Hai minna~~ ^.^

Aoi datang lagi nich... #plak *nggak ada yang tanya*

Mohon dukungannya kembali yach... *tebar kiss bye* #dikeroyok massa

My Brother, My Lover

Disclaimer:

Kuroshitsuji ©Yana Toboso

My Brother, My Lover ©Aoi-Umay

Warning:

AU, OOC parah, typo, Cerita Geje, Yaoi

DLDR

R&R

Enjoy Reading ^o^

Chapter 1 : Dosen baru?

Mentari pagi mulai menyeruakkan cahayanya melewati tirai biru yang tersibak di lantai dua sebuah ruangan perumahan elit Pentonville street, sesosok remaja bersurai kelabu tengah mengercapkan matanya menyesuaikan dengan cahaya yang masuk melalui jendela di samping ranjangnya

"Hn" keluhnya

Remaja itu masih enggan untuk beranjak dari tempat tidur, namun bau wangi earl grey menganggu penciumannya, kemauan untuk segera meneguk cairan coklat favoritnya itu mengalahkan keinginannya untuk kembali bergelut dengan selimut beludrunya

Dengan masih berpenampilan yang super acak-acakan, pemuda bersurai kelabu itu segera melangkah menuju dapur yang menyatu dengan tempat makan di lantai satu, dia tak ingin jika telat mendapatkan 'morning tea'nya

"Kau sudah bangun Ciel?" sebuah suara membuatnya menongak dan mengaruk rambutnya yang tidak gatal

"Hn" jawab enggan pemuda yang di panggil Ciel itu

Pemuda yang tadi memanggilnya itu sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk sang adik, sepiring pancake dengan siraman selai blueberry yang mengiurkan tengah dibawa pemuda bersurai hitam legam dengan iris merah yang menyala ke hadapan sang adik yang tengah menyeruput morning teanya.

Sebuah senyum tersungging di wajah sang kakak sesaat dia meletakkan pancake di depan meja dan kemudian mengecup singkat pipi porselen sang adik

"Apa yang kau lakukan, Sebastian?" teriak si adik sambil mengusap pipi porselennya yang awalnya berwarna pucat tapi sekarang terdapat rona merah menyembul samar di sana

"Aku hanya mengambil jatah 'morning kiss' ku" jawab sang kakak enteng sambil mengangkat bahu, sebelum Ciel sempat membantah sang kakak yang tadi dipanggil Sebastian dia kembali berucap

"Ayolah Ciel, aku sudah menuruti kemauanmu untuk tidak menghidangkan susu di atas meja makanmu, dan kau sudah berjanji akan membiarkanku mengucup pipimu sebagai imbalannya"

Ciel mendengus kesal sebelum dia membalas kata-kata kakaknya "Hei.. mana ada saudara yang melakukan hal seperti itu?" sembur Ciel kesal

"Ciel... aku sudah melakukannya selama hampir selama enam bulan terakhir ini, kenapa kau selalu bertindak seperti aku baru melakukankannya pertama kali" jelas sang kakak tak mau kalah

Blus... semburat merah tak tadi nampak samar di pipi putih porselen Ciel kini makin melebar dan memenuhi semua wajah imutnya. Bagi Ciel sentuhan ringan dari Sebastian selalu terasa bagai sentuhan pertama yang ampuh membuat debaran jantungnya jadi tidak beraturan.

"Kau semakin mengemaskan jika bertampang seperti itu" goda sang kakak sambil mencubit lembut hidung sang adik

Sebastian yang tengah menikmati acara sarapannya sangat terhibur dengan tingkah adiknya yang sangat mengemaskan itu. Teriakkannya, makiannya pada Sebastian, semburat merah di wajahnya membuat hari-hari Sebastian bagai di surga saking bahagianya, dan membuat hidup Ciel makin sengsara karena tinggal serumah dengan kakak yang selalu mengodanya.

Mungkin tak akan ada yang percaya jika kedua pemuda yang tengah bersantap itu adalah saudara, karena pada dasarnya mereka memang bukan saudara kandung. Sebastian adalah putra baptis Vincent Phantomhive dan selama enam bulan ini Ciel tinggal berdua saja dengan Sebastian sejak Mr dan Mrs Phantomhive stay di Jepang untuk mengurus perusahaan yang di didirikan ayah Sebastian.

Beberapa bulan yang lalu Mr dan Mrs Phantomhive menyempatkan kembali ke London untuk menghadiri upacara kelulusan High School Ciel, namun mereka harus segera kembali ke Jepang karena keadaan perusahaan di Jepang belum stabil, mereka juga meminta Sebastian untuk mengurusi semua keperluan kuliah Ciel. Syukurlah Ciel memilih kampus yang sama dengan Sebastian itu membuat Sebastian lebih mudah mengurus semua keperluan sang adik, karena sang adik sangat tidak mau repot dengan mengurus semua urusan kuliahnya sendiri.

Jika mempunyai kakak yang bisa di andalkan kenapa tidak memintanya untuk mengurus semua keperluanmu, setidaknya itulah yang Ciel fikirkan. Dan sejak sebulan yang lalu Ciel bukan lagi siswa High School, Ciel kini sudah resmi menyandang status sebagai mahasiswa di Northumberland University

T^T

"Apakah hari ini kau mau berangkat denganku Ciel?" tawar sang kakak, saat dia melihat sang adik sudah selesai dengan acara sarapannya

"Kenapa? Tumben sekali kau berangkat ke kampus pagi-pagi? Bukankah jadwal kuliahmu tidak pernah sepagi ini?" berondong Ciel pada si reven

"Semalam profesor Aberline memintaku menemuinya pagi ini" terang Sebastian sambil membereskan piring makan Ciel

"Segeralah bersiap aku akan membereskan dapur dan kita akan berangkat bersama" perintah Sebastian kemudian di susul dengan gumaman tak jelas dari mulut Ciel

Tabiat Ciel yang dulu jelek kini menjadi semakin jelek saat orang tuanya tidak dirumah, Ciel yang dulu susah bangun pagi sekarang dia bangun lebih siang lagi, beruntung jadwal kuliahnya yang selalu dimulai jam sembilan pagi membuat Sebastian tak perlu repot-repot membangunkan si 'pangeran tidur' yang satu itu

Lalu di tambah lagi dengan kebiasaanya yang langsung turun ke dapur tanpa pergi kekamar mandi terlebih dahulu, Sebastian sudah mengingatkannya berkali-kali untuk segera merapikan diri sebelum sarapan tapi bukan Ciel namanya jika tidak punya sejuta alasan untuk membalas protes kakaknya

Sepuluh menit kemudian, Ciel sudah kembali turun dengan t-shirt abu-abu pendek dipadu dengan celana jeans biru tua sambil memanggul ransel kanvas hitamnya

Penampilan Sebastian sangat berbeda dengan Ciel, dia nampak mempesona dengan kemeja hitam lengan panjang, serta jas yang tersampir pada lengannya dipadu dengan celana hitam yang membalut kaki jenjang miliknya. Membuat Sebastian seperti seorang ayah yang akan mengantarkan putranya masuk Junior High School.

Ciel hanya berdecih saat melihat penampilan kakaknya "Dasar pesolek" sindir Ciel saat dia sudah berada di dekat Sebastian

"Kenapa? Kau tak rela kakakmu tampil mempesona didepan umum?" ledek Sebastian, sambil mengacak-acak rambut kelabu sang adik

"Sudahlah... ayo berangkat" ajak sang adik seraya memalingkan wajah untuk menyembunyikan rona merah di pipinya, bukan karena malu tapi melainkan karena kesal

T^T

Porsche silver milik Sebatian dengan luesnya telah memilih tempat parkir yang stategis, untuk mahasiswa semester akhir sepertinya tidak akan sulit menemukan parkir yang nyaman

"Kau keluar dari mobil lima menit setelah aku keluar ya..." ancam si pendek pada yang kakak "Aku tak mau jika harus menjelaskankan satu persatu pada teman-temanku atau pada pengemarmu itu kenapa aku bisa berangkat berdua denganmu" tambahnya lagi

Sebastian hanya diam dan mengangkat bahu 'menyerah' mendengar perintah sang adik

Memang sulit bagi Ciel untuk menerima kenyataan bahwa kakaknya adalah salah satu artis di kampusnya. Dengan kepandaian yang dimilikinya, paras sempurna yang dianugerahkan Tuhan serta senyum lima jarinya yang mampu meluluhkan hati semua wanita, pria dan waria yang menatapnya. Dan Ciel memilih untuk menyembunyikan hubungannya dengan Sebastian dari pada dia harus mengekspos dirinya sendiri, Ciel lebih suka suasana tenang untuk kehidupan kuliahnya sekarang ini.

Ciel segera menyeret kakinya dengan enggan menuju ruang kelas pertamanya, jam pertama ada kuliah tentang ilmu Ekonomi, bukan mata kuliahnya yang membuatnya enggan tapi dosen yang mengampu mata kuliahnya yang membuatnya malas. Profesor Alberline adalah tipikal pria yang mudah gugup saat di depan kelas, apalagi jika ada mahasiswa yang bertanyaan membuat pria paruh baya itu gugup setengah mati sampai tak mempu menjawab pertanyaan

'Bagaimana aku bisa menyelesaikan semester ini dengan selamat, jika aku harus bertemu dengan dosen seperti dia sepanjang semester' batin Ciel

"Pagi Ciel..." sapa pemuda bersurai kuning pucat sambil melambai ke arahnya

"Pagi Alois..." jawab Ciel "Kau siap untuk kelas Mr Alberline?" imbuh Ciel dengan enggan

"Tentu saja, ku dengar mulai hari ini Mr Alberline akan cuti dan kita akan di ajar oleh dosen baru. Ku dengar dia masih tercatat sebagai mahasiswa, tapi karena prestasinya yang gemilang Mr Alberline meminta untuk menggantikanya sementara" jawab sahabat Ciel dari High School itu dengan atusias

"Yah... semoga dia lebih baik dari Mr Alberline" komentar Ciel datar

T^T

Ciel dan Alois yang berjalan beriringan segera memasuki ruangan di ujung lorong, ruangan besar yang mampu memuat 50 mahasiswa yang biasanya akan sepi saat mata kuliah Mr Alberline untuk pertama kalinya ruangan itu terisi hampir penuh oleh mahasiswa

Sepertinya isu pergantian dosen kikuk itu sudah sampai pada mahasiswa seantero Northumberland University, terbukti dengan adanya banyak penyusup dadakan dalam kelas itu

Ciel dan Alois segera mengambil tempat duduk paling depan disamping kaca jendela, itu adalah tempat favorit Ciel karena ketika dia merasa enggan dengan mata kuliah, pemandangan di luar kelas dapat menjadi penghiburnya yang ampuh. Ciel masih enggan dengan mata kuliahnya hari ini, jadi dia memutuskan untuk tetap menatap keluar jendela yang ada disampingnya, dan mengabaikan teman-temannya yang bersemangat kedatangan dosen baru yang akan mengampu mata kuliah hari ini

"Selamat pagi!" Sapa sebuah suara membuat semua mata dalam ruangan itu tertuju pada sosok yang tengah berdiri di depan kelas

"Mulai hari ini saya akan mengantikan Mr Alberline yang sedang mengambil cuti" kelas mendadak menjadi riuh saat mengatahui bahwa penganti dosen kikuk mereka adalah mahasiswa yang super tampan

"Kalian bisa memanggil saya Mr Michaelis" sorak sorai kelas semakin riuh saat si raven mengulas senyum kepada mahasiswa yang akan di ajarnya

Mendengar nama yang tak asing baginya, Ciel segera menoleh ke depan kelas, iris birunya bertemu dengan iris merah sang dosen baru, iris birunya membulat sempurna, bibirnya kelu seketika, Ciel tersentak saat dia sadar bahwa kini yang berada di hadapannya adalah...

"Sebastian" gumamnya pelan

Seringai lebar menghiasi wajah pucat Sebastian yang menikmati wajah kaget di raut muka sang adik