Disclaimer:

Masashi Kishimoto

Pair:

SasuFemNaru

Hari ini adalah hari bahagia dalam hidupku. Bagaimana tidak? Hari ini aku akan menjadi salah satu bagian dari keluarga Uchiha. Yap, aku rasa kalian dapat menebaknya sendiri. Dengan senyum yang terus tersungging diwajahku, aku kembali berputar didepan sebuah cermin. Gaun pengantin berwarna putih yang kupakai ikut menari searah putaran tubuhku.

Ah, betapa cantiknya dirimu, Naruto. Aku yakin, mereka pasti akan memandangmu kagum ketika kau berjalan menuju altar, seruku dalam hati.

"Wah, adikku ternyata sangat cantik ya, un. Pantas saja si Uchiha itu tak mau melepaskanmu," ujar seorang pemuda berambut pirang panjang yang diikat tinggi seraya mencubit kedua pipiku dengan gemas. Tentu saja aku tak tinggal diam mendapat perlakuan seperti itu dari kakakku. Dengan segera aku pegang kedua tangannya yang berada dipipiku dan aku pelintir dengan sekuat tenaga sambil membalikkan tubuhku kearahnya. Tak ingin tangan anikiku patah, aku pun segera melepaskannya saat dia meringis kesakitan dan melempar death glare terbaiknya ke arahku.

"Aish, kau masih saja galak, un."

"Salah Dei-nii sendiri. Aku tak akan menyakiti Dei-nii jika saja dirimu tak mencubit pipiku seperti itu," ujarku sambil menggembungkan pipiku dan kembali menghadap cermin untuk melihat kedua pipiku yang kini memerah akibat cubitannya tadi.

"Hhaha.. gomen, Naru-chan."

"Aish, nii. Jangan mengacak-acak rambutku. Kau tahu, aku tak mau duduk berjam-jam lagi untuk menata rambut ini," ujarku sambil merapikan rambut yang kini terlihat agak berantakan. Beruntung tatanan rambutku masih dapat kurapikan hanya dengan menggunakan tangan. Entah apa yang lucu, Dei-nii terus saja tertawa melihatku berguman tak jelas akibat ulahnya. Sepertinya dia sudah puas mentertawakanku karena kini tawanya sudah tak terdengar lagi dan tergantikan oleh senyuman manis dari bibirnya. Dengan perlahan, Dei-nii memutar tubuhku agar aku menghadapnya.

Dapat kulihat tatapan lembut dan senyum manis yang jarang diperlihatkannya. Dan, hey! Apa itu? Air mata? Kenapa Dei-nii mengeluarkan air mata? Kenapa Dei-nii malah menangis? Aaargh, apa aku berbuat kesalahan padanya? Apa karena perbuatanku tadi? Ap-kurasakan tubuhku menghangat karena pelukan tiba-tiba yang dilakukan oleh anikiku dan itu membuatku menghentikan pertanyaan-pertanyaan dalam kepalaku.

"Rasanya aku tak rela jika kau menikah hari ini Naru."

"Eh, kenapa? Jangan berkata seperti itu, kau kan tahu ini pernikahan ketigaku dan aku tak mau menghancurkannya lagi."

"Hhaha.. aku tahu, un. Aku hanya berpikir, pasti aku akan merasa kesepian jika kau tak ada," ujarnya seraya melepaskan pelukannya.

"Maka dari itu, cepatlah mencari kekasih agar kau tak kesepian," saranku yang langsung dihadiahi dengan cubitan dipipi kananku sebelum dia berlari meninggalkanku seraya berkata, "Cepat selesaikan acara meriasmu, kita harus segera berangkat."

"Ugh, dasar baka aniki! Seenaknya saja dia mencubit pipiku!" gumamku lirih. Kulihat pipiku kembali memerah akibat cubitannya.

"Pernikahan ketiga ya? Aku tak boleh mengecewakan Sasuke lagi," tekadku.

XOXOXOXO

Tiiiinnnnnn

"Kalau begini caranya, bagaimana aku bisa cepat sampai ditujuan?"

"Tenanglah Naruto. Sasuke pasti mengerti," ujar seorang wanita berambut merah panjang yang mengenakan gaun berwarna cream.

"Iya, tapi sampai kapan?"

"Sepertinya ini akan lumayan lama," ujar seorang pria berambut pirang dengan tux berwarna hitam.

Naruto yang tak ingin membuat Sasuke menunggu lama, mendapatkan sebuah ide dikepalanya.

"Kaasan, tousan, aku kan naik bus saja." Setelah berkata seperti itu, Naruto segera keluar dari mobil dan berlari menuju halte bus terdekat dan menghiraukan teriakan dari kedua orang tua serta kakaknya yang memerintahkannya untuk kembali kedalam mobil.

Kini berpasang-pasang mata menatap heran pada seorang gadis dengan gaun pengantin putih sederhana tengah berlari dijalan. Kini gadis itu tengah berdebat dengan seorang polisi yang menghalangi jalannya karena jalan yang akan dilewatinya belum bersih benar dari puing-puing keelakaan mobil yang menyebabkan kemacetan.

Dengan berat hati, Naruto kembali kepinggir jalan. Setelah melihat polisi itu telah telah pergi, Naruto segera berlari dan melompat keatas sebuah mobil yang telah remuk yang menghalangi jalannya dengan sandal high heels ditangannya.

"Hei, nona! Cepat turun dari sana!" ujar seorang polisi yang tadi menghalangi Naruto dan berniat menariknya turun. Melihat hal itu Naruto segera melompat dari mobil tersebut dan berlari meninggalkan tempat itu dengan seorang polisi yang memaki dirinya.

Setelah berlari cukup jauh, akhirnya Naruto tiba di halte yang ditujunya. Beruntung sudah ada sebuah bus yang datang, sehingga tak perlu waktu lama untuk Naruto menunggu bus dan membuang waktunya yang berharga. Naruto kembali berlari sekuat tenaga ketika dilihatnya pintu bus yang akan segera menutup.

Naruto pun bernapas lega ketika akhirnya dapat masuk kedalam bus sebelum pintunya benar-benar menutup. Setelah membayar sejumlah uang, Naruto berjalan memasuki bus untuk mencari tempat duduk.

Brugh

Namun tubuhnya terjatuh ketika dia melangkah dikarenakan bagian bawah gaunnya terjepit oleh pintu bus yang tertutup. Setelah dibantu oleh seorang ibu-ibu, Naruto pun melangkahkan kakinya menuju sebuah kursi dibagian belakang.

'Yah, gaunnya sobek, bagaimana ini? Semoga Sasuke tak marah saat melihatnya,' batin Naruto.

Naruto pun menyamankan dirinya dengan bersandar dikursi seraya melihat pemandangan diluar jendela.

'Sebentar lagi aku akan menikah dengan Sasuke. Ah, seperti mimpi saja rasanya. Aku sugguh beruntung memiliki Sasuke. Setelah acara pernikahan kami yang pertama batal karena aku tersesat dalam hutan ketika mendaki gunung dan masuk rumah sakit karena aku mendapat pukulan dari segerombol pemuda ketika dalam perjalanan menuju tempat pernikahanku pada pernikahanku yang kedua. Dan kali ini, aku tak akan mengacaukannya. Harus.' Perlahan-lahan mata birunya terpejam dan mulai membawanya pada sebuah mimpi yang indah.

XOXOXOXOXO

Tut.. tut.. tut..

Cklek

"Sasuke, apa Naruto sudah tiba di sana, un?"

"Tentu saja belum. Bukankah dia bersamamu, Dei-nii?"

"Eh, tadinya. Ta-"

"TADINYA?"

"Hei, Sesuke! Tenang dulu, un. Biarkan aku bercerita."

"Hn." Deidara hanya bisa memutar bola matanya saat mendengar jawaban sang adik ipar.

"Tadinya Naruto memang bersama kami, un. Tapi kami terjebak kemacetan karena ada kecelakaan mobil dan menghalangi jalan. Karena Naruto tak sabar, jadi dia pergi sendiri dengan bus. Harusnya saat ini dia sudah sampai di sana, un."

"Dan kau tak mencegahnya?"

"Ak-" ucapannya terpotong saat Sasuke memutuskan sambungan teleponnya. Dengan kesal sambil menggerutu, Deidara pun mentutup ponselnya.

"Naruto tak ada di sana?" Tanya Kushina dengan wajah khawatir yang dibalas dengan gelengan kepala dari Deidara yang menyebabkan wajah cantiknya terlihat sangat khawatir.

"Dasar gegabah," guman Minato tanpa melepaskan pandangannya pada jalan yang dilaluinya.

XOXOXOXOXO

"Bagaimana? Naruto akan tiba?" Tanya seorang wanita dengan dress panjang berwarna putih kepada pemuda tampan dengan rambut yang melawan gravitasi.

"Entahlah."

"Sesuatu terjadi pada Naruto?" Tanya seorang pria dengan tux hitam.

"Entahlah. Dia pergi menggunakan bus karena tak sabar menunggu jalan yang akan dilaluinya dibersihkan dari puing-puing kecelakaan."

"Mungkin Naruto hanya sedikit telat. Apa kau sudah menghubunginya?" tanya sang kakak yang memakai tux hitam seperti sang ayah. Setelah mendengar pertanyaan sang kakak, Sasuke langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Naruto. Setelah menunggu beberapa saat, ponsel itu pun akhirnya diangkat.

"Hei, Dobe. Kau ada di mana? Harusnya kau tak pergi sendirian, kau mau acara kita batal lagi?"

"Sudah selesai? Aku Deidara. Bu-" Tak mendengar suara cempreng sang kekasih, Sasuke langsung menutup ponselnya dan bergegas keluar gedung untuk mencari Naruto. Sedangkan keluarganya berusaha membuat para tamu tidak bosan dan tetap berada didalam gedung.

XOXOXOXOXO

Mata birunya mulai terbuka dan mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retinanya. Gedung-gedung tinggi menjulang keangkasa menjadi pemandangannya kini. Merasa bingung dengan tempatnya berada, Naruto melangkahkan kakinya menuju sang supir dan bertanya. Betapa terkejutnya Naruto saat mendapat jawaban kalau dirinya kini berada di Tokyo. Dan itu artinya dia sudah berada jauh. Sangat jauh dari tempat pernikahannya dilangsungkan.

Wajahnya menatap bingung sekelilingnya saat dirinya telah turun di pemberhentian selanjutnya. Gadis cantik itu sungguh tak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini.

Setelah berjalan sembarang arah, naruto pun terduduk dipinggir jalan dengan wajah yang hampir menangis.

"Ugh, dasar bodoh! Kenapa tak membawa uang lebih. Sekarang aku harus bagaimana? Ah, telepon Sasuke saja. Bagus Naruto, kau meninggalkannya dimobil. Huwa~ aku benar-benar tak tahu harus bagaimana," ujar Naruto sambil mengacak-acak rambutnya dan membuatnya berantakan. "Bagaimana dengan pernikahanku? Hiks.. kaasan, tousan, Dei-nii, Sasuke, aku harus bagaimana?" Cairan bening telah menetes dari mata birunya. Namun sedetik kemudian kepalanya yang sedari tertunduk kembali terangkat. Dengan tekad yang kuat, Naruto menghapus air matanya. Ide pun muncul dikepalanya saat matanya tertuju pada sepasang sandal high heels yang dia letakkan disampingnya. Senyum pun kembali terkembang dibibirnya.

XOXOXOXOXO

Seteleh tiga puluh menit, akhirnya sandal high heels miliknya pun terjual. Meskipun bukan jumlah yang banyak, setidaknya uang itu bisa dia gunakan untuk kembali ke Konoha menggunakan bus. Langkahnya terhenti ketika dilihatnya seorang wanita tua tengah dirampok oleh lima orang pemuda disebuah gang sempit. Rasa bimbang menghampirinya, disatu sisi dia ingin menolong wanita tua itu, tapi disisi lain Naruto tak ingin mengingkari janjinya pada Sasuke untuk tak berkelahi lagi. Namun tekadnya menjadi bulat untuk menolong wanita tua itu saat salah satu dari lima orang itu mulai mengeluarkan pisau dan mengacungkannya kehadapan wanita tua itu. Sasuke pasti akan mengerti, pikirnya. Tanpa membuang waktu lagi Naruto segera menghampiri orang-orang itu.

Merasa acaranya terganggu oleh seorang gadis, tatapan mereka pun kini mengarah kepada seorang gadis dengan gaun pengantin yang sobek dibagian bawah dengan riasan wajah yang telah luntur dengan debu yang melekat pada wajah tannya serta rambut yang acak-acakan. Merasa ditantang, kelima orang itu mulai menghajar Naruto. Baku hantam tak tadap terelakkan lagi. Satu persatu mereka mulai maju untuk memukul wajah cantiknya, tapi bukan Naruto namanya jika tak dapat menghindar dari serangan mereka, bahkan tangan mulusnya selalu berhasil menghantam bagian tubuh dari para perampok itu. Tapi Naruto tak dapat mengelak saat sebuah pukulan menghantam pipinya yang membuat bibirnya sedikit sobek dan mengeluarkan darah. Para perampok itu tertawa saat melihat Naruto terhuyung. Dan satu pukulan kembali diterimanya dibagian perut, membuatnya merunduk sambil meringis kesakitan.

Namun amarahnya kembali muncul ketika salah satu dari orang itu kembali melepaskan perhiasan wanita tua itu secara paksa. Dengan membabi buta, Naruto kembali menghajar orang-orang itu. Merasa kewalahan menghadapi Naruto, kelima orang tersebut langsung lari tunggang langgang. Dengan memegangi perutnya yang terasa sakit akibat pukulan yang kembali diterimanya, Naruto mengembalikkan kalung yang terjatuh saat mereka berlari kepada wanita tua itu. Naruto yang merasa iba saat melihat wanita tua itu menangis karena uang yang digunakannya untuk membeli obat cucunya telah dirampok, akhirnya memberikan seluruh uang yang dia punya-hasil dari menjual sandal high heels miliknya-. Setelah mengucapkan terima kasih, wanita tua itu meninggalkan Naruto yang kini tak tahu akan kembali ke Konoha dengan menggunakan apa.

Setelah merenung beberapa saat, akhirnya Naruto memutuskan akan berjalan atau setidaknya menumpang. Setelah bertanya pada beberapa orang arah menuju Konoha, Naruto pun mulai melangkahkan kakinya.

XOXOXOXOXO

Aku langsung pergi dari gedung tempatku akan melangsungkan pernikahan saat mendengar bahwa pengantin wanitaku pergi seorang diri menggunakan bus. Aku mungkin tak akan sekhawatir ini jika sejam yang lalu dia telah tiba. Seharusnya hanya membutuhkan waktu satu jam setengah jika menggunakan bus dari daerah rumahnya. Ya, aku akui gedung tempat kami melangsungkan pernikahan memang lumayan jauh, tapi setidaknya dia tak perlu tersasar kan?

Pukul 15.00, seharusnya kami sudah menjadi pengantin baru dan menikmati pesta pernikahan kami. Aku ralat, seharusnya sudah tiga jam dia menjadi istriku. Tapi sepertinya aku harus bersabar karena si bodoh itu tak kunjung datang.

Ini ketiga kalinya dia membuatku khawatir. Setelah dua pernikahan kami yang batal karena sikap cerobohnya, apa kali ini akan gagal juga? Aku harap kau mengingat kata-kataku, bahwa ini adalah kesempatan terakhirmu.

Kuedarkan pandanganku kearah jalan, berharap aku dapat melihat gadis berambut pirang itu. Aku sudah mengendarakan mobilku dari halte yang mungkin tempatnya menaiki bus hingga aku akan tiba kembali di halte daerah gedung di mana pernikahanku akan dilangsungkan. Tapi aku tetap tak melihat sosoknya. Akhirnya aku pun kembali menelusuri rute bus yang digunakan Naruto dan berharap aku dapat segera menemukannya.

XOXOXOXOXO

Kini jam telah menunjukkan pukul 17.00. Tak ada tanda-tanda kedatangan Sasuke maupun Naruto. Para tamu undangan sudah terlihat bosan menunggu dan hendak pulang, namun hal itu tentu saja dicegah oleh keluarga Uchiha dan Uzumaki itu. Sekuat tenaga, kedua keluarga itu menahan kepergian para tamu undangan dengan segala cara baik dengan hiburan maupun acara makan yang dimajukan, bahkan para akatsuki turut membantu dengan membuat suatu lelucon maupun bernyanyi agar para tamu undangan itu tetap pada tempatnya. Tapi sepertinya cara itu tak mampu menahan mereka.

Pandangan mereka kini tertuju pada sosok pemuda tampan dengan raut wajah kesal yang kini memasuki gedung. Rasa senang tampak terlihat diwajah para tamu undangan dan kedua keluarga itu, tapi rasa senang itu tak bertahan lama ketika tak dilihatnya pengantin wanita yang berada disamping maupun di belakang pemuda bermarga Uchiha itu. Bisik-bisik pun terdengar riuh didalam gedung.

Keadaan kembali tenang saat pemuda berambut raven itu berdiri dihadapan mereka dengan microphone ditangan kanannya.

"Sebelumnya, saya perwakilan dari keluarga Uchiha dan keluarga Uzumaki mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kehadiran anda semua dan telah bersedia menunggu selama berjam-jam. Maaf atas keterlambatan pengantin wanita yang telah membuat anda semua menunggu terlalu lama. Dan dengan berat hati saya katakan.." Sasuke mengambil napas sejenak, "pernikahan ini dibatalkan. Terima kasih." Rasa terkejut tampak diraut wajah semua orang dalam gedung itu termasuk kedua keluarga yang mengadakan acara pernikahan anak mereka. Setelah kata terakhir yang diucapkan Sasuke, para tamu undangan mulai pergi meninggalkan gedung tersebut dengan perasaan terkejut, bingung, maupun kesal karena penantian mereka yang sia-sia. Sementara itu kedua keluarga tersebut berjalan mendekati Sasuke.

"Sasuke apa yang kau lakukan?"

"Sasuke, di mana Naruto? Apa kau tak menemukannya?"

"Kau harus berpikir dengan baik sebelum bertindak, Sasuke."

"Sasuke, jawab pertanyaan kami."

"Aku tak menemukannya. Tapi aku sudah menyuruh orang yang kukenal untuk ikut mencarinya. Jadi kalian tak perlu khawatir. Sebaiknya kalian pulang saja, aku akan menunggunya di sini," ujar Sasuke dingin.

Brugh

Sebuah pukulan mendarat dipipi mulusnya dan membuat kedua keluarga itu melebarkan matanya.

"Kau. Kenapa kau seenaknya saja membatalkan pernikahan ini, un! Kau tahu, Naruto sudah menantikan ini sejak lama!" Deidara akan kembali memukul Naruto kalau saja tubuhnya tak ditahan oleh Itachi.

"Cih, kau pikir aku tak menantikan ini? Aku sudah cukup bersabar dan kembali membuat acara pernikahan lagi. Tapi lihat yang dilakukan adikmu itu," ujarnya dingin sambil mengelus pipinya yang terasa sakit. Rasanya Deidara ingin kembali memukul pemuda yang dicintai adiknya itu, tapi tetap saja tidak bisa karena Itachi masih saja memegang tubuhnya dan membawanya pergi menjauhi Sasuke.

"Sebaiknya kaasan, tousan, bibi dan paman kembali ke rumah," ujar Itachi sambil menahan tubuh Deidara yang masih saja berontak.

"Tapi bagaimana dengan Naruto?" ujar Kushina sambil terisak. Minato yang melihat itu langsung merangkul sang istri dan berkata, "kita percaya saja pada Sasuke, ayo." Minato pun langsung membawa Kushina pergi mengikuti Itachi yang telah terlebih dahulu pergi.

"Aku harap kau tak menyesali apa yang sudah kau perbuat, anak muda," ujar Fugaku seraya menepuk pundak anak bungsunya itu dan merangkul Mikoto yang menangis dan membawanya pergi.

Setelah semua orang pergi meninggalkan gedung itu, Sasuke pun terduduk pada sebuah kursi sambil meremas dan mengacak-acak rambutnya.

XOXOXOXOXO

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Naruto mendapat tumpangan yang akan membawanya kembali ke Konoha. Yah, meskipun dia harus berbaur dengan para kambing karena tempat duduk didepan telah penuh. Naruto tahu jika ini sudah malam, terlihat dari bulan yang telah menggantikan matahari dan langit malam yang berbintang. Dan Naruto pun tahu jika dia telah kembali melewatkan hari yang sangat penting dalam hidupnya. Dia tahu ini adalah kesempatan terakhirnya dan dia telah melewatkannya karena tak mau menunggu bersama keluarganya dan dengan bodohnya tertidur dalam bus hingga terbawa sangat jauh dari Konoha. Dan saat ini dia hanya bisa berharap Sasuke mau kembali memaafkannya dan mau mengerti.

XOXOXOXOXO

"Bagaimana? Apa kau sudah menemukannya?"

"Ck, mendokusei. Pengantinmu berada di Tokyo beberapa jam lalu," ujar pemuda disebrang sana sambil sesekali menghirup rokok yang ada ditangannya.

'Benarkah? Kenapa tadi aku tak menemukannya?'

"Dan menurut penuturan beberapa orang, kekasihmu sudah naik sebuah mobil yang membawa kambing ke Konoha. Jadi kau tak perlu khawatir, karena tak lama lagi pengantinmu akan segera tiba," lanjutnya.

"Hn. Terima kasih Shika."

"Hn."

Kata terakhir dari seseorang bernama Shikamaru memutus sambungan telepon mereka.

XOXOXOXOXO

Huwaa~ akhirnya aku tiba juga di Konoha. Rasanya tak sabar untuk segera bertemu dengan Sasuke dan meminta maaf serta menjelaskan semuanya pada Sasuke. Dengan berlari aku melangkah menuju gedung tempat pernikahanku. Tinggal dua blok lagi sebelum aku sampai di sana. Kuhiraukan kakiku yang terasa sakit karena lecet bahkan mengeluarkan darah karena aku berlari tanpa menggunakan alas kaki.

Setelah berlari sekuat tenaga, akhirnya aku tiba di gedung pernikahanku. Kubuka pintu besar yang tertutup itu dan mulai berjalan memasuki gedung dengan nuansa putih dan gold dengan kursi-kursi yang berjejer rapi. Ruangan itu telah kosong, tak ada satu orang pun dalam ruangan itu kecuali seorang pemuda yang tengah duduk dikursi paling depan sambil sedikit menunduk dan memegang kepalanya, Sasuke.

XOXOXOXOXO

Sasuke yang menyadari ada orang lain selain dirinya dalam ruangan itu langsung membalikkan badannya. Betapa terkejutnya dia saat didapatinya sang kekasih dengan penampilan yang buruk. Rasanya ingin sekali Sasuke memeluk kekasihnya itu, tapi hal itu terbuang jauh saat dia mengingat apa yang dilakukan gadis itu dalam hari pentingnya ini.

"Sasuke, aku minta maaf. Ak-"

"Ini kesempatan terakhirmu dan kau telah menyia-nyiakannya. Aku rasa segalanya sudah jelas," ujar Sasuke dingin.

Deg

Mata biru itu melebar dan mulai meneteskan air mata. Meskipun dia sudah tahu akan seperti ini jadinya, tapi berharap lebih juga tak apa kan.

"Sasuke, biarkan aku menjelaskan dulu padamu," ujar Naruto menahan kepergian Sasuke dengan menggenggam tangannya.

"Seperti kataku tadi, segalanya sudah jelas. Satu hal yang aku tahu dan aku pahami, kau tak pernah benar-benar serius dalam hubungan kita." Disentakkannya tangan tan itu dari lengannya dan pergi meninggalkan Naruto.

Hancur.

Itulah yang kini Naruto rasakan. Dia telah melewatkan kesempatan yang diberikan Sasuke dan kini dia akan benar-benar terpisah dengan Sasuke. Hal yang sangat tidak dinginkanya. Dengan terduduk lemas dilantai, Naruto menangis dalam diam sambil merutuki kebodohannya.

TBC

Huwaa~ satu lagi fic gaje dari chira XD rencananya fic ini mau dipublish setelah salah satu fic multichap chira tamat. Tapi berhubung takut idenya hilang, jadi aku publish aja.

Buat yang minta sekuel My Boyish Girl, ini chira buat untuk kalian semua minna-san. Maaf kalo gaje, aneh, jelek. Aku harap kalian suka :D

Kritik? Saran?

~RnR please~