Warning: Typo(s), ooc(inside), Fem-masato

Pairing: Ren x Masato

Rated: T

Saya hanya pinjem character dari Uta no Prince sama aja

Happy reading~

Don't like don't read!

Chapter 1;

-Flashback-

Sesosok gadis kecil berusia sekitar 10 tahunan, sedang bersandar disebuah pilar yang ada didalam ruangan itu. Iris sapphire gadis itu mengamati orang-orang yang sedang berdansa. Gadis yang memiliki rambut biru tua yang tergerai panjang itu, menatap bosan. Ia memang benci pesta.

Gadis itu tampak cantik dengan gaun berwarna biru tua yang sangat cocok dengannya. Gaun itu tampak indah, dengan dihiasi pita putih dan sedikit renda yang tampak tidak terlalu berlebihan.

"Sampai kapan pesta ini akan selesai?" gumam gadis berambut biru tua itu, lebih pada dirinya sendiri.

"Mungkin cukup lama" sebuah suara anak laki-laki, membuyarkan lamunan gadis berambut biru tua tersebut.

Gadis itu segera menoleh kearah pemilik suara, dan mendapati sang pemilik suara yang merupakan anak laki-laki dengan berambut jingga. Sang gadis terbelalak, sementara anak laki-laki itu terkekeh pelan.

"Ah, kau seperti sedang melihat hantu saja" anak laki-laki itu tertawa pelan, sementara sang gadis memiringkan kepalanya. Membuat kesan manis –menurut anak laki-laki yang usianya 2 tahun lebih tua dari sang gadis.

Sang gadis tidak merespon. Ia kembali mengalihkan pandangangannya kearah orang-orang yang sedang berdansa, tanpa menghiraukan anak laki-laki disampingnya. Sementara itu, anak laki-laki itu menatap kearah gadis itu dengan iris biru langitnya.

"Kau ingin main diluar?" tawar anak laki-laki berambut jingga itu.

Gadis itu diam sejenak. Raut wajahnya tampak sedang menimbang-nimbang, sampai akhirnya gadis itu menoleh kearah anak laki-laki itu. Gadis itu mengangguk pelan, sebagai jawabannya. Sementara anak laki-laki itu –tanpa basa-basi lagi- menarik tangan gadis berambut biru tua. Membawanya menuju keluar halaman manor ini.

.

.

Saat ini kedua anak kecil yang memiliki selisih 2 tahun itu, duduk diatas rumput. Kedua iris mereka mentap kelangit. Anak laki-laki berambut jingga itu sedang tersenyum, senyum yang sangat hangat. Sementara sang gadis berambut biru tua itu, memandang kelangit dengan wajah datar.

"Kau tau, kau adalah teman pertamaku" ujar anak laki-laki itu.

Gadis disebelahnya tersentak mendengarnya. Ia pun menoleh, memandang kearah anak laki-laki yang kini duduk disampingnya.

"Kupikir kau memiliki banyak teman" respon sang gadis dengan wajah –masih- datar

Anak laki-laki itu terkekeh pelan, "Kau akhirnya bicara juga. Kupikir kau tidak ingin bicara denganku" Anak laki-laki itu tersenyum tipis. Sementara gadis berambut biru tua itu memandangnya dengan wajah bertanya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya sang gadis.

"Karena saat aku bertanya padamu, kau tidak menjawab sama sekali. Salah satu respon mu hanya dengan mengangguk dan menggeleng" Jawab sang bocah laki-laki

Hening

Kedua anak kecil itu tengah sibuk mendalami pikiran mereka masing-masing. Sampai akhirnya suara anak laki-laki itu memecah keheningan

"Jadi, kau sudah punya teman sebelumnya?" tanya si anak laki-laki

"Tidak" jawab gadis itu dengan wajah dingin. Matanya menatap kelangit, tanpa menoleh sedikitpun. Sebelum anak laki-laki itu melanjutkan, sang gadis cepat-cepat menambahkan "Aku lebih suka menyendiri. Aku tidak suka keramaian, apalagi pesta"

Anak laki-laki itu tersenyum simpul, "Kita sama" ujarnya

Sang gadis menoleh, "Kau tidak terlihat seperti itu. Justru kau terlihat seperti anak-anak lain yang mudah bergaul" sang gadis menanggapi dengan ekspresi datar.

"Mereka hanya kenalanku saja. Lagipula, aku tidak benar-benar menganggap anak-anak sombong itu teman kok. Dan lagipula…" anak laki-laki itu menggantungkan kalimatnya.

"Lagipula?" tanya sang gadis dengan wajah yang mulai penasaran

"Hanya kau yang kuanggap sebagai teman, itu saja" jawab anak laki-laki itu tertawa.

"Kenapa?" tanya sang gadis dengan wajah stoic

"Aku tidak tau. Mungkin karena kau itu… manis?"

Dan itu membuat wajah sang gadis ditumbuhi oleh semburat merah muda.

Tidak lama setelah itu, "Masato, apa yang kau lakukan disana? Kemarilah, sebentar lagi kita akan pulang" ujar sang ibu gadis itu.

"Kau sudah mau pulang, eh?" tanya anak laki-laki berambut jingga itu. Sementara sang gadis menjawabnya dengan anggukan cepat.

"Sampai jumpa…" Gadis itu menggantungkan kalimatnya, karena ia tidak tau nama anak laki-laki didepannya.

"Ren" Anak laki-laki itu dengan cepat menyambung kalimat sang gadis yang terputus itu.

"Sampai jumpa, Ren" Gadis berambut biru tua itu melambai kearah anak laki-laki yang masih duduk itu. Anak laki-laki itu membalasnya dengan ikut melambai.

"Kita akan bertemu lagi, Lady!"

Dan itu menjadi salam perpisahan untuk kedua anak tersebut

-End Flashback-

.

.

.

Hijirikawa Masato adalah putri semata wayang dari pasangan Hijirikawa, sekaligus pewaris dari Hijirikawa company. Saat ini umur Masato sudah menginjak 17 tahun. Dan selama itu pula, Masato tumbuh menjadi gadis yang cantik. Ia memiliki rambut berwarna biru tua, dengan kulit seputih porselin dan mata berwarna sapphire yang indah. Selain itu, gadis ini juga memiliki sifat dingin.

Hari ini akan diadakan upacara penerimaan siswa baru disekolah menengah atas ternama di Tokyo. (Author bingung nama sekolahnya apa-_-)

Masato berjalan memasuki halaman sekolah yang cukup ramai, karena ini adalah hari pertama penerimaan murid baru. Hari pertama disekolah, Masato harus disambut dengan acara tersesat. Maklum, karena sekolah ini memiliki halaman yang sangat luas dan terdiri dari beberapa gedung.

Masato berjalan sembari celingak-celinguk, berharap ada seseorang yang dapat ia tanyai. Tapi sayang, disini sangat sepi. Hanya tinggal gadis berambut biru tua itu sendirian. Masato sendiri tidak habis pikir, kenapa dia bisa tersesat disini?Lagipula dia seharusnya bisa mengikuti murid-murid lainnya kan?

Oh, dan suasana sepi ini membuat Masato merasa putus asa. Tidak ada siapapun disini, hanya beberapa pohon dan padang rumput yang luas. Masato sendiri tidak tau apa sebenarnya tempat ini.

Iris sapphire nya mengamati setiap sudut halaman ini, dan ia berhenti pada suatu titik. Iris nya terbelalak, tapi menunjukan kilatan kebahagiaan karena menemukan seseorang yang –dengan santainya- berbaring dibawah pohon.

Dan segera, Masato menghampiri pemuda itu.

.

.

Sementara itu, terlihat sosok pemuda berambut jingga dengan santainya menyandarkan tubuhnya pada batang pohon. Matanya terpejam, menikmati kedamaian disini.

Pemuda itu sedang memikirkan sesuatu yang sudah lama terjadi. Mungkin sekitar 7 tahun yang lalu

Saat dimana dia bertemu dengan seorang gadis berambut biru tua, dengan iris berwarna sapphire.

'Apa kita akan bertemu lagi, Lady?' batin pemuda berambut jingga tersebut.

Hembusan angin, membuat helaian rambut jingga pemuda tersebut berterbangan. Sementara matanya masih terpejam, menikmati kedamaian yang selalu ia rasakan saat berada ditempat ini. Pemuda itu tampak –cukup tidak rapi- memakai seragam sekolah.

Yang ada didalam pikiran pemuda itu adalah gadis berambut biru tua, yang mungkin sudah dewasa saat ini. Yah, Ren –nama pemuda itu- ingat, nama gadis itu adalah 'Masato'

Memang nama yang cukup aneh untuk seorang gadis semanis dia, karena Masato nama anak laki-laki?

Dan itu membuat Ren, pemuda berambut jingga itu tersenyum dengan masih memejamkan matanya.

Dari awal mereka bertemu, Ren memang sudah tertarik pada Masato. Gadis itu berbeda dengan anak lainnya. Walaupun Ren sangat mudah bersosialisasi, tapi Ren sendiri sebenarnya tidak suka berteman dengan banyak orang. Itu ia lakukan hanya karena paksaan dari ayahnya. Sebagai pewaris Jinguji company, Ren diharuskan untuk mudah bersosialisasi dengan siapapun.

"Ehm…" seroang gadis berdehem pelan. "Kau bisa bantu aku?" tanya suara sang gadis, sementara Ren masih memejamkan matanya.

Mendengar pertanyaan sang gadis, Ren cepat-cepat membuka mata dengan malas. 'Apa gadis-gadis itu mengikutiku?!' batinnya kesal, sebelum ia melihat sosok gadis yang bertanya padanya.

Iris biru langit Ren, akhirnya menampakkan diri juga. Matanya terbelalak, mendapati sosok gadis berambut biru tua dengan iris sapphire yang memandangnya dengan wajah datar. Sosok gadis itu benar-benar familiar dengan Ren. Siapakah gadis itu?

"Kau tau, dimana gedung auditorium?" tanya sang gadis, tanpa menghiraukan mimic wajah Ren yang sedang terkejut.

"Masato?"

Gadis itu memiringkan kepalanya, memandang Ren dengan wajah bertanya yang tidak ada perubahan sedikitpun. Hanya saja, wajah gadis itu tampak lebih dewasa dan… cantik? Serta rambutnya lebih panjang dari sebelumnya.

"Bagaimana kau bisa tau namaku?" tanya Masato dengan wajah stoic, sama sekali tidak berubah seperti sebelumnya.

"Kau tidak ingat aku, my Lady?" Ren menunjukan senyum yang tampak seperti sedang menyeringai.

"Tidak, aku tidak ingat. Apa kita pernah bertemu sebelum ini?"

Dan itu membuat dada Ren terasa sesak. Apa gadis ini tidak mengingatnya? Bukankah mereka adalah teman? Walaupun yang mendeklarasikan bahwa mereka adalah teman adalah Ren, tapi saat itu Masato tidak keberatan. Apa dia sudah melupakan sosok Ren?

Ren hanya diam. Sementara Masato segera melambaikan tangannya tepat didepan wajah Ren, dan itu membuat Ren tersentak kaget. "Kau tidak apa-apa?" tanya Masato dengan wajah sedikit kebingungan.

Ren tersenyum-senyum pahit. "Aku tidak apa-apa, my Lady" jawabnya sembari bangkit berdiri.

"Kenapa kau memanggilku dengan sebutan 'Lady'?" tanya Masato dengan seblah alis terangkat.

"Apa tidak boleh?" Ren balik bertanya, sementara Masato menggeleng pelan.

"tidak apa-apa. Dan aku ingin bertanya…" Masato menggantungan kalimatnya.

"Apa itu?" tanya Ren dengan wajah tertarik.

"Kau tau dimana letak gedung auditorium? Ehm, sebenarnya… aku sedikit… tersesat sih" Saat ini wajah Masato memerah, karena malu. Ren melihatnya dengan menahan tawa.

"Ah, jadi kau murid baru disini?" tanya Ren semmbari memberi aba-aba pada Masato agar mengikutinya. Masato menunduk dengan wajah memerah karena malu, sembari mengangguk pelan. Ren tersenyum lembut.

Didalam hatinya, ia senang dapat bertemu dengan gadis yang selama ini selalu dibanyangkan olehnya. Gadis itu tumbuh menjadi gadis yang cantik, dan entah kenapa jantung Ren berdetak semakin kencang saat memikirkannya. Disaat yang sama, Ren penasaran. Kenapa Masato tidak mengingatnya? Apa Masato tidak menganggapnya teman?

Hening menyelimuti langkah mereka berdua.

"Kau juga murid disini?" dan suara Masato lah yang memecah keheningan. Ren menjawabnya dengan mengangguk pelan. "Bukankah kau seharusnya ada dikelas?" tanya Masato dengan nada seperti sedang mengintrogasi. Tapi Ren menanggapinya dengan santai.

"Iya, memang" jawab Ren santai, tidak mempedulikan Masato yang menatapnya dengan wajah terkejut.

"Kau bolos?" tanya Masato dengan mata terbelalak.

"Yah, bisa dibilang seperti itu tapi…" Ren memberi jeda sejenak, sebelum melanjutkan. "Aku lebih suka menyebutnya dengan 'beristirahat sejenak'" lanjut Ren dengan nada santai.

Hening.

Masato sama sekali tidak menanggapi perkataan Ren, sementara pemuda berambut jingga itu tidak tau harus bicara apalagi. Mereka sibuk mendalami pikiran masing-masing.

.

.

.

TBC

Gomen kalo akhir-akhirnya agak nggantung habisnya author kehabisan kata-kata lagi. Oke, tunggu chapter 2 nya~

Terimakasih telah membaca fict saya, tolong review nya