Dimple
Chapter 1: Gaze
.
.
BTS Fanfiction
Romance, Humor, University!AU, BoyxBoy
Main!Namjin, Slight!Yoonmin, Kookv
Kim Namjoon x Kim Seokjin
Rating: M
.
.
.
Happy Reading! -Buttermints-
.
.
.
"Hhh... kemana bocah pendek itu?"
Seokjin mengetuk-ngetukkan tangannya ke atas meja dengan tidak sabar. Sudah hampir satu jam dia terlantar sendirian di kantin fakultas, menunggu kawannya yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.
Iced Americanonya sudah habis sejak tadi, begitu pula dengan kesabarannya yang sudah sampai di ubun-ubun.
Sungguh, jika bukan karena tugas artikel yang harus dikumpulkan besok, ia tak akan sudi menunggu lama-lama disana.
Drrt– Drrt–
Seokjin buru-buru meraih ponselnya yang bergetar di atas meja. Ditekannya ikon telepon berwarna hijau dengan emosi begitu netranya menangkap nama 'park chimchim' tertera di layar, bersiap untuk melontarkan sumpah serapah di detik pertama telepon tersambung.
"Hal–"
"Park Jimin sialan! Kemana saja kau baru menghubungiku sekarang?!"
Teriakan emosional itu sontak mengundang perhatian mahasiswa lain yang juga berada di kantin.
"Ehehe... Maaf hyung, aku menemani yoongi-hyung ke toko alat musik setelah kelas tadi dan aku lupa memberitahumu."
"Maaf kepalamu! Aku terlantar selama satu jam di kantin dan kau malah enak-enakan kencan dengan kekasih albinomu itu?!" Ucapnya, masih dengan amarah yang meletup-letup.
Pria cantik itu sadar jika tengah diperhatikan sedari tadi, tapi masa bodoh, ia sudah terlanjur kesal dan kekesalan itu harus segera dikeluarkan.
Bukankah tidak baik jika memendam kekesalan lama-lama?
"Aish... bukan kencan hyung, tapi menemani!"
"Persetan dengan alasan bodohmu, sekarang bagaimana? Artikel itu harus dikumpulkan besok dan kita belum mengerjakan apapun!"
"Begini saja, karena aku ada di luar, kita rubah tempat pertemuannya di cafe yang berada tak jauh dari kampus."
Sebuah perempatan imajiner mendadak muncul di dahi Seokjin. Emosi yang tadi sempat mereda kembali naik ke puncak kepalanya.
"Gila! Kau sudah seenaknya menelantarkanku dan sekarang kau minta aku untuk menyusulmu kesana?!"
"Ayolah hyung~ hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit dengan jalan kaki. Aku malas putar arah hehe."
Seokjin menghela napas lelah. Kenapa untuk menyelesaikan satu artikel saja harus semelelahkan ini. Ia bisa dengan mudah menyelesaikan sebuah artikel dalam waktu singkat jika mengerjakannya sendiri.
Catat! sendiri.
Yang berarti tanpa campur tangan si Park bantet ataupun orang lain.
Baiklah Kim Seokjin, segera selesaikan ini dan kau bisa berguling-guling ria di ranjang kesayanganmu. Batinnya.
"Oke, beritahu aku nama tempatnya."
"Sugar Cube, letaknya bersebrangan dengan kampus kita. Kau tinggal berjalan sedikit dari pintu masuk, lalu menyebrang, dan tara! Kau temukan tempatnya!" Jimin menjelaskan dengan semangat.
"Ya... ya... Aku paham, kita bertemu disana. Awas jika kau tidak datang, aku akan menggunduli rambutmu dan membuatmu menyesal seumur hidup." Ancamnya.
"Siap hyung! Samp–"
PIP
Sambungan telepon dimatikan secara sepihak oleh Seokjin. Ia segera membereskan barang-barangnya dan pergi dari sana untuk menyusul Jimin.
Sementara jauh disana Jimin sibuk mengumpati Seokjin yang memutus telepon dengan tiba-tiba.
.
.
~Buttermints~
.
.
Siang itu matahari bersinar begitu terik, lebih terik dari biasanya. Langit tampak bersih dari awan, menandakan cuaca cerah ini akan bertahan lama.
Suhu udara yang cukup panas turut mempengaruhi penampilan Seokjin yang tengah berjalan kaki di trotoar. Surai hitamnya tampak lepek akibat keringat, ujung kemeja baby pink yang awalnya dimasukkan rapi kedalam celana, kini terlihat keluar di beberapa sisi. Wajah yang selalu dipuji manis oleh ibunya itu tampak menekuk, badmood karena panas matahari yang serasa membakar kepala dan kulitnya.
Sungguh, Seokjin benci panas dan terkutuklah Park Jimin yang memintanya untuk berjalan kaki di siang bolong seperti ini.
"Akhirnya."
Seokjin berhenti di depan sebuah bangunan minimalis dua lantai dengan papan nama besar bertuliskan "Sugar Cube" di atas pintu masuk. Bangunan itu didominasi oleh dinding kaca transparan sehingga bagian dalam cafe terlihat jelas dari luar.
Drrt– Drrt–
Pemilik surai hitam itu mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam cafe ketika merasakan getaran di saku celananya. Ia sedikit menyingkir dari depan pintu seraya menjawab telepon yang ternyata dari Jimin.
"Hyung kau sudah sampai?"
"Ya, baru saja. Kau duduk di bagian mana?" Hening selama beberapa saat, Seokjin tampak menautkan alisnya. "Jim?"
"Ehehe sebenarnya aku masih di jalan hyung."
Seokjin berusaha untuk tidak mengumpati teman bantetnya saat itu juga. Mencoba menyelamatkan imagenya sebagai pria baik-baik.
"Cepat datang atau aku akan mengerjakan artikelnya sendiri dan mencoret namamu dari artikel itu untuk selama-lamanya." Ujarnya penuh penekanan.
"Eey~ kenapa kau tega sekali padaku hyung~." Jawab Jimin setengah merengek. "Jalanan sedang ramai dan macet, makanya aku terlambat."
"Simpan alasanmu dan cepat datang kemari! Aish!"
"Hehe siap! Ah hyung, tolong pesankan Caramel Macchiato dengan es dan sedikit gula, lalu Chocolate Croissant. Terimakasih hyung!"
"Ya! Park Jim–"
Tuut Tuut Tuut
"Bantet sialan!" Umpatnya saat sadar bahwa sambungan telepon itu sudah diputus secara sepihak oleh Jimin. Ia kembali mengantongi ponselnya dengan kasar kemudian melangkah masuk ke dalam cafe.
Aroma khas kopi serta manis gurih kue dan pastry langsung menyapa indera penciuman Seokjin ketika ia membuka pintu. Pandangannya tampak mengedar ke sekeliling cafe yang saat itu cukup ramai. Maklum saja, sekarang adalah jam istirahat makan siang, pasti banyak orang yang datang untuk mengisi perut lapar mereka.
Bagus, masih ada beberapa tempat kosong di lantai bawah jadi aku tidak perlu naik ke lantai atas. Ujarnya seraya menyunggingkan senyum puas, merasa senang karena tidak perlu menghabiskan sisa tenaganya untuk menaiki tangga.
"Caramel Macchiato dingin dengan sedikit gula dan Chocolate Croissant." Seokjin menggumamkan titipan yang disebutkan Jimin sambil merogoh tas merk Gucci keluaran terbaru-hadiah dari Taehyung-miliknya. "Aish, kemana lagi dompetku."
Seokjin tampak sibuk mencari-cari dompet yang mendadak raib di dalam tasnya, tak menyadari bahwa sekarang adalah gilirannya untuk memesan.
"Silahkan tuan."
Suara berat si penjaga kasir menyadarkan Seokjin dari kesibukannya. Pria cantik itu segera mendekati meja kasir disela-sela kegiatannya mencari dompet di dalam tas.
"Aku pesan satu Chocolate Croissant- ah ini dia." Seokjin menghembuskan napas lega ketika ia berhasil menemukan dompetnya. "dan–"
Ucapannya seketika terhenti saat manik gelapnya menangkap sosok pria penjaga kasir yang tengah tersenyum ramah. Tubuhnya tampak mematung di tempat dengan mata yang terfokus pada wajah si pria.
Sial, kenapa sepasang lubang di pipi itu terlihat menggemaskan.
"Apa ada lagi tuan?"
Suara berat itu berhasil mengembalikan kesadaran Seokjin. Shit! Kau baru saja memandangi orang lain secara terang-terangan Kim Seokjin, memalukan. Monolognya dalam hati.
"Satu French Fries Medium dan satu Caramel Macchiato." Ujarnya–sok–tenang. Berusaha tetap terlihat cool meski jantungnya sedang berdetak tak karuan dan hatinya diliputi rasa malu.
Si penjaga kasir tampak mengangguk seraya mengoperasikan mesin di depannya, sementara Seokjin kembali sibuk mematai setiap pergerakan pria bersurai ash brown itu.
Tubuh tinggi, lengan kokoh, dada bidang yang tampak keras, ditambah lesung pipi yang muncul saat tersenyum. Pria ini terlihat sangat–
"Ah, maaf untuk Caramel Macchiato anda ingin panas atau dingin?"
"–panas." Tanpa sadar Seokjin menyuarakan kesimpulan yang ia buat di kepalanya.
"Oke." Pria itu menekan beberapa tombol di layar. "Satu Chocolate Croissant, Satu French Fries Medium, dan satu Hot Caramel–"
Tunggu, Hot Caramel Macchiato?
"Sebentar! Maksudku Caramel Macchiato dingin dengan sedikit gula." Potongnya cepat.
Wajah setengah panik Seokjin memancing senyum dari pria penjaga kasir. Ia segera merubah pesanan di layar, menyesuaikan dengan permintaan pelanggannya.
"Chocolate Croissant, French Fries Medium, dan Iced Caramel Macchiato dengan sedikit gula. Ada lagi?" Seokjin menggeleng. "Semuanya 13000 won."
Seokjin terlihat menyerahkan sejumlah uang yang langsung diterima oleh si penjaga kasir.
"Pesanan anda akan diantarkan sebentarlagi, terimakasih." Ujar pria itu seraya menyerahkan selembar bon dan papan nomor kecil. Tak ketinggalan senyuman manis dengan sepasang cekungan di pipi yang kembali membuat Seokjin berdebar-debar.
Seokjin bergegas meninggalkan tempat pemesanan itu setelah menerima bon dan papan nomornya. Bentuk antisipasi agar ia tidak melakukan hal memalukan lainnya.
Mata pria berlesung pipi itu tampak mengikuti pergerakan Seokjin. Ia sangat tahu dan sadar jika pria bersurai gelap tersebut memperhatikannya saat memesan tadi. Bukan berarti selama ini dia tidak pernah diperhatikan oleh orang lain, tapi entah kenapa pandangan lelaki itu memunculkan debaran aneh di dada sebelah kirinya.
Seingatnya ia tidak pernah memiliki riwayat penyakit jantung.
"–joon! Kim Namjoon!"
Namjoon tersentak, kepalanya reflek menoleh ke belakang. Disana sudah hadir sosok berkemeja putih dengan celemek hitam yang melingkar di pinggangnya.
"Bisakah kau ke belakang sebentar dan membantu Johnny untuk mengantarkan pesanan?"
Namjoon memutar matanya malas. "Bukankah sudah ada Jaehyun? Tugasku disini hanya menjaga mesin kasir."
"Ayolah bro, cafe sedang ramai dan Jaehyun masih sibuk mengurusi perutnya yang diare di toilet."
Pria bersurai cokelat kemerahan itu melempar senyum lima jarinya yang menyilaukan. Sementara Namjoon hanya meresponnya dengan sebuah desahan malas.
"Baiklah. Kau gantikan aku jaga."
"Ayey captain!"
Namjoon beranjak dari posisinya dan langsung digantikan oleh pria bercelemek tadi. Teringat akan sesuatu, Namjoon menghentikan langkahnya dan kembali berbalik menghadap punggung kawannya.
"Hoseok-ah kosongkan semua acaramu setelah shiftmu berakhir."
Pria bernama lengkap Jung Hoseok menolehkan kepalanya dengan senyum sumringah.
"Oke! Sudah kubilang otak jeniusmu itu butuh istirahat Joon. Tenang saja, aku punya banyak sekali rekomendasi bar untuk dikunjungi dan 'bersenang-senang'."
Pemilik surai ash brown hanya
memandang datar kawannya yang tengah menaik turunkan alis penuh arti.
"Aku ingin kau menemaniku ke rumah sakit."
"Sayang sekali. Kupikir kau akhirnya akan setuju untuk pergi ke bar." Hoseok nyengir kuda. "Memang kau mau apa di rumah sakit?"
"Aku akan melakukan tes ECG*."
"Whut? Bukannya itu dilakukan untuk memeriksa jantung?"
Namjoon mengangguk santai.
"Oh man... kau merasakan tanda-tanda terkena penyakit jantung?"
"Tadi jantungku berdebar tidak normal selama beberapa menit. Maka dari itu aku berniat memeriksakannya nanti."
"Oke oke aku akan menemanimu."
"Good. Aku ke belakang dulu."
Begitu Namjoon sudah menghilang dari pandangannya, Hoseok buru-buru mendial sebuah nomor di ponselnya.
"Halo? Bibi Kim? Gawat!"
.
.
~Buttermints~
.
.
Seokjin menatap sebal pria berpipi gendut yang sedang asik mengunyah Chocolate Croissantnya dengan semangat. Mengabaikan eksistensi pria berbahu lebar di hadapannya.
"Kau berhutang 13000 won padaku Chim."
"Hum–" Jimin membentuk tanda oke menggunakan jari. Mulutnya masih sibuk mengunyah potongan croissantnya yang terakhir.
"Cepat selesaikan dan bahas tugas kita. Aku ingin segera beristirahat di kasur kesayanganku."
Slurp–
"Ahh... segarnya."
Sekali lagi Seokjin harus menahan diri untuk tidak melempari Jimin dengan tanaman hias di atas meja.
"Bahas Dulu Tugasnya." Ujar Seokjin penuh penekanan.
"Kau tidak makan dulu hyung? Nanti kentangmu dingin."
"Nanti. Bahas dulu tugasnya."
Jimin mencebikkan bibirnya. Jujur saja dari awal ia malas mengerjakan artikel itu dan berniat menyogok partner kerjanya nanti agar ia tidak perlu ikut mengerjakan. Tapi niatnya langsung pupus begitu tahu jika yang menjadi partnernya adalah Seokjin, teman masa kecil kekasihnya.
Sudah pasti Jimin tidak akan selamat apabila berani menyogok Seokjin untuk menyelesaikan artikelnya sendiri.
"Baik... baik... aku sudah menemukan buku-buku sumber yang kau daftar kemarin lusa."
"Apa sekarang kau membawanya?"
Jimin segera mengambil sebuah totebag yang berisi buku-buku tebal dan meletakkannya di atas meja.
"Kau dapat semuanya?"
Seokjin tersenyum sumringah ketika melihat Jimin menganggukkan kepalanya. Sempurna.
"Baiklah, segera buka laptopmu dan kita bekerja sekarang. Kau buat abstrak, pendahuluan, dan penutup. Aku akan buat isinya."
"Ne hyung~."
Mereka berdua segera menyiapkan alat perang–laptop dan buku–masing-masing. Ditengah kesibukannya itu, netra gelap Seokjin tak sengaja menangkap sosok yang tadi sempat menarik perhatiannya. Pria kasir itu sedang mengantarkan pesanan milik pelanggan lain yang tak jauh dari mejanya.
Ah, tersenyum biasa saja sudah terlihat tampan, apalagi ditambah dengan dua cekungan kecil itu.
Sempurna.
"Jin-hyung aku minta kentangmu ya." Ujar Jimin seraya mengambil botol kecil berisi saus tomat.
Seokjin tak menyahut, masih asik mengagumi sosok yang sibuk mondar-mandir dengan nampan di tangan. Sedangkan pria bersurai blonde sibuk menggerutu karena saus tomatnya tidak mau keluar sedikitpun dari botol.
"Aish! Kenapa susah sekali sih?"
Ia tampak mengangkat botol itu sedikit ke atas, kemudian mengocok-ngocok dan menekannya sekuat tenaga.
CROTT–
Berhasil!
Jimin bersorak dalam hati, namun sayang sedetik kemudian senyuman puasnya memudar dan digantikan dengan ekspresi panik.
Setelah sadar jika tembakan sausnya sedikit meleset dan mengenai tas mahal milik Seokjin.
Holy crap!
Seokjin yang sudah puas memandangi sang pujaan hati kembali memfokuskan atensinya pada laptopnya.
"Baiklah ayo kita– Shit! Park Jimin! Apa yang kau lakukan pada tasku?!"
Teriaknya murka begitu mengetahui bahwa tas barunya terkena saus dengan jumlah cukup banyak.
"Ehehehe... aku tidak sengaja hyung."
Wajah manis yang lebih tua kini berubah jadi menyeramkan. Membuat Jimin bergidik di tempat. Sungguh, Seokjin yang sedang marah itu benar-benar tidak oke.
"Bersihkan sampai tak ada setitikpun noda di sana."
Jeda sejenak.
"Jika sampai saus sialan itu membuat lecet tasku barang sedikitpun–"
Jimin meneguk ludahnya kasar.
"–aku akan minta Yoongi untuk menggantinya sekaligus mengatakan jika kau sering tebar pesona ke mahasiswa baru."
Siapapun tolong selamatkan Jimin sekarang juga.
.
.
TBC
.
.
*ECG (Electrocardiogram): Sebuah proses medis yang bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan jantung dengan cara mengukur aktivitas listrik yang dihasilkan oleh jantung ketika bekerja.
.
.
Bukannya lanjut hutang malah nambah hutang, tolong maafkan aku XD
Kali ini bawain Namjin yang notabene salah satu OTP favorite aku sejak jaman dahulu kala muehehehe.
Next aku bakalan update salah satu hutang aku kok, mohon sabar menunggu~
Akhir kata, kutunggu kritik dan saran di kolom review yaa.
Thankyou~
Love
~Buttermints~
P.S: This is my first story on Wattpad sexykimbab.
