Tiket Bioskop 21 adalah satu-satunya jalan untuk membuat Park Chanyeol menjadi miliknya. Setelah semua penyesalan yang Baekhyun rasakan selama lima tahun ini. Dia mencoba bersikap egois.
-oOo-
Title:
Bioskop 21
Main Cast:
Byun Baekhyun, Park Chanyeol
Other Cast:
Do Kyungsoo, Irene
Genre:
Mellow Drama/Fantasy
Rate:
17+
Writer:
Hyun Ji Soo
-oOo-
MEI 2018
Baekhyun berdiri dengan gamang di depan pintu masuk cinema 3 sebuah bioskop 21. Dia menatap tiket bernomor kursi H26 yang berada di tangannya. Dia tidak pernah menyangka setelah lima tahun berlalu, akhirnya dia akan pergi menonton film dengan tiket bernomor itu. H26 bioskop 21.
Meskipun lima tahun telah berlalu, Baekhyun masih saja menyesali perbuatannya kala itu. Saat dia menolak seseorang yang sangat tulus mencintainya. Hanya karena dia takut pada dunia dan pada orang-orang disekitarnya. Tapi setelah seseorang itu pergi dari kehidupannya, dia baru menyadari jika rasa takut itu tidak pernah sebanding dengan rasa kehilangan yang membuatnya menderita selama ini. Dia terlambat untuk menyadari betapa dia sangat mencintai seseorang itu.
Park Chanyeol. Seseorang yang amat mencintai Byun Baekhyun dulu. Lima tahun yang lalu. Sebelum akhirnya Baekhyun mematahkan hatinya. Membuatnya pergi dari kehidupan Baekhyun selamanya. Meski Baekhyun masih bisa melihatnya, tapi itu tidak akan pernah sama. Karena rasa cinta dari sosok tinggi itu kini tak lagi untuknya.
Kini, Park Chanyeol ada di hadapan Baekhyun sekali lagi. Dia berdiri bersama seorang wanita berambut panjang. Dan diantara mereka, ada seorang gadis kecil berusia 4 tahun yang memanggil Chanyeol dengan sebutan ayah dan wanita itu dengan sebutan ibu. Sungguh mereka adalah tipe keluarga yang ideal. Suami yang tampan, istri yang cantik, dan anak yang manis.
Baekhyun hanya bisa menatap keluarga kecil itu dari kejauhan. Saat keluarga kecil itu berjalan pergi ke arah pintu keluar bioskop sambil sesekali bercanda dan tertawa. Mereka benar-benar terlihat harmonis. Betapa hal itu sangat membuatnya cemburu. Karena seharusnya dialah yang berdiri di samping Chanyeol saat ini. Kecemburuan itu membangkitkan niat jahat yang tak lagi bisa dia kuasai. Penyesalannya selama lima tahun ini sudah tak dapat dia bendung lagi. Dia harus bersikap egois kali ini.
Baekhyun melangkah masuk ke dalam ruang cinema 3. Menaiki tangga dengan hati-hati sampai di deret H. Lalu dia mencari kursi bernomor 26. Setelah menemukannya, dia duduk dengan nyaman. Dia berusaha meredam semua kecemburuan dan kegelisahannya. Berharap apa yang menjadi keyakinannya adalah benar. Bahwa dia bisa merubah takdirnya. Bahwa dia bisa membuat Chanyeol menjadi miliknya.
Sesaat setelah lampu utama di matikan, Baekhyun merasakan hembusan nafas yang cukup keras mengenai telinganya. Hatinya bergetar. Namun dia tak memiliki cukup keberanian untuk menoleh. Sampai pada akhirnya sebuah suara berat mengalun diantara hembusan nafas itu.
"Akhirnya kau datang juga Baekhyun-ah."
Suara itu memenuhi seluruh indra pendengaran Baekhyun. Hingga dia tak mampu lagi mendengar suara opening dari film yang sedang diputar meskipun itu sangat keras. Atau dia memang tak peduli. Entahlah. Yang jelas suara itu telah mendominasi sistem otak Baekhyun. Membuatnya seketika menoleh ke arah suara.
"Chanyeol?"
Hanya satu kalimat itu yang mampu keluar dari mulut Baekhyun, bahkan setelah lima tahun dia memendam kerinduannya pada sosok itu. Bahkan setelah berjuta-juta kalimat penyesalan yang dia rapalkan seperti mantra di dalam hatinya. Salah atau benar. Dia tak lagi memikirkannya. Dia hanya ingin memiliki Chanyeol untuk dirinya sendiri.
FEBRUARI 2012
Musim dingin hampir berakhir. Tapi entah kenapa bukannya mereda, hawa dingin malah semakin menjadi-jadi. Baekhyun merapatkan jubahnya untuk mencegah hawa dingin merasuki tubuhnya. Tubuh kecilnya itu dia bawa berlari menerobos salju yang masih saja turun dengan lebatnya sejak semalam. Dia tak ingin terlambat untuk hari pertamanya masuk kerja atau dia akan mendapatkan masalah.
Tiba-tiba saja Baekhyun menghentikan langkahnya saat merasa salju tak lagi jatuh di kepalanya. Dia mendongak dan mendapati sebuah payung besar berwarna biru menutupi seluruh tubuhnya dari salju. Matanya menelusuri tangkai payung itu hingga dia bertemu tatap dengan seseorang yang memegang payung itu.
Seorang pria bermata bulat dengan rambut hitam ikal berdiri tepat di hadapan Baekhyun sambil memegang payung dan tersenyum. Tubuhnya yang jauh lebih tinggi dari Baekhyun, membuat Baekhyun terpaksa harus mendongak hanya untuk sekedar bisa menatapnya.
"Anda bisa sakit jika berlarian di bawah salju selebat ini tuan."
Wajah tampan dan suara berat pria itu menimbulkan decakan kagum di dalam hati Baekhyun. Tanpa sadar Baekhyun terhanyut dalam tatapan teduh pria itu hingga kata-kata pria itu lolos begitu saja dari otaknya. Dia tidak fokus untuk sesaat.
"Anda hendak ke gedung SM Arsitektur kan? Mari pakai payung ini bersama. Ini cukup untuk kita berdua."
Untung saja kalimat kedua dari pria itu berhasil mengembalikan kewarasan Baekhyun, hingga membuat Baekhyun segera mengangguk untuk menutupi rasa kagumnya pada pria yang berdiri di hadapannya itu.
"Iya, terimakasih."
Kedua pria itupun berjalan beriringan di bawah payung biru menuju gedung SM Arsitektur yang sebenarnya hanya tinggal beberapa meter lagi di depan mereka. Tapi mereka tidak peduli, seolah-olah itu adalah perjalanan yang sangat lama bagi mereka. Di bawah salju yang terus turun, mereka tidak pernah tahu takdir apa yang akan mereka temui selanjutnya.
-o-
Hari ini memang hari pertama Baekhyun masuk kerja sebagai pegawai magang di bagian perencanaan SM Arsitektur. Tapi dia sudah sangat sibuk mengerjakan banyak hal sejak pagi, karena hari ini adalah hari pengangkatan daepyo baru di perusahaan tempatnya bekerja. Yang lebih menyebalkan lagi adalah dia tidak merasa seperti pegawai bagian perencanaan karena sedari tadi yang dia lakukan adalah menyiapkan aula untuk acara itu.
Saat jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Semua orang sudah berkumpul di aula. Para dewan direksi dan pegawai dengan jabatan tinggi duduk di kursi bagian depan dengan meja yang dihiasi bunga yang cantik. Sedangkan pegawai dengan jabatan menengah berada di bagian belakang duduk di kursi yang berjajar tanpa meja. Sedangkan pegawai dengan jabatan rendah berdiri di ambang pintu, termasuk Baekhyun dan keempat rekannya yang merupakan pegawai magang.
Dari yang Baekhyun dengar, daepyo baru SM Arsitektur bernama Park Chanyeol. Orang itu adalah cucu laki-laki satu-satunya dari Hwejang SM Grup. Usianya juga masih terlalu muda untuk menjabat sebagai daepyo sebuah perusahaan besar. Menurut pemikiran Baekhyun, hanya ada dua kemungkinan mendasar dibalik pengangkatan orang itu menjadi daepyo. Yang pertama, karena orang itu benar-benar hebat. Yang kedua, tentu saja karena kakeknyalah pemilik perusahaan ini. Meskipun begitu, sebenarnya dia tak terlalu tertarik, karena dia sudah bertekat akan berkerja dengan baik tidak peduli siapapun pemimpinnya.
Kedua mata bulan sabit Baekyun tidak bisa berhenti menatap ke arah podium saat pembawa acara mempersilahkan daepyo baru menuju podium. Bagaimana tidak, jika ternyata daepyo baru perusahaan tempatnya bekerja adalah pria yang tadi pagi menawarkan payung padanya. Hatinya bertanya-tanya. Bagaimana bisa seorang chaebol seperti Park Chanyeol bersikap sopan pada orang yang tidak dikenal sepertinya? Bagaimana bisa seseorang yang tampak seumuran dengannya sudah dipercaya memimpin sebuah perusahaan oleh keluarganya? Selain tampan dan baik, mungkin saja pria itu benar-benar pintar.
Lamunan Baekhyun terhenti saat dia merasa bahwa pandangan mata Park Daepyo-nim tertuju ke arahnya, membuatnya dengan reflek menunduk. Tapi sejenak kemudian dia mengangkat kembali wajahnya dan tersenyum karena merasa hal itu lucu. Dia hanya terlalu percaya diri bahwa mungkin saja pria mengingatnya. Padahal tidak mungkinkan seorang daepyo menatapnya yang notabene bukan siapa-siapa?
-o-
"Hei, aku tidak menyangka Park Daepyo-nim sangat tampan. Persis seperti yang aku dengar."
"Iya. Dia juga ramah pada para pegawai dan senyumnya juga sangat menawan."
"Aku dengar dia dari lulusan Harvard University. Dia sempurna. Kaya, baik, pintar, dan juga tampan."
"Tapi sayangnya tidak. Banyak rumor beredar kalau dia adalah seorang gay."
"Oh, sialnya. Padahal aku berniat menggodanya. Siapa tahu aku bisa jadi menantu SM Grup. Hahaha."
Baekhyun hanya bisa tersenyum kecil melihat para sunbae wanita di kantornya bergunjing tentang daepyo baru mereka di kantin. Ini sudah dua minggu lebih dan mereka masih saja membicarakan cerita yang sama berulang-ulang sampai dia sendiri saja bosan mendengarnya. Tapi entah mengapa wanita-wanita itu tidak. Apa yang salah dengan mereka?
Baekhyunpun memilih berlalu daripada harus terlibat dalam percakapan yang baginya sangat tidak penting itu. Tapi tiba-tiba saja salah satu sunbae wanita yang satu tim dengannya memanggilnya.
"Baekhyun-ssi, kau sudah selesai merapikan rancangan milikku tadi?"
"Sudah sunbaenim, saya juga sudah mengirimkannya pada Timjangnim."
"Kerja bagus."
Baekhyun hanya menunduk pada sunbaenya itu dan segera menuju mesin kopi. Dia hanya ingin mengganjal perutnya dengan kopi dan roti siang ini. Setelah mendengar kata-kata sunbaenya barusan, entah kenapa tiba-tiba saja selera makannya menghilang. Dia menyadari betapa melelahkannya menjadi pegawai magang. Hanya disuruh-suruh melakukan pekerjaan yang sebenarnya bukan tanggungjawabnya, bahkan terkadang untuk hal-hal yang bersifat pribadi. Tapi hanya untuk enam bulan saja. Dia hanya perlu bertahan selama enam bulan sampai pengangkatan resminya sebagai pegawai tetap.
Baekhyun berjalan dengan memegang gelas berisi kopi dan roti di tangannya. Dia sudah akan makan siang dan istirahat di atap kantor bersama sahabatnya, Kyungsoo. Sahabatnya itu telah diterima di perusahaan ini lebih dulu dari pada dia.
"Joesonghamnida."
Baekhyun dengan reflek membungkuk untuk meminta maaf saat tubuhnya secara tidak sengaja menabrak seseorang hingga kopinya tumpah ke baju orang itu. Dan sialnya, ternyata orang itu adalah Park Daepyonim. Dia gugup sekali saat Park Daepyonim menatap name tagnya.
"Tidak apa-apa. Jadi kau bekerja disini? Namamu Byun Baekhyun?"
"Saya pegawai magang di bagian perencanaan, Daepyonim. Dan benar nama saya Byun Baekhyun."
"Salju pagi itu tidak membuatmu sakit kan?"
"Aniyo, Daepyonim. Saya tidak akan sakit semudah itu di hari pertama bekerja."
"Baiklah, selamat bekerja Baekhyun-ssi."
Park Daepyonim tersenyum dan menepuk bahu Baekhyun sebelum akhirnya berlalu bersama sekretarisnya.
Baekhyun hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan keras untuk mengurangi kegugupannya karena baru saja melakukan kesalahan pada pemimpin utama di perusahaan tempatnya bekerja. Tapi untung saja Park Daepyonim tidak marah padanya. Dan lagi, dia juga merasa sedikit bangga karena bisa diingat oleh Park Daepyonim. Semua hal itu menambah kekagumannya pada sosok itu.
-o-
"Sepertinya Park Daepyonim tertarik padamu Baek. Aku melihat tatapan matanya padamu tadi."
"Jangan bicara sembarangan Kyung."
Do Kyungsoo adalah sahabat Baekhyun sejak SMA. Dulu saat SMA dia lebih pintar dari Kyungsoo. Tapi pada akhirnya dia harus mengakui bahwa Kyungsoo lebih baik darinya setelah sahabatnya itu diterima lebih dulu di perusahaan incaran mereka.
Siang itu, seperti biasa Baekhyun dan Kyungsoo menghabiskan sisa istirahat jam makan siang di atap gedung kantor mereka.
"Aku tidak bicara sembarangan Baek. Kau dengar sendiri kan kalau Park Daepyonim itu gay?"
"Hei, itu hanya rumor. Tidak pantas mengatakan hal semacam itu. Bagaimana jika Park Daepyonim mendengar dan tersinggung. Kau bisa dipecat."
"Tapi bagaimana jika dia benar-benar seorang gay? Kau tidak tertarik padanya?"
"Memang apa peduliku? Aku masih menyukai wanita cantik berdada montok."
"Jika dia tertarik padaku, aku bahkan rela mengganti orientasi seksualku. Dia seperti malaikat."
"Sudahlah. Kau mulai gila Kyung."
Baekhyun memilih pergi meninggalkan Kyungsoo. Dia bisa gila jika terus meladeni omongan ngawur sahabatnya itu. Karena kesal, dia melemparkan gelas plastik kopinya ke tempat sampah dengan sembarangan. Tapi untungnya lemparannya tepat sasaran.
-oOo-
Next/End?
-oOo-
Review = Next. No Respon = End.
Terimakasih telah menjadi pembaca yang baik. Semoga sehat selalu.
