Coba lihat para alfa yang bisa melakukan segalanya, semaunya, tanpa dipandang rendah." Naruto menyuarakan kekesalannya, ia hampir saja memekik.

"Semaunya," Sasuke mengangguk dengan helaan napas berat. "Dan kau pikir aku bisa membunuh seseorang tanpa akan ditangkap?"

Naruto menatap Sasuke horor, "Heーhei! Kau memangnya ingin membunuh orang?" Sasuke menatapnya, seringaian jahil terplester di bibir tipis itu. Naruto meneguk ludah. "Pembicaraan ini terlalu berat."

"Bukan 'kah kau yang bicara dari tadi." Sasuke menyenderkan tubuhnya berusaha mencari rasa nyaman. Satu tangannya memegang kaleng kola yang masih sisa setengah. "Semua isu tentang gender kedua ini benar-benar membuat otakmu semakin bodoh."

Sebelum Naruto bisa membalas ucapan Sasuke ia diganggu dengan suara ponselnya, seseorang menelfonnya. Naruto mengambil ponselnya di saku, melihat siapa yang menelfon sebelum mengangkatnya.

"Huh? Kenapa ibu menelfon? Dia tidak pernahー" Naruto sontak menatap Sasuke, matanya melotot, ia mendesis. "Teme! Kau mengadu pada ibu ya?!"

Sasuke mengangkat bahu, ia meminum kolanya dengan santai. "Ya." Jawabnya. "Bibi menelfonku dan bertanya tentangmu karena kau tidak membalas pesannya. Sekalian aku jelaskan saja padanya."

Naruto nyaris menggebrak meja, "Argh! Sasuke, tidak seharusnya kau mengatakannya pada ibu! Dia sekarang akan menanyaiku banyak, argh, menyebalkanーoh halo Ibu! Wow, aku sangat merindukanmu."

Sasuke tertawa tertahan melihat perubahan Naruto, ia mengangkat telfon ibunya seolah tak terjadi apa-apa. Naruto yang melihatnya memasang wajah mengejek pada Sasuke, kekanakkan.

"Apa? Sasuke bilang apa padamu? Oh astaga tentu tidak, aku baik-baik saja. Sasuke kadang suka melebih-lebihkan cerita, haha." Naruto mengepalkan tangannya dan menunjukkannya pada Sasuke. "Tentu saja aku akan memberitahumu, bu. Hanya saja aku, uh, sibuk, jadi aku keduluan Sasuke untuk memberitahu berita bahagia ini."

Sibuk yang dimaksud adalah kau selama tiga hari selalu merasa terangsang dengan dorongan besar untuk melakukan seks dan otakmu terlalu tidak waras untuk mengabari siapapun.

"Tenang, bu, aku tidak apa-apa. Kau tidak perlu datang ke sini. Aku sudah besar dan bisa menjaga diriku sendiri." Naruto tidak bisa membiarkan ibunya menyetir dari Osaka ke Tokyo hanya untuk menjenguknya hanya karena kondisi konyol seperti ini. "Aku baik-baik saja, heatku sudah berhenti dan, uhm, suppressant, aku akan meminumnya di heat selanjutnya dan aku akan baik-baik saja."

Sasuke menatap Naruto yang tampak ragu. Ia tahu bahkan Naruto tidak tahu apa itu suppressant dan bagaimana cara kerjanya. Si pirang menggaruk pipinya dengan jari telunjuk. Sasuke merasakan Naruto yang tidak nyaman.

"Uh," Naruto mengulum bibir bawahnya. Sasuke menatap penasaran kala Naruto menatapnya ragu. "Ya, Sasuke ada bersamaku."

Tubuhnya menegang, tanpa mendengarpun ia tahu bahwa Kushinaーibu Narutoーingin bicara dengannya. Pikiran tentang ia dan Naruto akan tinggal secara terpisah langsung memukulnya. Tentu saja, seorang alfa dan omega yang bukan mate tinggal bersama, banyak orang akan bertanya-tanya, begitupula dengan orangtua Naruto. Sekarang anak mereka adalah seorang omega, dan Sasuke adalah seorang alfa, untuk tinggal bersama tentu sangat mengkhawatirkan.

"Sasuke," Naruto memanggil namanya dan menyodorkan ponsel. "Ibu ingin bicara denganmu."

Sasuke menaruh kaleng kola yang ia pegang di meja lalu mengambil ponsel Naruto dan menjawabnya. "Halo bibi Kushina?"

Sasuke meneguk luduahnya, tenggorokannya terasa kering. Tidak biasanya ia gugup ketika bicara dengan Kushina, mengingat baginya Kushina seperti ibu kedua.

"Sasuke-kun," suara Kushina yang sudah lama tidak ia dengar menyapa.

"Iya?"

"Terimakasih ya sudah menjaga Naruto. Pasti anak itu banyak menyusahkanmu ya?"

"Tidak tentu saja." Jawaban itu adalah kebohongan dari Sasuke, mengingat betapa menyusahkan dan menyebalkan Naruto beberapa hari ini.

Kushina tertawa, "Aku yakin dia banyak menyusahkanmu. Terimakasih ya, Sasuke-kun." Kushina berhenti sejenak. "Tolong jaga dia ya, Sasuke-kun."

Suara Kushina yang lembut membuat Sasuke lebih rileks. "Aku ingin sekali ada selalu untuknya namun aku tidak bisa. Kau tahu anak itu tidak ingin kami khawatir padanya, sama sepertimu yang tidak mau membuat khawatir orangtua dan kakakmu. Kami tidak bisa melakukan apa-apa kecuali mempercayakan Naruto padamu. Aku harap kau tidak lelah akan Naruto apalagi sekarang ia seorang omega."

Mata Sasuke melembut, jarinya mengetuk meja, ia menatap Naruto, mata biru itu menatapnya penasaran, mulutnya bergerak bertanya tanpa suara.

"Naruto anak yang manja dan gegabah, dia juga keras kepala. Tapi aku tahu Sasuke-kun adalah orang yang bisa tahan dengannya. Tolong jangan tinggalkan dia ya?"

Sasuke diam, ia tentu kaget dengan keputusan Kushina. Rasa bersalah yang memakannya sekarang memudar, rasa takut itu hilang. Kushina sangat mempercayainya sehingga membuatnya takut mengecewakan ibu Naruto itu. Dengan perasaan gelisah ia menatap Naruto lama sebelum akhirnya ia berani menjawab.

"Tentu saja."


Hell-oooo!

Terimakasih sudah mau baca (/ω\*)

Ini fik baru dari Harayuki yang bucin sama SasuNaru ;'))

KENAPA SAYA CINTA PISAN SAMA SASUNARU (╥_╥)

Jadi buat ini deh, since alpha Sasuke x omega Naruto is one of my favorite in the world /LEBAYKAMU

MOGA SUKA YA ヽ(・ˇ∀ˇ・ゞ)

Mohon dukungannya buat fik ini :*

Oh ya yang punya wattpad bisa mampir ke _harayuki

Ficku yang Forbidden Love dilanjut di sana dan tinggal 2 chap lagi hwhwhw

Juga Perfect Nanny Candidate aku remake dijadiin omegaverse dengan tambahan beberapa chapter yang ga ada di ffn

Yuk mampir ((( *´꒳`* )))

Salam dari istrinya Todoroki,

Harayuki.