Momoi pernah bertanya pada Nijimura dengan memberikan beragam pilihan angka yang tertuang dalam media kertas. Ia meminta Nijimura untuk memilih dari angka-angka tersebut, kiranya angka seperti apa yang dapat mengartikan dirinya untuk Nijimura.

Ia bukannya berharap lebih, namun sederetan angka membayanginya sebagai jawaban―mencerminkan besaran angka yang senilai dengan banyak pasir di pantai ataupun jumlah bintang di langit. Lagipula mereka tidak sedang membicarakan soal ketakhinggaan. Jelas Nijimura akan memberikan angka sebagai jawaban.

Akan tetapi jawaban yang didapat Momoi tidak terduga, serta mengundang segudang tanya.

Nol yang ia dapatkan.

Momoi selalu mempertanyakan jawaban yang didapat dari Nijimura. Bagaimana bisa, ketiadaan yang umumnya disimbolkan dengan nol dapat mengartikan sesuatu yang tentu saja dalam kasus ini sesuatu tersebut merupakan hal yang penting ataupun berharga.

Momoi pun menjadi bertanya-tanya. Sosoknya penting bukan untuk Nijimura? Atau ia memang bukan apa-apa seperti nol―sebuah ketiadaan?

.

.

Zero

Kuroko no Basuke Fanfiction

Kuroko no Basuke©Fujimaki Tadatoshi

Zero©Little Snowdrop

.

a nijimomo fanfiction

.

.

"Haa? Nol?"

Begitulah reaksi yang Momoi terima dari Riko usai ia mengakhiri sesi cerita. Sudah beberapa hari berlalu dan Momoi masih belum bisa mengalihkan pikirannya dari jawaban yang Nijimura berikan. Selain dikarenakan oleh 'nol' yang ia dapat, senyum yang terlihat jelas di paras Nijimura saat menjawab pertanyaan darinya itu sedikit banyak mengganggu pikirannya.

Sambil mengaduk cherry sundae yang menjadi pesanannya, Momoi bertanya-tanya apakah Nijimura serius dengan jawabannya atau tidak kala itu.

"Apa-apaan pemuda itu?"

Gertakan pada permukaan meja mengalihkan atensi Momoi. Ia menengadahkan wajahnya dan melihat sosok baru yang bergabung di mejanya dan Riko. Keningnya mengerut bingung, sejak kapan dia ada di sana?

"Bagaimana bisa memberikan nol untuk gadis secantik dan semenawan manajer Touou ini?!"

Sepasang manik sakura itu mengerjap, kemudian Momoi tersenyum tipis untuk menepis rasa herannya akan eksistensi Moriyama yang tiba-tiba bergabung dan turut berkomentar.

"Semisal aku yang mendapatkan pertanyaan tersebut, maka aku akan memberimu delapan, wahai nona manis secantik sakura musim semi."

Netra coklat Riko bergulir menatap Moriyama. "Delapan?" tanya Riko yang seolah tidak mempermasalahkan keberadaan pemuda tukang tebar pesona itu.

"Tentu saja delapan!"

Moriyama menanggapi reaksi Riko dengan antusias. Selanjutnya, Momoi dapat melihat bahwa pemuda berambut klimis itu tengah berusaha menjelaskan alasan mengapa ia memilih angka delapan. Jawabannya terkesan aneh, namun mampu mengambil hati satu atau dua gadis―mungkin saja ada seseorang di luar sana yang termakan dengan rayuan tersebut.

'Lihat ini! Apabila kita merotasikan angka delapan sebesar sembilanpuluh derajat, maka ia berubah menjadi tak hingga, bukan? Tentu saja gadis seperti manajer Touou ini berarti tak hingga, tak tergantikan, tak―'

Momoi tersenyum canggung mendengar penjelasan Moriyama. Rasanya aneh jika ia membayangkan Nijimura yang mengatakan hal itu.

Sambil terus mengaduk sundae-nya, Momoi kembali membiarkan satu hari berlalu dengan diselimuti oleh rasa penasaran.

.

.

"Iya'. Shuu pasti serius dengan jawabannya tapi itu tidak bermaksud bahwa Momoi-san ini tidak berarti apapun untuknya."

Kali ini Momoi mendengar komentar dari Himuro yang ia tahu merupakan teman dekat Nijimura selama berada di Los Angeles.

Keduanya terdiam selama beberapa lama. Momoi berusaha memahami maksud dari nol yang diberikan oleh Nijimura―apakah ada maksud dibaliknya atau benar-benar tidak berarti apapun―sementara Himuro sendiri menerka-nerka sekiranya apa yang dipikirkan oleh kawannya itu dengan memberikan jawaban bermakna ganda pada kekasihnya sendiri.

Dan ketika Momoi menyadari perubahan sorot mata dari pemuda tampan disampingnya itu, ia pun langsung bertanya apakah Himuro menemukan suatu hint dari jawaban Nijimura tersebut.

"Aku pernah mendengar sekilas dari Shuu soal nol di zaman Babilonia kuno."

Meski dalam hatinya Momoi bertanya-tanya mengapa bisa ada pembicaraan mengenai zaman Babilonia kuno antara pemuda itu dan Nijimura, Momoi mengesampingkan pertanyaan tersebut dan memilih untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai hal yang diingat oleh Himuro.

Berdasarkan cerita Himuro, di zaman Babilonia kuno belum lah ada eksistensi angka nol, namun ide mengenai nol sendiri telah ada. Para ahli setuju bahwa simbol berupa dua wedges miring digunakan oleh masyarakat Babilonia kuno sebagai pengganti nol. Simbol tersebut digunakan untuk membedakan 10 dengan 100 atau untuk menandakan bahwa dalam angka 1026 tidak terdapat angka di kolom ratusan.

Kesimpulannya, nol pada masa kuno memiliki kegunaan sebagai placeholder―pengisi kedudukan.

Benak Momoi kembali memunculkan pertanyaan. Pengisi kedudukan? Apakah Momoi berarti sebagai pengisi kedudukan untuk Nijimura?

Jika iya, pengisi kedudukan apa? Dan apa maksudnya pengisi kedudukan?

.

.

"Ahahaha, Nijimura menjawab seperti itu kah? Terdengar menyenangkan."

Selain Himuro, Nijimura pun mengenal Kiyoshi―center dari tim Seirin.

"Tapi seperti yang Himuro katakan, tidak mungkin tidak berarti apa-apa."

Sifat Kiyoshi yang ramah dan terbuka seperti ini membuat Momoi merasa nyaman untuk membicarakan lebih lanjut mengenai jawaban dari Nijimura.

"Begitukah menurut Kiyoshi-san?"

Dan Kiyoshi memberinya sebuah senyum hangat.

"Dengan angka nol, kita jadi mudah menuliskan bilangan dari yang terkecil sampai yang terbesar bukan?"

Momoi membenarkan hal itu. Seperti yang ia dapatkan dari contoh Himuro sebelumnya, Momoi membayangkan angka 10 dan 100. Karena keberadaan nol dia dua angka tersebut, ia bisa menentukan mana yang lebih kecil maupun yang lebih besar.

"Selain itu, penemuan nol benar-benar membantu dalam penulisan bilangan."

Kening sang manajer tim basket Touou itu mengernyit tak paham. Melihatnya, Kiyoshi kembali tersenyum dan melanjutkan kata-katanya.

Pendiri tim basket Seirin itu membicarakan mengenai penulisan angka romawi, Momoi tahu penulisan yang dimaksud oleh Kiyoshi. Kemudian mereka mulai menyebutkan beberapa contoh angka yang mana menghasilkan lambang yang berbeda. X untuk sepuluh, L untuk limapuluh, C untuk seratus, D untuk limaratus, serta M untuk seribu.

Kemudian Kiyoshi pun membuat pengandaian, apabila sebuah angka yang nilainya tidak terlalu besar, mereka masih bisa menulis dan menghafal seperti apa lambang penggantinya. Namun, bagaimana dengan angka yang bernilai jutaan, milyaran, atau bahkan triliunan? Pemuda itu menjelaskan bahwa akan dibutuhkan banyak lambang pengganti untuk mencapai nilai yang besar dan tentu saja itu akan merepotkan karena mereka harus bisa mengingat lambang-lambang yang digunakan.

Maka setelah nol ditemukan, penulisan bilangan menjadi lebih mudah―karena nol dapat digunakan berulang pada digit yang berbeda tanpa perlu membuat lambang baru.

Dari penjelasan Kiyoshi, Momoi mendapat satu pandangan baru bahwa dengan adanya nol maka penulisan bilangan menjadi lebih mudah. Ia pun kembali berpikir, apa ia mempermudah sesuatu untuk Nijimura?

.

.

"Maa gadis sepertimu memang tidak berarti apa-apa. Benar-benar kosong."

"Chotto! Tidak perlu berkata seperti itu bukan, Hanamiya-san?"

Tanpa diduga, keduanya bertemu dalam perjalanan pulang. Mungkin karena terlalu terlarut dengan beragam spekulasi atas informasi yang ia miliki sejauh ini, tanpa sadar Momoi menggumamkan semua isi pikirannya sehingga terdengar oleh Hanamiya yang kebetulan tengah berbagi halte dengannya―mereka sama-sama sedang menunggu bis.

Hanamiya memberikannya tatapan sinis.

"Kau sendiri saja yang terlalu bodoh. Kasihan sekali orang itu karena kekasih bodohnya ini tidak mengerti maksud perkataannya."

Pemuda itu meledeknya sambil menyeringai tipis. Sebagian dari diri Momoi merasa tidak terima karena diremehkan seperti itu, namun sebagiannya lagi membenarkan perkataan Hanamiya. Ia memang belum memiliki gambaran mengenai maksud dari nol tersebut.

Berhubung bis yang ditunggu olehnya belum datang dan bis yang ditunggu Hanamiya pun belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya, sekali lagi Momoi mencoba untuk bertanya. Mungkin seseorang dengan IQ diatas 160 seperti Hanamiya mengetahui arti nol yang diberikan oleh Nijimura.

"Something beyond nothing."

"Maaf?"

Momoi tidak mengerti dengan ucapan Hanamiya. Apa sosok itu berusaha menjawab pertanyaannya atau hanya bergumam sendiri?

Terlihat Hanamiya menghela napas, sebelum berbalik melihat ke arahnya sambil kembali menyeringai.

"Itu saja kau tidak mengerti, manager-san?"

Kening Momoi kembali mengerut, lagi-lagi Hanamiya meledeknya. Meski begitu, tanpa diduga kapten dari klub basket Kirisaki Dai Ichi itu melanjutkan perkataannya.

Seperti Himuro yang menceritakan soal Babilonia kuno, Hanamiya mengatakan sesuatu mengenai India kuno. Rupanya, masyarakat India memiliki pemikiran seperti kutipan yang ia sebutkan sebelumnya terhadap nol. Pada digit yang berbeda, nol memberikan nilai yang berbeda. Hanamiya pun memberikan contoh sederhana seperti 106 dengan 160.

Tidak berhenti di situ, Hanamiya bahkan menceramahinya―dengan alasan bahwa Momoi terlalu bodoh dan ia merasa kasihan melihatnya―serta menjelaskan bahwa dengan nol, manusia bisa memahami pentingnya angka lain. Meski diselingi dengan beberapa ledekan, Hanamiya memberikan contoh yang menurut Momoi sederhana, namun sangat berkesan.

'Ambil sembarang angka, satu misalnya. Angka satu terlihat kecil, namun apabila diikuti dengan nol―menjadi 10―maka nilainya berubah.'

.

.

"Nijimura-san kalau hendak bersikap romantis, kenapa tidak menggunakan cara yang lebih mudah?"

Sosok yang dipanggil 'Nijimura-san' itu terkekeh pelan mendengar komentar Momoi pada pertemuan pertama mereka setelah kejadian jawaban nol itu.

"Kau benar-benar mencari tahu?"

"Memangnya mau bagaimana lagi? Jawaban Nijimura-san sama sekali tidak aku mengerti."

Keduanya kembali melanjutkan acara jalan-jalan mereka.

"Tapi bukankah jadi lebih menarik? Aku tahu kau pandai mengumpulkan informasi dan menganalisisnya."

Selama beberapa detik, Momoi mengerutkan keningnya―tidak menyangkal perkataan Nijimura. Namun tetap saja tidak menampik fakta bahwa nol benar-benar merepotkannya selama beberapa hari belakangan.

Nijimura bertanya mengenai seperti apa asumsi Momoi atas nol yang ia berikan dan Momoi pun menceritakan hasil percakapannya dengan beberapa orang yang bertemu dengannya―tentu saja tidak termasuk soal rayuan Moriyama. Selama mendengar cerita Momoi, Nijimura sesekali mengangguk, tetapi juga sesekali tertawa.

Mantan kapten klub basket Teikou itu terus saja mengulum senyum. Ketika ia merasa bahwa Momoi telah selesai dengan penjelasannya, ia mengusap puncak kepala gadis itu sebagai bentuk apresiasi.

"Nol tidak hanya sebagai placeholder, tetapi ia juga memberikan pengaruh pada matematika sehingga menjadikan dari yang tidak mungkin menjadi mungkin dalam memperluas sistem angka yang awalnya hanya mengenal bilangan asli maupun pecahan, namun di masa ini kita juga mengetahui soal bilangan negatif, bilangan imajiner, sampai bilangan kompleks."

Momoi memperhatikan raut wajah Nijimura selagi pemuda itu memberikan penjelasan lebih lanjut.

"Aku pernah membaca kutipan di sebuah buku." Nijimura mempertemukan pandangan mereka. "Peranan nol besar dalam sistem berhitung. Sekiranya semua bilangan nol yang kita kita pergunakan ditiadakan, bukan hanya sistem penulisan bilangan yang akan kacau, melainkan sebagian pengetahuan kita tentang berhitung harus pula ditiadakan."

Kemudian Momoi kembali melihat senyuman di paras sosok yang bersitatap dengannya.

"Bahkan Max Black pernah menyatakan bahwa, 'Sekalipun tampaknya biasa saja, namun penggunaan nol dapat dianggap sebagai salah satu ciptaan kecendikiaan dari kebudayan modern'."

Beberapa detik setelahnya Momoi habiskan untuk mengerjapkan matanya, kemudian gadis bersurai gulali itu berdeham pelan.

"Jadi, intinya nol itu―seperti yang Max Black katakan―meski terlihat biasa saja, meski sering kali orang beranggapan bahwa nol itu adalah sebuah ketiadaan, sebenarnya nol itu merupakan sebuah penemuan besar yang sangat penting dan berpengaruh bukan dalam matematika?"

Nijimura menggaruk pipinya canggung ketika mendengar Momoi memberikan penekanan ketika menyebutkan 'sangat penting' dan 'berpengaruh'.

"M-maa, kau bisa menganggapnya begitu."

Kemudian ia mengalihkan pandangannya. Mau tak mau, Momoi jadi tertawa kecil melihatnya.

"Sungguh Nijimura-san," tatapan keduanya kembali dipertemukan—masih disertai tawa kecil Momoi. "Kalau kau ingin bersikap romantis, tolong jangan berputar-putar seperti ini."

.

.

.

"In the story of zero, something can be made out from nothing."

anon

.

.

owari

.

.

.

Akhirnya memutuskan untuk publish cerita ini berdasarkan pengalaman di kelas sejarah matematika setahun yang lalu. Semoga konsep yang dibawakan di sini tidak menyimpang karena yaa ada banyak sekali pendapat mengenai asal muasal nol~

Cerita ini sekaligus dibuat untuk berbagi perasaan jatuh cinta saya terhadap beberapa keindahan matematika yang baru saya ketahui ketika mengikuti kelas ini. Semoga minna-san dapat menikmatinya~~

-Little Snowdrop

17/09/2017