A/N : Halooo... Hari ini Reika datang membawa fanfic baru. Ini adalah fanfic pertama Reika yang bergenre supernatural dan berpair SasuSaku. Jadi maaf kalo masih rada jelek gitu. Muahahah /geplaked.

Oke. Reika cuma berharap semoga kalian terhibur dengan fanfic Reika kali ini. So... Happy Reading!


"Kau lihat gadis yang ada di sana?"

Aku hanya mengangguk.

" Dia targetmu berikutnya. Dalam sebulan kau sudah harus bisa mendapatkan nyawanya."

Menjadi seorang malaikat maut mengharuskan Sasuke Uchiha untuk membunuh Sakura Haruno bagaimanapun caranya, meskipun harus mengorbankan perasaannya sendiri.


Into The Dark by Reika Ishida

Pair : SasuSaku

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

WARN : JELEK, MASIH ABAL, OOC maybe(?), typo(s)

Chapter 1 : Beginning.

.

.

.

Sasuke mengetuk-ngetukkan kakinya dengan bosan. Sudah dua hari penuh ini dia memperhatikan gadis itu. Targetnya.

Perlahan-lahan mata yang tadinya berwarna merah berubah menjadi hitam, tanda bahwa Sasuke telah menon-aktifkan sharingan miliknya. Jurus mata ini membuat ia tidak harus repot-repot turun ke bumi untuk mengincar sasaran seperti yang harus dilakukan oleh malaikat maut lainnya. Ya, Sasuke memang termasuk malaikat maut dengan bakat yang istimewa. Mungkin karena ia adalah seorang Uchiha. Orang-orang dari klan tersebut memang terkenal kuat. Dan ia adalah satu-satunya keturunan Uchiha yang masih hidup. Kemampuannya yang istimewa itu membuatnya menjadi malaikat maut terkuat pada usianya yang masih belia.

Hari ini adalah hari yang ditetapkannya untuk membunuh gadis itu. Malam ini Sasuke akan membunuh Sakura Haruno.

Padahal kau adalah gadis yang lumayan menarik, Sakura.

Tetapi sepertinya takdir tidak berpihak kepadamu karena sebentar lagi hidupmu akan berakhir. Kau akan kubunuh dengan tanganku sendiri.

.

.

.

"Tadaimaa!" Ucap Sakura sambil membuka pintu rumah.

Hening. Tidak ada yang menjawab sapaannya.

"Kaa-san?"

Tou-san, Kaa-san. Kemana mereka semua?

Mata Sakura menangkap sebuah note yang tergeletak diatas meja. Tanpa membuang-buang waktu ia langsung mengambil note tersebut dan membacanya dalam hati.

To : Sakura

Malam ini Kaa-san dan Tou-san menginap di rumah Bibi. Mungkin kami akan balik 2 hari lagi. Selama itu kau boleh mengajak temanmu untuk menginap di sini jika mau.

Gadis bersurai merah muda itu menarik napas panjang

Pantas saja tak ada yang menjawab sapaannya tadi. Kaa-san dan Tou-san menginap di rumah Bibi.

Ah, biarkanlah. Toh ia masih bisa mengajak Ino untuk menemaninya.

.

.

.

"Ayolah pig, sekali ini sajaa…"

" Gomen, jidat. Aku tidak bisa, ini terlalu mendadak! Saudaraku baru saja datang. Tak mungkin aku meninggalkan mereka dan pergi ke rumahmu," Terdengar suara dari ujung telepon.

"Tidak bisakah?"

"Tidak. Maaf sekali."

"Oh, baiklah kalau begitu. Mau bagaimana lagi, aku tidak bisa memaksamu." Sakura tertawa getir sembari menutup telepon.

Ino tidak bisa datang ke rumahnya dan ia akan sendirian malam ini. Bagus, hebat sekali.

Sakura merebahkan diri di atas kasur dan menarik selimutnya dengan agak kasar.

Besok adalah hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas dan sama seperti remaja pada umumnya, ia ingin merayakan sweet seventeen-nya itu dengan orang-orang dekatnya, sahabat dan orang tuanya.

Dan sekarang orang tuanya malah menginap di rumah orang lain, meninggalkan anak mereka sendirian di rumah tanpa ada yang menemani. Teman baiknya Ino juga tidak mengungkit-ungkit perihal ulang tahunnya sama-sekali. Hal ini membuat gadis tersebut menyimpulkan suatu kesimpulan. Mereka pasti melupakan ulang tahunnya.

Memikirkan hal-hal menjengkelkan tersebut membuat gadis itu menjadi mengantuk. Mungkin tidur adalah hal yang paling dibutuhkannya sekarang. Sakura pun memejamkan matanya, membiarkan dirinya terhanyut ke dalam pusaran-pusaran mimpi yang sedang menunggu dengan cerita-cerita mereka.

.

.

.

Ia mengerjapkan matanya.

Apa ini sudah siang?

Dari sudut pandang matanya Sakura dapat melihat langit yang terlihat gelap. Masih malam hari. Kenapa ia terbangun?

Ada hal yang tidak beres. Gadis itu bisa merasakannya. Hal tersebutlah yang membuat dirinya terbangun sekarang. Tetapi apa?

Dingin.. ya.. Entah kenapa ruangannya terasa begitu dingin dan mencekam.

Bulu kuduk Sakura mulai berdiri. Ia jadi teringat buku yang pernah ia baca di perpustakaan sekolah. Biasanya kita terbangun tengah malam karena ada sosok yang sedang memperhatikan kita.

Apa mungkin.. ada hantu?

Memikirkan hal tersebut membuat gadis itu menjadi merinding.

Jernihkan kepalamu Sakura Haruno, tidak mungkin ada hantu di sini. Itu semua hanya perasaanmu saja. Ucap Sakura dalam hati sambil menepuk pipinya sendiri.

"Sudah bangun sepenuhnya?"

Terdengar suara baritone dari ujung ruangan. Sontak Sakura langsung menolehkan wajahnya kearah suara tersebut berasal.

"S-siapa kau?" Tanya Sakura tergagap.

Pemuda di depannya hanya tersenyum-atau lebih tepatnya menyeringai-mendengar pertanyaan Sakura.

"Menurutmu?"

Sakura berpikir sejenak, memandangi pemuda berpakaian serba hitam di depannya ini.

"H-hantu?"

"Hantu? Bagus juga. Sayangnya bukan."

"Lalu apa?" Gadis itu mulai mengerutkan keningnya, tanda bahwa ia sedang memutar otak dengan keras.

"Sasuke Uchiha. Aku seorang grim. Aku datang menjemputmu. Orang kalanganmu biasa memanggilku malaikat pencabut nyawa, malaikat maut, atau apalah itu." Jawab pemuda itu masih dengan nada datarnya.

"Malaikat pencabut nyawa? Jadi… kau akan.. mengambil nyawaku sekarang?"

"Tepat."

Hening sesaat. Sasuke tetap diam, menunggu reaksi gadis berambut pink di depannya ini.

Paling-palingan ia hanya menangis, atau berteriak ketakutan.

Setidaknya begitulah sikap yang ditunjukkan oleh perempuan-perempuan sasaran-sasarannya sebelum ini.

"Kenapa kau harus mengambil nyawaku sekarang?"

"Aku juga tak tahu alasannya. Aku hanya ditugaskan. Mungkin karena memang sudah takdirmu."

Sakura memiringkan kepalanya sedikit, ia memilin-milin rambut merah mudanya sebelum akhirnya sebuah jawaban meluncur dari bibir kecilnya yang mungil.

"Baiklah kalau begitu."

Sasuke langsung mengalihkan pandangannya kearah Sakura. Ternyata dugaannya kali ini salah. Hal ini membuatnya sedikit terkejut.

Sakura tidak menangis

Sakura tidak berteriak ketakutan ataupun meraung-raung.

Sebaliknya ia berkata dengan lantang sambil balas menatap Sasuke tanpa rasa gentar, padahal detik-detik sebelumnya ia terlihat hampir mau menangis.

Perempuan memang sulit ditebak.

"Keberanian yang bagus. Jadi, kau mau kulayani dengan apa, hn?" Tanya Sasuke sambil mengelilingi gadis itu secara perlahan. Matanya mulai berubah menjadi merah, tanda bahwa ia telah mengaktifkan sharingan miliknya.

"Dark Amaterasu Eternality-Api keabadian. Mungkin jurus itu bagus juga. Api itu akan membakarmu sampai habis, hanya jiwamu yang akan terting-"

DUAGH!

Sebelum menyelesaikan perkataannya Sasuke sudah jatuh terjengkal. Gadis itu-Sakura Haruno- baru saja memukulnya dengan sangat keras.

Lagi-lagi Sasuke dibuat takjub oleh gadis yang berada di depannya ini.

Lembut di luar, keras di dalam.

Begitulah penilaian pertama Sasuke terhadap Sakura.

"Kau pikir aku mau saja langsung menurut, ha? Siapa juga yang mau dibunuh, apalagi tanpa alasan yang jelas. Grim apaan? Kau hanyalah makhluk aneh yang tiba-tiba datang kerumahku! Sudah terlalu banyak hal yang membuatku jengkel. Karena itu jangan menambah lagi kejengkelanku dengan ulahmu itu!" Teriakan Sakura yang nyaring itu sukses membangunkan pria emo tersebut dari lamunannya. Kalau saja Sasuke bukan grim, gendang telinganya pasti sudah rusak atau robek sekarang.

"Tch, berani sekali kau. Seharusnya dari tadi kubunuh saja." Gerutu Sasuke sambil memegangi kepalanya yang barusan terbentur akibat ulah gadis bersurai merah muda di depannya ini.

"Tidak akan. Aku takkan sudi mengakhiri hidupku dengan cara seperti ini. Dibunuh oleh orang asing yang aneh sepertimu." Sakura membuang wajahnya.

Sasuke hanya menyeringai kecil mendengar ocehan Sakura. Dengan perlahan ia mulai bangkit berdiri.

"Cerewet." Kata pemuda itu, lalu berjalan menjauhi Sakura perlahan.

"Kenapa pergi? Tidak jadi membunuhku, hah?" tantang Sakura melihat Sasuke yang berjalan menjauhinya.

"Seleraku hilang."

"N-nani?"

"Gara-gara kau seleraku hilang. Aku tidak jadi mengambil nyawamu untuk sekarang."

"Dasar tidak bertanggung jawab." Ketus Sakura.

Sasuke mengerutkan alisnya

Bukannya harusnya ia senang aku tidak membunuhnya? Orang aneh.

"Anggap saja sebagai hadiah ulang tahunku padamu." Jawab Sasuke datar.

"Ulang tahun? Siapa yang bilang aku berulang tahun?"

Dengan perlahan Sasuke menunjuk jam dinding, jarumnya menunjukkan angka satu.

"Ini sudah lewat dari jam 12 malam."

Sakura terdiam mendengar jawaban Sasuke.

"T-tunggu.. bagaimana bisa kau tahu hari ulang tahunku?" Tanya Sakura bingung. Disaat semua orang lupa akan hari ulang tahunnya, malah pemuda asing tak dikenal dan aneh inilah yang mengingatnya.

Sasuke memandang Sakura sekilas. Onyx dan emerald bertemu untuk sesaat.

Untuk sesaat itulah Sakura merasa dirinya telah terbawa kedalam pesona mata onyx tersebut, seakan-akan mata tersebut telah menghipnotisnya.

"Karena aku selalu memperhatikanmu." Jawab Sasuke sambil memalingkan wajahnya.

Sesudah mengucapkan kata-kata itu, sosok pemuda tersebut langsung menghilang.

.

.

.

TBC.


Haha... dikit ya? emang. chap ini memang sengaja Reika buat dikit karena Reika pengen tau tanggapan readers terhadap fic ini.

Chap ini kayak sekedar baru permulaan.

Menurut kalian gimana? memuaskan gak? enggak ya?:')

gomenne kalo gak memuaskan #plak.

Terakhir...

Mind to review?

Reika Ishida.