Naruto milik Masashi Kishimoto-sensei

When Author Meet Reader milik Ozellie Ozel

Rate : Teen

Pairing : NaruHina

Genre : Humor, Romance

Warning : Gajeness, OOC, Sinetronisme, Gak Sesuai EYD, Boring, Typos

YOU HAVE BEEN WARNED

JUST FUCK OFF, IF YOU DON'T LIKE THIS STORY, PAIR, AND ANYTHING ABOUT IT

When Author Meet Reader

...

Happy Reading

Naru mengecup bibir Saku dengan penuh cinta. Tak ada sesenti jarak pun yang dibuat Naru untuk sekedar memisahkan sejenak tautan bibir keduanya. Mereka enggan melepaskan diri, karena hati terlanjur terikat satu sama lain.

TAMAT

Seorang wanita cantik berusia tiga puluh lima tahun mengernyitkan dahi kala melihat akhir cerita dari story yang baru saja dibacanya. Hinata, nama wanita itu, mendecak sebal karena story yang selama ini disukainya, ternyata tidak menjadikan favorite pair Hinata sebagai end pair. Padahal jalan ceritanya cukup menarik menurutnya. Namun apa daya jika si author malah membuat NaruSaku sebagai end pair.

Dengan kekecewaan yang mendalam, Hinata mengirim pesan pada si author yang memiliki pen name Rubah Liar. Dia mengeluarkan semua kekecewaannya pada sang author melalui pesan pribadi.

To: Rubah Liar

Subject: Kekecewaan terhadap 'Cinta Sejati'

'Hai, Rubah Liar.

Salken, ya.

Dari cara penulisan, kamu masih muda, ya? Btw, usiaku sudah 35 tahun, jadi panggil Mbak aja yah biar enak.

Sebelum menikah, Mbak pernah juga jadi author di fanfiction. Sayangnya semua story udah Mbak hapus karena gak akan aktif lagi sebagai author di ffn. Penname Mbak juga sengaja kuganti. Tapi Mbak gak perlu kasih tahu apa penname Mbak sebelumnya. Takut entar dikira sok menggurui.

Kita emang gak saling kenal satu sama lain, tapi, sebagai pembaca setia Cinta Sejati alias CS, Mbak benar-benar kecewa sama kamu.

Kenapa sih kamu buat endingnya Naru sama Saku? Padahal NaruHina 'kan jauh lebih menarik? Pendukung NaruHina juga banyak, loh. Mbak kecewa aja!

Udah gitu sebenarnya tulisan kamu gak rapi sama sekali, coba deh kamu lihat karya beberapa senpai di fanfiction, pasti kamu bakal tahu sejauh mana kemampuan menulismu.

Di Cinta Sejati, Masa' Naru harus bercerai dengan Hina hanya karena Saku kembali ke kehidupan mereka? Lalu anak NaruHina bagaimana, dong nanti?

Jujur, ya! Aku benci banget sama Saku, dan tidak suka liat dia sama Naru. Tukang rebut suami orang.

Mbak udah menikah, loh! Mbak gak bisa bayangin kalo suami Mbak selingkuh sama mantan pacarnya.

Awalnya story kamu ini benar-benar enak banget dibaca. Tetapi lama kelamaan Mbak bosan banget! Gak ada faedah yang harus diambil. Udah gitu, sempat kecewa banget di chapter 13, kamu buat fullchapter of lemon.

Tolong dong!

Di fanfiction banyak banget anak di bawah umur yang membaca. Jadi alangkah baiknya jika lemonnya di skip aja.

Mbak tau sih, kalo storyrate M itu banyak peminatnya, tapi pikirin dong nasib bangsa dan negara ini kalo sering baca story seperti karya kamu.

Maaf, kalo kamu tersinggung.'

Hinata mengirim pesan yang berisi semua uneg-unegnya pada si Rubah Liar. Akhirnya dia bisa lega juga. Hinata hanya bisa berharap jika si author mau membaca pesannya dan berubah ke jalan yang benar. Lagipula pesan itu bermaksud baik kok, jadi dia pikir kalau si Rubah Liar juga akan welcome.

TING TING

Hinata beranjak dari dapur ketika mendengar suara bel rumahnya. Dia membuka celemekya dan meletakkan di atas meja makan lalu berlari pelan menuju pintu. "Okaerinasai, Anata," sambut Hinata riang seraya mengambil tas kantor suaminya.

Sang suami yang bernama Naruto menyunggingkan senyum cerah. "Tadaima, Hinata-chan," sahut Naruto sambil mendudukkan diri di sofa. "Aku mau mandi dulu. Bisa buatkan kopi untukku?" pintanya lalu membuka sepatu dan kaus kakinya.

Hinata mengambil sepatu Naruto lalu menyimpannya di rak. "Mandilah, akan kubawakan kopi dan roti," katanya lalu menyalakan televisi. Di sore hari seperti ini, biasanya Naruto akan menonton acara berita. Seusai menyetel siaran yang biasa ditonton suaminya, Hinata berlalu ke dapur dan menyiapkan kopi.

Lima belas menit terlewati, Naruto telah selesai mandi dan duduk santai di depan televisi sambil menikmati segelas kopi dan roti buatan sang istri. Sedangkan Hinata, dia sedang mandi. Dan jika sudah berkutat di dalam kamar mandi, biasanya akan habis satu jam lamanya. Pasalnya di sore hari begini, Hinata lebih suka berendam di bathtub sambil memainkan game di ponselnya atau mendengar musik K-pop.

Untung saja kedua anak mereka sedang menghabiskan liburan musim panas di rumah kakek dan neneknya, kalau tidak, Naruto sendiri yang harus menjaga mereka. Jadi Naruto tak khawatir akan ketenangannya diganggu oleh kedua bandit nakal itu. Lagipula, dengan ketiadaan mereka, Naruto bisa mencari inspirasi untuk membuat story lemon yang hot dengan sang istri nanti malam.

Berbicara soal story, Naruto memang sudah setahun ini berkutat di dunia fanfiction sebagai author. Memang dia sudah cukup lama mengenal fanfiction, namun masih sebatas reader saja. Baru-baru ini dia memberanikan diri sebagai author.

Cerita ketiga yang ditulisnya berjudul Cinta Sejati. Ceritanya sudah complete dengan review yang sudah mencapai angka 746. Baru tadi pagi dia menyelesaikan cerita tersebut. Dan untuk membunuh rasa bosannya, dia membuka aplikasi fanfiction di ponselnya dan melihat review yang baru saja masuk.

Naruto menyunggingkan senyum lebar kala banyak sekali para pembaca yang mengaku puas dengan ending ceritanya. Namun tak sedikit pula yang kecewa, dan beberapa di antaranya, ada yang menyebutkan makian.

Bosan membaca review, Naruto beralih ke private message yang baru saja masuk pada pukul 4: 50 PM. Dia mendecak kesal saat melihat pen name sang pengirim pesan yang memang dia tidak suka. "Panjang, ya?" gerutu Naruto saat melihat rangkaian kalimat yang cukup untuk menjadi sebuah pidato.

Dia membaca pesan itu dengan seksama dan penuh kekesalan. Bagaimana tidak, jika isinya mengandung unsur memaksa yang kentara.

'Hai, Rubah Liar.

"Hai, Ungu Permai," gumam Naruto sambil menyesap kopinya.

Salken, ya.

"Iya, salam kenal juga!" ujar Naruto lalu meletakkan gelas kopinya.

Dari cara penulisan, kamu masih muda, ya? Btw, usiaku sudah 35 tahun, jadi panggil Mbak aja yah biar enak.

Naruto mengernyitkan alisnya. "Ini orang sotoy amat! Muda dari mana? Udah anak dua, keles!" Naruto tersenyum mengejek. "Panggil Mbak aja, katanya? Kalo Mbah baru cocok!"

Sebelum menikah, Mbak pernah juga jadi author di fanfiction. Sayangnya semua story udah Mbak hapus karena gak akan aktif lagi sebagai author di ffn. Penname Mbak juga sengaja kuganti. Tapi Mbak gak perlu kasih tahu apa nama penname Mbak sebelumnya. Takut entar dikira sok menggurui.

"Aku gak peduli mau kau author atau nggak! Lagian pede amat sih! Siapa juga yang mau tahu pen namemu!"

Kita emang gak saling kenal satu sama lain, tapi, sebagai pembaca setia Cinta Sejati alias CS, Mbak benar-benar kecewa sama kamu.

"Oh aja ya kan!"

Kenapa sih kamu buat endingnya Naru sama Saku? Padahal NaruHina 'kan jauh lebih menarik? Pendukung NaruHina juga banyak, loh. Mbak kecewa aja!

"Bodo amat!" Naruto mulai kebakaran jenggot.

Udah gitu sebenarnya tulisan kamu gak rapi sama sekali, coba deh kamu lihat karya beberapa senpai di fanfiction, pasti kamu bakal tahu sejauh mana kemampuan menulismu.

"Sialan! Ngebandingin aku sama author lain lagi!" gerutu Naruto sambil menggaruk kepalanya.

Di Cinta Sejati, Masa' Naru harus bercerai dengan Hina hanya karena Saku kembali ke kehidupan mereka? Lalu anak NaruHina bagaimana, dong nanti?

"Ora urus! Baperan banget sih ni orang!"

Jujur, ya! Aku benci banget sama Saku, dan tidak suka liat dia sama Naru. Tukang rebut suami orang.

"Yaelah, story abal-abal juga diributin!"

Mbak udah menikah, loh! Mbak gak bisa bayangin kalo suami Mbak selingkuh sama mantan pacarnya.

"Mbah, lagi curcol?" Naruto terkekeh geli ketika membacanya.

Awalnya story kamu ini benar-benar enak banget dibaca. Tetapi lama kelamaan Mbak bosan banget! Gak ada faedah yang harus diambil. Udah gitu, sempat kecewa banget di chapter 13, kamu buat fullchapter of lemon.

"Suka-suka aku dong! Ni orang maksa banget, ya!"

Tolong dong!

"Minta tolong sama polisi!"

Di fanfiction banyak banget anak di bawah umur yang membaca. Jadi alangkah baiknya jika lemonnya di skip aja.

"Ni orang sok ngatur banget! Melebihi nenek-nenek!" Naruto mengusap latar ponselnya ke atas. "Gak tahu apa artinya 'DLDR'?"

Mbak tau sih, kalo storyrate M itu banyak peminatnya, tapi pikirin dong nasib bangsa dan negara ini kalo sering baca story seperti karya kamu.

"Astaga! Kalau mau baca yang berbobot, ya, jangan baca rate M. Atau mending baca alquran atau alkitab aja, Mbah!" kekeh Naruto.

Maaf, kalo kamu tersinggung.'

"Tersinggung? Kalo udah tahu kata-katanya mengandung kebencian, ngapain ngirim pesan?" Naruto mendecak kesal. Dia mengetik pesan untuk membalasnya.

Tak selang beberapa menit, pesan balasan kembali muncul.

To: Ungu Permai

Subject: Kekecewaan terhadap 'Cinta Sejati'

'Hai, Mbah!

Salam kenal juga.

Mbah gak usah sok ngatur deh! Kalo mau, buat cerita sendiri aja. Itu lebih baik ketimbang ngatur begini dan begitu!

Mbah kan udah pernah jadi author, pasti udah berpengalaman, kan?

Yaudah deh Mbah! Aku males kalo harus balas pesan begini. Lebih suka facetoface! Kan Mbah udah dewasa.'

Tak lama kemudian pesan balasan kembali muncul.

To: Rubah Liar

Subject: Kekecewaan terhadap 'Cinta Sejati'

'Kamu itu masih anak-anak, jadi males ngeladenin. Tapi kalo kamu tinggal Tokyo, kita bisa silaturrahmi loh. Cuma ya gitu, terkadang orang kayak kamu pengecut!'

"Sialan!" maki Naruto. Buru-buru dia membalas pesan dari si Ungu Permai.

To: Ungu Permai

Subject : Kekecewaan terhadap 'Cinta Sejati'

'Oh, jadi Mbah anak Tokyo ya! Silaturrahmi ide bagus loh? Esok ada waktu luang gak? Ketemuan di Kurama Cafe di Jalan Minato, yuk! Jam 4 sore!'

TING

Kembali pesan masuk.

To: Rubah Liar

Subject: Kekecewaan terhadap 'Cinta Sejati'

'Oh Mbak tau tempatnya, entar kita jumpa disana aja, ya dek! Mbak, pake baju biru dan celana hitam, biar gampang aja ngenalinnya.'

"Sialan! Aku dikatain 'adek'? Usiaku udah 36, Mbah!" ujar Naruto seraya meletakkan ponselnya di atas meja. Dia berjalan menuju kamar dan langsung tidur. Dia melupakan keberadaan sang istri di dalam kamar mandi, juga sedang kesal terhadap sesuatu.

...

...

*...*...*

...

...

Hinata mengenakan kaus biru langit dengan celana jeans hitam ketika memasuki Kurama Cafe yang tidak terlalu ramai. Dia mengambil tempat di dekat pintu masuk agar lebih mudah mendapati si Rubah Liar. Hinata hanya berharap jika bocah itu menepati janji untuk ketemu. Dia memang sengaja datang lebih cepat dua puluh menit untuk sekedar WiFi-an. Dia 'kan menjadi pelanggan di Kurama Cafe sudah lama.

Tepat pukul empat sore lebih lima menit, seorang pria yang cukup dikenal Hinata memasuki Cafe. Alis rapi wanita itu menaik. Seingatnya tadi, Naruto ingin pergi ke rumah sahabatnya, lalu untuk apa dia datang ke Cafe ini.

"Naruto-kun," panggil Hinata.

Sontak saja pria itu berbalik dan membulatkan matanya. "H-Hinata..." Naruto gugup. Dia malu karena ketahuan berbohong pada sang istri. Namun keterkejutan itu semakin bertambah kala dia mendapati Hinata dengan kemeja birunya.

"Ada apa dengan kemejaku?" tanya Hinata bingung karena tatapan aneh sang suami.

Naruto tersenyum kikuk. "Uhm ... Nggak kok!"

Mereka terdiam beberapa menit.

Merasa de javu akan suasana ini.

Hinata kembali bersuara, "Menunggu teman yang mana?" tanyanya.

Naruto menghela napas berat. Feelingnya benar-benar tak enak akan hal ini. "U-U-U..."

"Uchiha?" tebak Hinata.

Naruto menggelengkan kepala. "Nggak!"

"Lalu?" Hinata mulai curiga.

Naruto menghela napas dalam-dalam. "U-U-Ungu Permai."

Hinata membulat matanya. "O-Oh. Jadi kau ... Rubah Liar?"

Dua kali! Udah dua kali dia bermasalah dengan Naruto gegara fanfiction.

Naruto menelan ludahnya dengan susah payah kala melihat ekspresi bengis Hinata. "Gomen."

"Gomen? Gomen untuk apa, Rubah Liar? Gomen untuk menjadikan malam panas kita di ranjang sebagai inspirasi story rate M?" Aura Hinata mengerikan.

Naruto hanya diam dan enggan bersuara lagi.

"Jangan harap jatah selama seminggu ini!" ancam Hinata.

Mata Naruto terbelalak. "M-maksud..."

"Apa? Mau melawan? Kalau begitu jadi sebulan!" ancaman Hinata semakin menyiksa.

"Sayang, a-aku tidak bermaksud..." Naruto berusaha berkilah. Dia menghindari tatapan tajam sang istri.

"Oh masih mau nambah? Kalau begitu setahun tak ada jatah!" ujarnya marah dan tak pelayan akan para pelayan pelayan di Cafe yang memandang aneh pada mereka.

Naruto mendecak kesal. "Tck, udah maksa, ngatur, mengancam lagi!" Dia menghela napas berat. "Dasar reader emak-emak!" gerutunya.

Mendengar hal itu, sontak saja emosi Hinata kian memuncak. "TAK ADA JATAH SELAMANYA DAN TIDUR PISAH RANJANG!"

Mata Naruto melebar kala melihat istrinya berjalan meninggalkan dirinya yang masih terkejut. "BUNUH SAJA AKU, UNGU PERMAI!" teriaknya frustasi.

...

END

...