BE MY LOVE FOR TODAY

Title : Be My Love for Today

Author : Davidrd

Pairing : Meanie

Rating : M/R, NC-17

Words : 4304 words

Copyright : Davidrd 2013

Genre : Angst, drama, romance

Author Note : Ini fanfic terjemahan dari salah satu fanfic lawas yang mengendap di salah satu situs (AFF) dengan cast yang berbeda tentunya. Mian, kalau bahasanya gado-gado. Hal ini karena nulis lemon dalam bahasa Inggris lebih santai dan nyaman buat author. (ralat, karena banyak yang protes, ini versi revisinya)

Author tidak membenci tokoh-tokoh antagonis dalam cerita ini, karena sejujurnya Tzuyu adalah bias author di Twice. Si maknae yang bener-bener perfect. So, enjoy the story. Leave a comment please! (jangan Cuma komen 'lanjut thor' ya, nulisnya lama-lama komennya Cuma gitu doank). Mau dilanjut atau end tergantung voting. Kamsahamnida...

Untuk yang masih di bawah umur diharapkan sadar diri dan jangan coba-coba membaca cerita ini karena risiko ditanggung sendiri.

.

.

.

Don't like don't read. No bashing please! No harsh comment whatsoever!

.

.

.

"Kalau kau memang benci melanjutkan sesi tutoring denganku, tak apa Kim Mingyu."

"Benarkah? Apakah kita bisa menghentikannya?"

"Tentu saja."

"Assa!"

"Tapi dengan satu syarat!"

"Mwo? Syarat apa?"

"Jadilah kekasihku untuk satu hari."

"Apa? Kau sedang bercanda, kan?"

"Ani. Aku serius. 100% serius."

"Yah! Asal kau tahu saja, aku sudah punya pacar dan aku tidak beralih ke orientasi itu! Lagipula pacarku sangat cantik."

"Aku tidak peduli. Kalau kau tidak mau menerima tawaranku, berarti kita tetap harus melanjutkan sesi tutoring ini sampai nilai matematikamu bisa terselamatkan."

"Tunggu!"

"Apa?"

"Oke, aku akan menerimanya. Tapi kau harus berjanji padaku untuk benar-benar menghentikan sesi tutoring ini karena aku sangat membencinya."

"Geurae. Aku akan memberitahu Mr. Hwang kalau kemampuanmu dalam matematika sudah meningkat sehingga tidak memerlukan sesi tutoring bodoh bersama siapapun."

"Kedengarannya cukup adil. Baiklah. Apa yang harus aku lakukan?"

"Kau akan menjadi pacarku selama dua puluh empat (24) jam mulai jam sembilan pagi besok. Kau juga harus mendengarkan semua yang kukatakan dan menuruti apapun yang kuminta dalam jangka waktu itu. Setelah 24 jam aku akan menjamin kalau kau tak akan bertemu bahkan melihatku dalam sesi tutoring seperti ini lagi."

"Baiklah."

"Deal."

"Deal."

.

.

.

Aku tidak percaya sekarang aku berdiri di tempat ini menunggu seseorang bernama JEON WONWOO. JEON FUCKING WONWOO. Dia adalah teman sekelas dan tutor matematikaku. Karena nilai matematikaku yang sedang dalam keadaan sekarat dan hampir mendapat nilai E, Mr. Hwang memerintahku untuk mengikuti sesi tutoring bersama Jeon Wonwoo. Aku bahkan tidak tahu ada seseorang dengan nama itu di kelasku. Aku tahu semua anggota tim basket dan semua ekstrakurikuler lain yang termasuk jajaran orang keren di sekolah ini, tapi aku tidak tahu Jeon Wonwoo sama sekali.

"Maaf telah membuatmu menunggu," Jeon Wonwoo, pemuda dengan kacamata super tebal (tunggu, kemana kacamata bergagang hitam dan lensa tebal seperti kodok yang selalu dipakainya menghilang?) berdiri di sampingku.

"Tak usah khawatir. Aku juga baru datang lima menit yang lalu," Sial, apakah pemuda ini benar Jeon Wonwoo? Pemuda ini sangat keren, tampan, manis, dan sedikit imut. Dia menggunakan sweater abu-abu yang lengannya menutupi separuh telapak tangannya, sepasang celana jeans, dan sepasang sneakers putih. Rambutnya ditata sedikit berantakan, tetapi meninggalkan kesan seksi dan sangat cocok dengannya. Wow, penampilannya sungguh berbeda dengan Jeon Wonwoo yang selalu kutemui saat sesi tutoring ataupun saat dia ada di kelas.

"Ayo! Aku tidak ingin menghabiskan 24 jam ku yang berharga tanpa melakukan apapun."

"Geurae. Kajja!" aku membuka pintu penumpang, mempersilakannya masuk dengan tenang.

"Kita akan pergi kemana?"

"Oh itu, taman hiburan," ujarnya tanpa melihat padaku dan justru memfokuskan pandangannya pada handphone di tangannya sambil sibuk mengetik entah apa.

"Baiklah, kita segera meluncur ke taman hiburan sekarang. Julbal!"

Begitulah bagaimana kami berakhir di taman hiburan yang terkenal ini. Lotte World. Aku ingin menuju ke tempat antrean rollercoaster saat kurasakan Wonwoo hanya terdiam memandang punggungku. Aura dari sorot matanya membuatku berbalik dan menjengitkan alis meminta penjelasan,"Seharusnya kita berpegangan tangan, bukankah itu yang selalu dilakukan tiap pasangan yang pergi berkencan?"

What the heck? Bagaimana bisa aku berpegangan tangan dengannya di depan umum seperti ini? Jadi, rumor yang beredar mengenai seorang siswa gay di kelasku itu benar adanya.

"Apakah kau benar-benar gay yang diceritakan anak-anak?"

"Kalau iya kenapa? Kau tidak mau melanjutkan kencan ini? Oke, kalau itu yang kau mau. Kita bisa membatalkan kesepakatan kita saat ini juga," ancamnya.

"Aniya!" aku cepat-cepat menggeleng. Oke Kim Mingyu, kau harus bertahan demi kebebasanmu. Hanya 24 jam dan semuanya akan berakhir. Benar, 24 jam ujarku dalam hati disertai anggukan. Setelah menarik napas dalam,"Baiklah aku akan menggenggam tanganmu. Kemarikan!"

"Apanya?" tanyanya berusaha mengetes kesabaranku. Kalau bukan karena hasil yang akan kudapatkan setelah kencan hari ini berakhir, aku akan memukulnya telak di perut.

Kuraih tangannya dan segera menautkan jemari kami. Heran, kenapa tangan kecilnya sangat cocok dengan tangan besarku ini. Bahkan tangannya terasa lebih serasi denganku daripada tangan pacarku. Aku tak menyangka setelah kami bergandengan tangan banyak orang yang menatap ke arah kami dengan tatapan ganjil, beberapa di antaranya hanya memandang sekilas, tetapi ada juga yang melemparkan tatapan jijik. Hell, apa yang sedang kulakukan sekarang? God, aku punya pacar cantik di luar sana. Please, jangan sampai ada kesalahpahaman dengan yang kulakukan sekarang.

Setelah enam jam berkeliling, menaiki semua wahana yang bisa kami jangkau, mencicipi berbagai macam snack, dan menjajal berbagai macam souvenir aneh yang kami temui, akhirnya Wonwoo mengatakan kalau dia ingin pergi ke Namsan tower. Yah, bahkan aku dan Tzuyu belum pernah pergi kesana sebelumnya, kenapa sekarang aku harus kesana dengan Wonwoo duluan.

"Ayo cari gembok!"

"Untuk apa?" tanyaku tidak percaya pada makhluk nerd yang menjelma menjadi manis dalam semalam seperti dalam kisah cinderella di hadapanku ini.

"Yah Kim Mingyu, aku tidak tahu kalau kau benar-benar bodoh atau apa. Kalau kita pergi ke Namsan Tower tentu saja kita harus meninggalkan memori kebersamaan kita denga gembok cinta."

"Tapi kita kan bukan pacar sungguhan?"

"Apa kau sudah lupa kalau hari ini kau adalah milikku?" Wonwoo berkata dengan nada super dingin dan berjalan meninggalkanku seorang diri menuju toko souvenir yang menyediakan berbagai macam gembok dan postcard. Terpaksa aku harus mengikutinya mengingat aku telah berjanji padanya.

"Lakukan apa yang kupinta atau kau akan terus bertemu denganku untuk jam tambahan sampai kita lulus!"

"Baiklah," aku hanya bisa menunduk dan mengikutinya kemanapun tanpa berani membantah.

"Ayo ambil selca!" Wonwoo mengeluarkan kamera polaroidnya dan mengarahkan lensanya pada kami berdua. Aku berdiri di sampingnya dengan kikuk tak tahu harus berpose seperti apa, tapi sepertinya the devil di sampingku punya ide lain. Dia menarik lengan panjangku dan melingkarkannya di pundaknya yang beberapa cm lebih pendek dariku. Dia tersenyum dengan sangat bersemangat ke arah kamera dan tiba-tiba aku merasakan sensasi aneh di perutku. Apakah pemuda ini benar Jeon Wonwoo? Entah setan apa yang merasukiku, aku ingin mencubit pipinya. Dia terlihat sangat bahagia dan aku merasa tidak ingin menghancurkan momen bahagianya.

"Kimchi!" hasil jepretannya lumayan bagus. Sayang, fotonya hanya ada satu.

Saat menyadari hal itu aku langsung menatapnya. Jangan-jangan dia akan menggunakan foto itu untuk mem-blacklistku di sekolah lagi. Dengan sedikit ragu aku bertanya,"Kau tidak akan memberitahu seluruh sekolah tentang hari ini bukan?"

Dia berhenti mengagumi kertas di tangannya dan melemparkan pandangan kesal dan sebersit kilatan terluka di sorot matanya, aku tidak yakin,"Kau kira aku bodoh?"

"Untunglah kalau begitu."

Jujur saja aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau seluruh sekolah sampai tahu apa yang kulakukan dengan Wonwoo sekarang. Bisa rusak reputasiku. Padahal, masih ada satu semester lagi sampai kelulusan, aku harus menjaga reputasi dan track record ku di sekolah.

"Yah, apa yang kau pikirkan?"

"Ah, bukan apa-apa."

"Cepat makan makananmu sebelum dingin," Wonwoo mengarahkan ujung garpunya pada daging steak yang tergeletak manis di atas hotplate di hadapanku.

"Iya, iya. Kau cerewet sekali seperti ibuku saja."

"Apa yang kau bicarakan barusan?" dia berkata seolah tidak mendengar kata-kataku dengan jelas. Aku yakin dia hanya pura-pura karena aku yakin tadi suaraku cukup keras.

"Oh ya, sebelum aku lupa, aku perlu memberitahumu satu hal. Hari ini kita akan belajar bersama untuk terakhir kalinya. Jadi, setelah ini kita kembali ke kamar dorm mu."

"Ya, ya, ya lakukanlah apapun yang kau suka. Ini kan 24 jam mu," ujarku santai sembari memotong daging yang tiba-tiba menggugah selera makanku.

.

.

.

If I know the truth from the start, I'll never make him sad or cry.

.

.

.

"Mingyu, please make love to me!"

Ini benar-benar the biggest what the heck ever. Apa yang pemuda ini katakan barusan? Apakah dia mabuk atau sedang teler?

"Yah, Jeon Wonwoo! Aku sudah melakukan apapun yang kau mau seharian, tetapi itu bukan berarti aku akan melakukan SEGALANYA. CAMKAN ITU, SEGALANYA. Aku masih normal dan selurus tiang listrik asal kau tahu saja! Aku tidak akan pernah melakukannya! Tidak! Sama sekali tidak!"

Wonwoo mendekatiku dan mendorong tubuhku ke dinding kamarku. Shit, pemuda kurus ini punya kekuatan terpendam juga ternyata. Dia mendekatkan wajahnya ke arahku dan segera menempelkan bibirnya kepadaku. Aku menutup rapat bibirku dan berusaha mendorongnya menjauhi tubuhku, tapi gagal. Mengetahui penolakanku, Wonwoo terdiam dan berkata,"Ini adalah permintaanku yang terakhir. Setelah kau mengabulkan permintaan ini, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk menghilang dari pandanganmu. Aku berjanji Kim Mingyu."

"Aku tidak tahu kalau kau selacur ini Jeon Wonwoo. Seluruh sekolah hanya tahu kalau kau itu siswa dengan otak cemerlang, tapi inikah dirimu yang sebenarnya? Merayu semua teman priamu dan menjadikan mereka pelampiasan nafsumu?"

Wonwoo menunduk, tetapi tangannya kini meremas erat kemeja kotak-kotak yang kukenakan seolah dia sedang berusaha menahan sakit.

"Geurae, karena kau sudah mengatakannya tepat di mukaku kalau aku adalah pelacur, could you please fuck me now, Kim Mingyu?" wajahnya yang mendongak menatapku secara tiba-tiba membuatku terdiam karena tatapannya terlihat aneh. Dia seperti sedang berusaha membangun kepercayaan diri dan membuang semua rasa malu yang dimiliki.

"Kau yang memintanya," aku tidak tahu apa yang merasuki tubuhku. Aku menyelipkan tanganku pada punggung dan belakang lutut Wonwoo, menggendongnya ke kasur dan melemparkannya kasar.

Melihat wajahnya, sekarang aku seperti kerasukan setan. Aku ingin menciumnya. Aku tahu hal ini salah, tetapi aku juga merasa kalau hal ini benar. Kutempelkan bibirku pada bibirnya sekilas hanya untuk mengetes. Manis. Aku tidak bisa menundanya lagi. Pemuda di depanku ini sudah terang-terangan menggodaku seharian, jadi tak ada salahnya aku menciumnya sekarang. Kucium bibirnya yang mengundang dan ketika Wonwoo membuka mulutnya, aku langsung menyerang memasukkan lidahku dan memulai duel. Tangannya melingkar di belakang leherku dan menarikku mendekat ke arahnya, sedangkan aku terus menghisap lidahnya yang berdansa dengan lidahku membuatnya mengerang dan menggelinjang di bawah tubuh kekarku.

"You better let me fuck you for real and don't ever think I'll stop even if you told me to!" dia memejamkan matanya saat aku menjilati leher putih mulusnya sambil sesekali menyesap dan menghisap kuat meninggalkan bekas keunguan yang mungkin tak akan cepat hilang. Tanganku menjelajah ke bagian celananya mencari zippernya dan segera menariknya saat berhasil kutemukan. Tanganku menyusup ke dalam celana dan menerobos boxer yang dipakainya. I grab his soft cock. I trace it lighly with my fingers and circle the slit with my thumb. I feel Wonwoo's cock become hard and a precum start to leak.

"Arrgh, Mingyu," tubuh Wonwoo melengkung indah saat aku kembali meninggalkan hickey di lehernya. Aku tidak bisa menahannya lebih lama. Untung saja Seungcheol hyung dan Seokmin sedang mengerjakan tugas kelompok di dorm Jisoo hyung. Dan sepertinya mereka akan menginap di sana, jadi aku bisa menguasai ruangan ini untuk diriku.

"Scream my name you whore!" bisikku tepat di telinga pemuda yang setelah kuamati memiliki mata indah dan menarik ini membuatnya makin mengeratkan remasannya pada seprai masih dengan matanya yang terpejam. Tubuhnya serasa panas terbakar, begitu juga denganku. Aku tidak akan berbohong, aku benar-benar tergugah saat melihat Wonwoo yang merintih seperti puppy di bawahku ini. Oh God, aku bukan gay, tetapi kenapa rasanya pikiranku dan tubuhku sangat tertarik untuk membuat Wonwoo meneriakkan namaku.

Jariku yang panjang meraih ujung sweater abu-abu yang dipakai Wonwoo dan menariknya ke atas tubuh kurus tutorku ini sehingga kain rajut itu terlepas dari tubuhnya. Sial, tubuhnya begitu langsing seperti perempuan dan kulitnya sangat lembut, putih mulus, seperti susu. God, bagaimana bisa pemuda ini menyembunyikan semua kesempurnaannya selama ini? Aku menelusuri dadanya dengan jari telunjukku membuatnya menahan napas dan aku tersenyum puas mengetahui kalau pemuda ini merespon langkahku dengan sangat baik.

"Jangan tahan napasmu seperti itu atau kau akan pingsan sebelum kita sempat memulai tahap inti!" aku menjilat his pink rose bud. Pemuda yang lebih kecil dariku ini mencoba menahan erangannya, tapi aku melarangnya,"Jangan tahan suara seksimu! Biarkanlah aku mendengarnya. Aku sangat menyukai suara beratmu itu."

"Arrrgh Mingyu," tangan Wonwoo menyusup ke rambut abu-abu milikku, mengusaknya pelan. Baiklah, kita mulai sekarang!

Lidahku sibuk mengitari Wonwoo pink bud sedangkan tanganku bermain dengan yang satunya, memelintirnya pelan sampai mengeras. Jemari Wonwoo kini menjambak rambutku kencang saat aku menciumi dan menjilati dadanya hingga ke bagian privatenya. Wonwoo kembali menunjukkan lengkungan indah tubuhnya saat aku mulai menciumi bagian privatenya.

Oh, seseorang siapapun itu tolong katakan kalau aku sudah gila sekarang. Yah, aku masih suka dada besar dan pussy, tetapi kenapa aku sangat menikmati momen ini?

"Mingyu," tanpa sadar aku menyeringai dan memasukkan his cock ke dalam mulutku membuatnya berteriak," Fuuuck Mingyuuuuu."

Oke kuakui ini pertama kalinya aku memberikan servis blowjob. Sejujurnya pula aku tidak tahu apa yang kulakukan, hanya menuruti insting dan mencoba yang terbaik. Hal ini tidak begitu sulit bukan?

Aku menghisap his cock dan mencoba untuk menelan semuanya sambil mengangguk-anggukan kepalaku mengikuti irama. Pacar satu hariku terlihat sangat menikmatinya dan pemandangan ini adalah hal terindah di mataku. Kenapa aku tidak menyadari keberadaan Wonwoo sebelumnya? Apakah aku terlalu sibuk dengan Tzuyu hingga aku tidak menyadari orang-orang di sekitarku?

Rambut abu-abuku mulai berantakan karena ulah Wonwoo yang terus menerus menjambaknya setiap kali memberikan sedikit treatment pada his cock. Setelah menegang, aku bisa merasakan cairan putih yang sedikit pahit membasahi mulut dan tenggorokanku. Bukannya merasa jijik, aku justru menikmatinya dan menenggaknya sampai habis tak bersisa. Aish, 24 jam bersama Jeon Wonwoo membuatku gila. Kutatap matanya yang mulai terbuka dan kuraup bibirnya yang sudah memerah karena aktivitas make out beberapa menit yang lalu. Aku membagikan rasa cairannya dengan si empunya.

Melihat wajahnya sekarang, aku ingin melancarkan tahap akhir dari proses panjang ini. Wajahnya yang manis, bibirnya yang tipis dan merah, pipinya yang merona, rahangnya yang tegas dan keringat yang membasahi wajahnya membuat jantungku berdebar kencang. Kutarik celana yang masih menempel di kulitnya hingga Jeon Wonwoo telanjang bulat di atas kasurku. Sekali kutegaskan KASURKU. Aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Maksudku, full sex, bahkan dengan pacarku saja belum pernah. Tapi sekarang aku mencoba segala hal baru dengan Jeon Wonwoo yang membuatku mempertanyakan kelurusan tiang listrik yang kubanggakan beberapa jam yang lalu. Sepertinya tiang listrik itu sudah bengkok tertabrak mobil.

"You really want me to fuck you?" kuelus pipi mulusnya yang bersemu pink untuk membuatnya menatapku.

Pemuda kurus ini hanya mengangguk malu. Wait, kemana kepercayaan dirinya pergi? The skinny guy just nod his head shyly. Kulepaskan semua kain yang menempel di tubuhku, kemeja, kaus, celana jeans, bahkan boxer dan melemparnya sembarangan membuatku sama-sama telanjang di hadapannya. Wonwoo menatap tubuhku seperti bermimpi dan aku ingin membuatnya sadar kalau itu bukan mimpi. Kugenggam tangannya dan mengarahkannya pada dadaku yang berdebar kencang. Matanya membulat horor saat tanpa sengaja ia menunduk dan melihat my cock.

"Kenapa?"

"It's so big."

"Apanya yang besar?"

"Punyamu," ucapnya sembari menarik tangannya tetapi aku justru menariknya kembali dan mengarahkannya pada my cock. Damn this sensation. Wajahnya memerah sempurna membuatku ingin menggodanya lagi. Kugerakkan kedua tangan kami yang masih bertengger di bagian privateku membuatnya menyembunyikan wajahnya di dadaku, menolak untuk menatap mataku atau tangan kami.

"Okay, ayo lakukan!" ujarku dengan semangat membara,"Tapi tunggu dulu. Aku tidak punya lube, bagaimana kalau itu akan menyakitkanmu?"

"Yah aku ini pria, aku akan menahannya."

Sebuah ide muncul di otakku,"Aha, tunggu di sini!" aku berlari cepat ke kamar mandi dan membawa sebuah lotion (Seokmin spesial lotion, maafkan aku Seokmin-ah, aku berjanji akan menggantinya kalau hal ini sudah selesai. Jadi, jangan bunuh aku).

"Renggangkan kakimu!" Wonwoo melakukan yang kuperintahkan. Heol, pahanya yang kencang. Kudekatkan wajahku ke pemandangan mengundang itu sembari menuangkan lotion ke jari telunjukku. Kembali kutatap matanya mencari persetujuannya, sebuah anggukan darinya membuatku segera mengarahkan jari telunjuk ini ke lubangnya. Sial, lubang itu segera menghisap jariku membuatku harus cepat menggerakkannya membuat ruang untuk kejantananku nanti.

Wonwoo terlihat tidak nyaman sekarang (bagaimana bisa nyaman kalau ada sesuatu yang menyodok bokongmu seperti ini?). Kucium paha bagian dalamnya untuk mengalihkannya dari rasa sakit yang sedang dirasakannya. Jari keduaku segera bergabung dengan jari telunjuk dan terus saja membuat gerakan menggunting di dalam tubuh tutor yang mendadak menjadi sangat seksi ini.

"Arrgh sakit Mingyu-ya," Wonwoo mencoba untuk menggerakkan tubuhnya tetapi aku menekan pinggangnya membuatnya stay,"Tunggu sebentar lagi Wonwoo-ya!" ucapku.

"Mingyu tolong hentikan! Keluarkan sekarang juga! Rasanya sangat sakit!"sebulir air mata mengalir ke pipinya ketika aku menatapnya. Kupeluk tubuh kurusnya dan mengecup pelan bibirnya untuk menenangkannya. Sembari menciuminya, jari ketigaku menerobos masuk lubang kenikmatan Wonwoo dan mencoba mempersiapkannya untuk sesuatu yang lebih besar. Tiba-tiba jari telunjukku menyentuh titik sensitifnya memaksa Wonwoo menjerit,"Arrgh, Mingyu di sana!"

Assa! Aku menemukan prostatnya. Hal ini akan menjadi semakin menarik.

"Apa kau sudah siap?" kulihat wajahnya yang tiba-tiba saja menjadi satu-satunya wajah tercantik bagiku. Aku bahkan tidak ingat kalau aku punya seorang pacar.

"Yeah," suaranya yang terdengar pelan menggema di telingaku memberikan kekuatan to pound on him mercilessly. Aku benar-benar ingin membuatnya meneriakkan namaku.

Kuraih lotion yang tergeletak di ujung kasur, kutuangkan, dan kuratakan pada kejantananku yang sudah menegang dan mengeras. Setelah melemparkan lotion asal ke atas meja nakas, kusejajarkan kejantananku dengan lubang Wonwoo. Dia memejamkan matanya (aku tahu akan sangat sakit pada awalnya, lebih sakit dari sekadar jariku yang menusuknya) jadi kuelus pipinya dan kukecup pipinya memberinya keberanian dan janji kalau semuanya akan baik-baik saja.

Kuraih kedua kaki jenjang Wonwoo dan meletakkannya di atas pundakku membuat posisi kami semakin intim. Kudorong kejantananku perlahan dan sial, benar-benar sempit. Bagaimana kalau aku sampai menyakitinya kalau aku terus mendorong? Ah, tidak mungkin.

Tanpa pikir panjang lagi kudorong sekuat tenaga kejantananku hingga sepenuhnya masuk ke dalam lubang Wonwoo membuatnya mencengkeram erat punggungku. Kukunya pasti akan meninggalkan luka bulan sabit yang jelek atau bahkan mengeluarkan darah, tapi aku tidak peduli. Yang terpenting sekarang adalah lubang kenikmatan Wonwoo yang hangat dan sempit. Sial, aku bisa keluar kapan saja tanpa melakukan apapun sekarang.

Mingyu, berhentilah melamun! Kau sedang melakukan seks sekarang, bukan saat yang tepat untuk melamun!

"Bergeraklah Mingyu!" okay, itu sinyal yang kutunggu dari tadi. Kugoyangkan pinggulku, menarik dan kembali mendorong kejantananku berulang kali ke dalam lubang itu. Rasanya sangat memuaskan. Kutambah kecepatan dorongan seirama dengan erangan dan desahan Wonwoo yang semakin kacau. Namaku terdengar sangat indah dari mulutnya yang meracau seperti orang mabuk itu.

"Mingyu, fuck, there! There, oh God! Harder please!"

Aku bisa merasakan kejantanan Wonwoo yang terjepit di antara perut kami sudah kembali menegang. Kupegang benda keras itu dan mengocoknya seirama dengan goyangan pinggulku. Wonwoo benar-benar sudah menggelinjang tidak karuan mendapatkan perlakuan seperti ini. Wajahnya bersimbah keringat dan air mata. Tatapanku tertuju pada lehernya yang sangat menggugah selera, seolah vampire yang melihat mangsa, langsung saja kuhisap kulit lehernya itu kuat hingga meninggalkan hickey yang lumayan besar. Sekarang lehernya sudah penuh dengan tanda kepemilikanku dan hal itu membuatnya makin terlihat seksi. Dinding dalamnya tiba-tiba menjepit kejantananku dan aku bisa merasakan kalau kami sudah dekat. Aku tidak bisa menahannya lagi.

"Wonwooooo/Mingyuuuuu," aku mengeluarkan cairan putih milikku di dalam lubangnya sedangkan dia menyemprotkan cairannya di antara perut rata kami. Aku tetap bertahan pada posisi ini selama beberapa saat hingga tetes terakhir. Kukeluarkan organ private ku dari dalam lubang Wonwoo dan membaringkan punggungku di atas kasur, begitu juga dengan Wonwoo. Sepertinya dia kelelahan. Kucium kening yang masih dibasahi keringat, kelopak matanya yang terpejam, hidungnya yang mancung, pipinya yang sudah resmi merona bagai sakura, dan bibirnya yang membengkak karena ulahku.

"Kau mau mandi?"

"Nah, aku sangat lelah. Izinkan aku tidur di sini malam ini!"

"Geurae."

"Kau tidak akan pergi kemanapun, kan?" ujarnya seraya memegang pergelangan tanganku ketika aku berdiri tiba-tiba.

"Tentu tidak. Tidurlah!" jawabku sambil mengusak pelan rambutnya. Aku mencari handuk, membasahinya dan membersihkan tubuh Wonwoo dari sisa-sisa perbuatan kami. Setelahnya aku membersihkan diri seadanya kemudian kulempar handuk itu ke dalam keranjang baju kotor. Aku kembali berjalan menuju kasur, membaringkan tubuhku dan menarik tubuh kurus Jeon Wonwoo ke dalam pelukanku. Kulingkarkan lenganku di pinggangnya membuatnya semakin membenamkan wajahnya ke dadaku. Dia terlihat sangat nyaman dengan posisi ini, begitu juga aku.

"Good night Wonwoo!"

.

.

.

"Ugh, Kim Mingyu apakah kau membawa some chic tadi malam?"

"Apa?" mataku membelalak terbuka saat sahabatku berteriak di pagi hari dan melemparkan tatapan jijik padaku.

"Aish, ruangan ini benar-benar menguarkan bau sex," Seungcheol berjalan mengelilingi ruangan sambil menjepit hidungnya.

"Apa yang kau bicarakan? Aku tidak membawa pelacur manapun tadi malam. Aku bersama ...," kualihkan pandanganku pada sisi kasurku yang lain dan tidak ada siapapun di sana. Sial, dimana Wonwoo? Aku yakin tadi malam kami tidur bersama, berpelukan bahkan.

"Dengan siapa?" Seokmin melemparkan handuk yang baru diambilnya dari kamar mandi padaku,"Cepat mandi sana! Setelah itu bersihkan ruangan ini sebelum Soonyoung hyung datang kemari!"

"Eugh jangan bilang kau masturbasi semalaman Kim Mingyu," Seungcheol hyung menatap menyelidik padaku setelah matanya menangkap handuk yang tergeletak di dalam keranjang baju kotorku.

"Yah, aku tidak sepayah itu Hyung!" kulemparkan bantal yang paling dekat denganku ke wajah tersenyumnya.

"Sudah kukatakan jangan bawa gadis manapun kesini! Aku benci hal itu Kim Mingyu," Seokmin berkacak pinggang di depannya dan membuat ekspresi marah yang sangat tidak sesuai dengan wajah cerianya itu.

"Fuck you! I'm not bringing any girls last night!"

"Jadi siapa yang kau ajak kalau bukan para gadis?"

"Aku tidak ingin membicarakannya. Aku mau mandi!"

Aku yakin Wonwoo masih di sini semalam, tetapi kenapa pagi ini dia menghilang? Dia berkata kalau aku harus menjadi pacarnya 24 jam, tetapi sekarang aku masih punya dua jam sebelum semuanya berakhir. Aku penasaran kemana Wonwoo pergi? Tapi tunggu dulu, sepertinya sebelum Seokmin berteriak-teriak aku sempat punya mimpi aneh.

Dalam mimpi itu Wonwoo mencium bibirku sekilas dan berkata,"Mingyu, terima kasih karena telah mengabulkan semua permintaanku. Sekarang, aku bisa menghilang dari kehidupanmu selamanya."

What the heck was that dream mean? Is it real? I'm sure it's not real.

.

.

.

Sudah dua minggu aku belum melihat Wonwoo. Dia tidak masuk kelas dan Mr. Hwang juga tidak pernah mengatakan apapun tentang Wonwoo ataupun nilai matematikaku. Aku sering melirik tempat duduknya, tetapi hanya ada Jihoon di sana. Mungkin saja dia absen karena sakit.

"Sekarang aku bisa menghilang dari kehidupanmu selamanya," kata-kata itu terus terngiang di kepalaku. Suara berat milik Wonwoo terdengar sedih dan kacau. Apakah itu hanya mimpi? Itu bukan kenyataan, kan?

"Mingyu hyung, seseorang mencarimu!" Chan membuatku berhenti melamunkan Wonwoo dan mataku terpaku pada seorang pemuda berambut karamel yang berjalan ke arahku.

Tiba-tiba saja pemuda itu menghantamkan tinjunya ke wajahku membuat semua anggota tim basket melihat ke arah kami.

"What the heck!" kucengkeram kerahnya dengan kasar, kukepalkan tinjuku siap membalasnya.

"Seharusnya aku menghajarmu lebih awal," mata pemuda ini menyiratkan kebencian. Aku tidak tahu kenapa. Apa yang salah dengan pemuda ini?

"Jun hyung, apa yang kau lakukan di sini?" Soonyoung mencoba memisahkanku dan Jun.

"Kim Mingyu sialan ini pantas ditonjok," Jun berkata tanpa melihat Soonyoung dan masih setia memelototiku,"Kalau bukan karena si brengsek ini, Woonwoo tidak akan pernah ..."

"Jun-ah! Hentikan!" Lee Jihoon pemuda imut yang terkenal bisa sangat galak ini berjalan ke arah Jun dan menarik tubuhnya yang notabene lebih besar darinya menjauh dariku. Suaranya menjadi pelan saat berkata,"Jun, kumohon jangan bertindak seperti ini! Wonwoo tidak akan menyukainya."

"Tapi Jihoon-ah, si brengsek ini perlu tahu kalau ..."

"Hentikan!" Jihoon berteriak sekali lagi.

" Apa? Apa yang terjadi pada Wonwoo? Ada apa?"

"Diam kau Kim Mingyu! Kau tidak pantas tahu apa yang terjadi pada Wonwoo! Orang sepertimu yang tak punya hati tidak pantas tahu apapun tentang Wonwoo!"

"Jihoon-ah, aku sangat khawatir. Kemana Wonwoo pergi selama dua minggu ini?"

"Mingyu-ya!" suara cempreng itu memanggil namaku. Kulihat Tzuyu menghampiriku, namun sebuah tamparan yang mendarat di pipinya yang berasal dari Lee Jihoon mengagetkanku. Oh, apa yang sebenarnya terjadi di sini? Kenapa Jihoon menampar pacarku?

"Apa yang kau lakukan?" mata indah Tzuyu mulai berkaca-kaca.

"Yah! Apa kau mau mati?" aku mencengkeram kerah Jihoon tetapi Seungcheol dan Seokmin datang entah darimana dan menahan tanganku di belakang tubuhku.

"Yah! Lepaskan! Aku harus menghajar orang yang berani menampar pacarku! Lepaskan aku!"

"Mingyu stop it!"

"Yah Mingyu, jalang ini pantas ditampar untuk mengembalikan kewarasannya," Jihoon menyeringai.

"Mwo?" aku sangat marah sekarang. Apa yang sebenarnya mereka katakan? Kenapa aku tidak tahu apapun?

"Semua hal sialan ini terjadi karena dia," tunjuk Jihoon yang siap menyerang Tzuyu lagi, tetapi Soonyoung dan Vernon segera menahannya.

"Dasar jalang, kau pantas mati!" aku belum pernah melihat Jihoon semarah ini walaupun dia terkenal sangat galak.

"Jihoon-ah, apa salahku?"

"Beraninya kau menanyakan hal itu? Kenapa kau tidak tanya pada Woonwoo huh? KENAPA?"

"Kenapa aku harus tanya pada Wonwoo?"

"Yah! Kalau bukan karena kau, Wonwoo tidak akan pernah sekarat seperti ini! Dasar jalang tak tahu malu, kau merebut pria yang dicintai Wonwoo!"

"Apa? Aku tidak merasa merebut siapapun darinya."

"Bagaimana bisa kau melakukan semua ini pada Wonwoo? Kau merebut Mingyu darinya! Kau mengaku kalau kaulah pengagum rahasia Mingyu yang selalu menyisipkan sebuah surat untuknya. Padahal kau tahu kalau Wonwoo lah yang selama ini melakukan itu semua. Kau memberitahu seluruh sekolah kalau Wonwoo gay! Kau bahkan membayar gerombolan teman brengsekmu untuk memukuli Wonwoo saat kau tahu Mr. Hwang memberikan tugas Wonwoo untuk memberikan tambahan pelajaran pada Mingyu. Kau bahkan dengan sangat tega memerintahkan mereka untuk memperkosa Wonwoo karena dia pergi ke taman hiburan bersama Mingyu! You daughter of a bitch!"

"Apa?" aku kehabisan kata. Kurasakan lengan dan kakiku kehilangan tenaga. Benarkah semuanya?"

"Kapan aku melakukan hal keji seperti itu?"

"Kau bisa mengelaknya sekarang. Tapi, aku akan melaporkan semua ini kepada polisi! Camkan itu!"

"Jihoon-ah bagaimana bisa kau berbohong pada kami semua? Semua murid tahu kalay Wonwoo gay dari insiden di kamar mandi sekolah. Kau tahu kalau temanmu itu sangat suka memberikan blowjob. Dia pelacur. Dia yang jalang!"

SLAP

Jun menampar Tzuyu hingga meninggalkan bekas merah di pipi putihnya.

"Beraninya kau berbicara seperti itu tentang adikku? Kau tidak tahu apapun tentang adikku, jadi berhentilah berbicara omong kosong! Kau mengatakan padanya kalau kau adalah sahabatnya dan dia sangat mempercayaimu. Tapi apa yang kau lakukan padanya? Kau merencanakan semuanya untuk membunuh Wonwoo! Teganya kau! Jalang sialan!" Jun bersiap mengangkat tangannya untuk menampar Tzuyu lagi, tapi aku melakukannya lebih cepat.

"Mingyu-ya," dia memegang pipinya yang baru saja kutampar.

"Apa benar?"

"Apa?"

"Apa benar yang mereka bicarakan?"

"Tentu saja tidak."

"Bagaimana bisa kau berbohong padaku selama ini? Kau mengaku kalau semuanya surat darimu. Kau mengatakan kalau kau mencintaiku selama ini."

"Aku benar-benar mencintaimu Mingyu-ya."

"Fuck you! Aku tahu kalau aneh sekali pengagum rahasiaku tiba-tiba muncul dan mengakui perasaannya padaku saat semua kata-kata di surat itu selalu menyiratkan perasaan malu. Tetapi, kau terlihat percaya diri. Sangat malah. God, bagaimana bisa aku tidak menyadari hal ini. Kau bukanlah orang yang kucintai selama ini."

"Mingyu-ya percayalah padaku! Aku sudah mencintaimu sejak lama. Memang benar suart itu bukan dariku, tetapi sekarang kita bahagia kan?"

"Sorry, aku tidak bisa meneruskan hubungan ini. Yang kucintai adalah Jeon Wonwoo, bukan kau!"

"Mingyu, kau bukan gay! Jangan jadi gay untuknya!"

"Kau terlambat. Aku sudah menjadi gay untuknya!" ujarku sambil berbalik dan pergi dari lapangan basket indoor.

.

.

.

TBC/END