Sixth Sense

Disclaimer:

Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki

Sixth Sense by Aoko Himawari


PROLOGUE

"Ini Aominecchi. Dia teman baikku di sekolah 'ssu." Seorang anak laki-laki menunjukkan gigi putihnya kepada seorang anak perempuan berambut blonde panjang yang berwajah mirip dengannya. Anak laki-laki itu mengarahkan jari telunjuknya kepada seorang anak laki-laki lain yang berambut biru tua.

"A-aku Aomine Daiki." Anak berambut biru tua itu mengulurkan tangan kanannnya pada anak perempuan yang sedang duduk, setengah tidur, di ranjangnya. Anak berambut biru tua yang dipanggil Aomine itu memalingkan wajahnya.

"Salam kenal, Aominecchi! Namaku Kise Ryouka, umurku 8 tahun, sama seperti Ryoutacchi. Aku adalah kembaran yang paaaaaaling disayangi Ryoutacchi 'ssu!" Anak perempuan berambut blonde panjang yang mengaku bernama Ryouka itu menjawab uluran tangan Aomine sambil tersenyum manis, menampakkan gigi-giginya yang berwarna putih. Setelah melepaskan tangan kanannya dari tangan kanan milik Aomine, anak perempuan pemilik blonde panjang ini mengarahkan mata kuning madunya ke arah pemilik blonde satunya, kembarannya.

"Ryoutacchi! Aku sudah sembuh 'ssu. Sekarang ayo kita main putri. Kau sudah janji, 'kan?" Ryouka segera terbangun dari ranjangnya dan menapakkan kakinya di lantai kamar ber-AC itu. Sekejap, lantai yang dingin segera mengenai telapak kakinya.

"Ta-tapi, mama belum membolehkanmu jalan-jalan hari ini, 'kan 'ssu?" Ryouta menaikkan alisnya, sambil tersenyum takut-takut.

"Ayolah 'ssu! Aku tahu, loh," Ryouka menghentikan pembicaraannya, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga kembarannya, Ryouta. Sedetik kemudian, ia mengecilkan suaranya lalu berbisik, "kau mengambil uang dari dompet mama dan kau gunakan untuk membeli mainan, 'kan?" Ryouka menarik salah satu sudut bibirnya. Dalam sekejap, Ryouta menarik tubuhnya menjauh. Ia menuding kembarannya yang tersenyum penuh kemenangan. Aomine hanya menatap kedua anak itu dengan tatapan satu-saja-sudah-berisik-apalagi-dua.

"Tahu dari mana, kau?!" Ryouta memekik sedikit kencang. Telinga Aomine berdenging, mengingat suara normal Ryouta sudah sangat kencang, apalagi kalau ia memekik. Aomine langsung menutup telinganya. Ia berharap pertengkaran kedua saudara ini cepat berakhir.

"Hehehe. Aku 'kan hebat 'ssu." Ryouka menepuk-nepuk dadanya, bangga akan dirinya sendiri. Padahal, saat melihat Ryouta mengendap-endap mengambil uang dari dompet ibunya pun, ia tidak sengaja. Hanya kebetulan melihat saja. Siapa yang sangka, hal itu akan berguna untuk 'mengancam' Ryouta untuk membolehkannya bermain di taman.

"Baiklah. Tapi kita sama-sama harus jaga, ya 'ssu. Aku tidak akan memberitahukan kepada mama, dan kamu, juga tidak boleh memberitahukan kepada mama." Ryouta memberikan perjanjian, sesuai yang diharapkan Ryouka. "Dan, kau harus bilang kalau kau sudah lelah! Lalu kita akan pulang 'ssu. Aku tidak mau dimarahi mama lagi. Mama sangat seram 'ssu."

"Baiklah'ssu. Ayo Aominecchi." Ryouka menarik tangan kanan Aomine, setelah ia memakai jaket pink hadiah ulang tahun-nya yang ke-6. Mereka bertiga–Ryouka, Ryouta, dan Aomine–berjalan perlahan ke taman yang ada di dekat rumah keluarga Kise. Sampai di taman yang kosong, sepi seperti biasanya, mereka bertiga berjalan ke tempat dimana Ryouka dan Ryouta bermain bersama sejak 2 tahun yang lalu sampai sekarang, bak pasir.

"Aku jadi putrinya 'ssu. Aominecchi jadi pangerannya dan Ryoutacchi jadi kakak." Ryouka mengeluarkan suara cemprengnya. Seperti biasa, Ryouta menyetujuinya. Namun Aomine mengeluarkan suaranya untuk protes. Mana mau ia jadi pangeran!

"Aku tidak mau jadi pangeran." Aomine menyatakan protesnya. Sedangkan Ryouka seperti tak mendengarnya, bukan, ia mendengarnya namun matanya tidak diarahkan kepada manik biru Aomine. "Hei, kau tuli,–" ucapan Aomine terputus. Ia melihat ke mana si blonde panjang itu melihat. Aomine hanya melihat sebuah pohon beringin besar. Ryouka menengok ke belakang, dimana Aomine dan kembarannya, Ryouta, sedang berdiri.

"Hei, Ryoutacchi, Aominecchi. Anak perempuan itu," Ryouka menunjuk ke arah pohon beringin besar itu, lalu melanjutkan, "mau ikut kita main. Ia sedang melihat kita. Pasti dia mau ikut main, deh."

Ryouta dan Aomine berpandangan curiga, bukan, bukan curiga, lebih seperti tidak percaya.

"A-ah! Ryoukacchi. Ayo kita main di sana saja 'ssu. Biarkan saja anak itu." Ryouta berusaha menarik Ryouka ke arah yang berlawanan dari tempat anak perempuan itu berdiri. Terpaksa, Ryouka membalikkan badannya.

"Ta-tapi,–" Ryouka membalikkan kepalanya, melihat anak perempuan itu dengan ekspresi khawatir. Namun, melihat anak perempuan itu sudah bersama ibunya, ia tersenyum lebar lalu melambaikan tangannya.

Sayangnya, Ryouka tidak menyadarinya. Kedua orang itu–baik anaknya, maupun ibunya–tubuh mereka tidak terlihat, bukan, tembus pandang dan samar.


To be continued


A/N:
First fanfic in this fandom! Author 'newbie' di fandom ini
Semoga bisa jadi fanfic yang "selesai", maksudnya, author ngga tiba-tiba males lanjut dan berhenti di tengah-tengah.
Sebenernya author lebih suka AoKise, tapi karena author ngerasa belom mampu bikin fic yaoi/BL, jadi author lampiaskan jadi Aoxfem!Kise. Semoga berhasil, romance nya ngga garing, comedy nya juga ngga garing
By the way, author ngga akan bikin semua chapter pake italic, tapi author pake italic di chapter ini, karena ini flashback dan untuk nama fem!Kise, author pake "Kise Ryouka"

Last, but not least, mind to review? (author sangat menghargai silent reader, tapi author akan lebih menghargai lagi reviewer ^^)