" Nee, Kodomotachi! "
Disclaimer: Sampe Kurobas betebaran AoKise KagaKuro TakaMido dan segala jenis yaoi, tetep aja punyanya Fujimaki Tadatoshi. I don't own anything.
Summary: Kise terbangun dan mendapati semua anggota KiseDai telah menjadi anak kecil—kecuali Aomine yang telah pergi sejak pagi. Apa yang akan ia lakukan? / bad at summary, maybe BL
Family / Parody. (mungkin genre nya salah besar ya?)
Gaje, AU, abal, typo, OOC, alay, BL wannabe, penuh kecadelan, dll. Segala yang jelek nyantol di sini. Btw saya lupa, Akashi manggilnya pake marga ato nama kecil? /plak
Thanks for reading this fic. Enjoy!
Teiko Junior High School angkatan Kuroko yang udah lulus memutuskan untuk mengadakan camp latihan sekaligus reunian. Kenapa bisa begini? Tak ada yang tahu. Oke, agar mungkin kita mengetahuinya, mari kita flashback sedikit kejadiannya.
Mantan anggota Kiseki no Sedai itu berkumpul lagi mengadakan reunian dadakan karena tiba-tiba mereka bertemu di tempat yang sama. Ketujuh orang terdiam saat saling bertemu, ternyata canggung juga bertemu teman lama yang sudah menjadi musuh.
"... Hei, tampaknya sudah lama kita tak melakukan latihan bersama, nee?" tanya Kise tiba-tiba, entah apa maksudnya. Semuanya menatap bingung.
"Hah?" ujar semuanya berbarengan, bingung.
"Etto, begini, aku rindu masa-masa SMP kita-ssu~ saat kita semua latihan bersama," ujar Kise menjelaskan. "Jadi aku ingin paling tidak sekali lagi ingin merasakan latihan bersama semua-ssu~!"
Semua terdiam. "... Dasar bodoh, kita sekarang sudah musuh, tahu," ujar Aomine ogah.
"Hee~ tapi aku kangen saat one on one dengan Aominecchi -ssu~! Aku ingin seperti dulu lagi~"
Semua terdiam. Benar juga. Kalau boleh jujur, semuanya sedikit rindu latihan saat di SMP dulu. Anggotanya terlalu hebat sampai sulit dikalahkan, pasti asik.
"Ya sudah," Akashi menghela nafas. "Kita adakan camp latihan musim panas selama seminggu."
"EEHHHH?!"
Semua kaget dengan perkataan sang mantan kapten Teiko tersebut. "Ada yang keberatan?" tanya Akashi dingin. Kemudian hening seketika.
"Nee~ aku setuju-ssu~!" Kise tersenyum senang.
"... Baiklah," Kuroko mengangguk dengan tampang expressionless.
"Hmph, kalau itu kata Akachin sih tidak masalah. Ah, ternyata rasa baru snack ini enak," jawab Murasakibara sambil memakan snack-nya.
"Haa, aku malas bicara," kata Aomine. "Terserahmu saja."
"Sepertinya menarik~! Aku ikut, ya~!" Momoi mengangkat tangan.
Midorima mengangguk saja, keep calm. Sebenernya sih ingin teriak. Biasa, Tsundere.
Begitulah. Mereka akan mengadakan camp latihan selama seminggu. Mereka menginap di sebuah penginapan yang tersedia basketball court juga.
"Baiklah, kita tentukan kamarnya," ujar Akashi layaknya kapten. "Setiap kamar terdiri dari dua orang, aku menyewa empat kamar. Satu untuk Satsuki, jelas."
"Untuk yang lain..." Akashi menatap mantan rekan mainnya satu-satu. "Hmph, Aomine dengan Kise, Midorima dengan Kuroko, dan aku dengan Murasakibara."
"Hah?! Apa?! Aku dengan Kuro—"
Ckris.
"Keberatan?" Akashi men-death glare Midorima sambil memegang guntingnya dan sukses membuat lelaki Tsundere tapi ketinggian itu terdiam.
"Ti—tidak."
"Bagus," Akashi mengangguk. Ia menyerahkan kunci kamar pada Aomine, Kuroko, dan Momoi. Kunci untuknya dan Murasakibara disimpan olehnya. Akashi diam sebentar saat menyerahkan kunci pada Aomine. "Hei," ujarnya sambil menatap Aomine dingin. "Kalau sampai malam-malam terdengar suara Kise semacam 'Ah, uh, ahn, Aominecchi' dari kamarmu, kugunting badanmu sampai hancur."
"Kau juga, kalau sampai terdengar suara aneh-aneh akan kubunuh kau," Aomine menyeringai. Kebetulan Akashi memberikan kunci kamar yang ada di sampingnya.
Tapi kita tak tahu apakah tidak akan terdengar suara semacam 'Ah, uh, ahn' dari dalam kedua kamar itu.
Mari kita tunggu kenyataannya.
Oke ini melenceng dari tema awal.
Keesokan paginya, Kise terbangun. Ia menguap lebar. "Hmm~! Ohayou-ssu~!" ujarnya. Niatnya sih mau menyapa Aomine, tapi saat ia menoleh ke sebelahnya, tempat seharusnya Aomine tidur—ya, entah kenapa Kise memesang kamar dengan satu kasur besar, bukan dengan dua kasur kecil—tapi yang dicari malah tidak ada. Di bantal yang semalam ditiduri oleh Aomine terdapat catatan.
"Hmph? Catatan apa ini?" Kise mengambil catatan itu.
Untuk Kise.
Aku malas latihan, aku tidak peduli dengan latihan. Bilang Akashi aku pergi dulu sampai nanti sore.
P.S: Kita mau main one on one atau 'main' one on one?
Wajah Kise bersemu merah saat membaca pesan tambahan itu. "A—Aominecchi baka-ssu~!" tapi Kise malah memeluk kertas pesan itu. "Aku ingin dua-duanya~!" ujarnya senang. Dasar.
Setelah mandi dan merapikan diri, Kise keluar kamar dan menuju lapangan latihan. Ya, seharusnya dia telat. Mereka janji bertemu jam delapan, tapi Kise baru bangun jam setengah sembilan. Wah, Kise mesti siap-siap di gunting Akashi, nih.
Tapi lapangan masih sengang saat itu. "... Akashicchi?" panggilnya bingung. "Aominecchi?" panggilnya sekali lagi walau ia tahu Aomine sudah kabur. "Kurokocchi? Murasakicchi? Midorimacchi? Momocchi?" sekali lagi ia memanggil nama semua mantan rekannya itu. Tak ada yang menyahut. "Kenapa ini-ssu?" tanyanya bingung. "Mereka semua bercanda atau belum bangun?" Kise berpikir. Ia memutuskan untuk menunggu saja. Lima menit. Sepuluh menit. Dua puluh menit. Setengah jam. Tak ada yang datang. Kise memutuskan untuk memanggil semua mantan rekannya ke kamar.
Kamar pertama, kamarnya Kuroko dan Midorima. Kise mengetuk pintu kamar itu lima belas kali sambil memanggil nama Kuroko dan Midorima. Tak ada yang menyahut.
"Kurokocchi? Midorimacchi?" panggilnya sedikit kesal—atau takut? Mungkin. "Tidak lucu-ssu! Keluar, Kurokocchi, Midorimacchi!"
Tiba-tiba sebuah tangan melambai tepat di mata Kise. Asalnya dari kepalanya sendiri.
"Doumo," sapa sebuah suara. Kise kaget. Ternyata Kuroko!
—atau anak yang mirip Kuroko?
Yang jelas Kuroko versi kecil.
"Hah?! Kurokocchi?!" Kise tersentak kaget sampai hampir menjatuhkan Kuroko kecil. "Sejak kapan kau ada di kepalaku-ssu?!"
"Sejak Kise-kun ada di lapangan tadi," jawab Kuroko kecil datar. Kise kaget. Sudah lama sekali! Kok bisa-bisanya ia tidak sadar?!
Kise mengangkat Kuroko kecil dari kepalanya dan menatapnya. "Tu—tunggu, siapa namamu?" tanya Kise bingung.
"Kuloko Techuya," jawab anak itu. Yap, ternyata benar.
"Kurokocchi?!" Kise berteriak kaget.
Belum selesai kebingungan Kise, tiba-tiba Kuroko kecil memintanya membuka pintu kamarnya. "Tolong bukakan pintu itu," pinta Kuroko. Kise membuka pintu itu dengan kunci yang diberikan Kuroko.
"Kemana saja kau?" tanya sebuah suara yang sangat dikenal Kise. "Kau sudah membuatku telkunci di luangan ini nanodayo," lanjut suara itu, membuat Kise sangat yakin.
Kise pasang tampang poker face.
"HAAHHHH?!" teriak Kise kaget. "Ka—kau?! Siapa lagi kau ini?!"
"Aku?" tanya anak kecil berambut hijau itu. "Midolima Chintalou nanodayo."
Kise pun siap mati.
Kise buru-buru menutup pintu kamar dan mendudukkan kedua bocah itu berdampingan. "Jadi..." ujar Kise. "Apa yang terjadi pada kalian-ssu?" tanyanya.
"Tidak tahu nanodayo," jawab Midorima. "Tiba-tiba sudah begini. Yang lain juga begini, mungkin?"
"Um... kalau begitu kenapa tidak kumpul di lapangan?" tanya Kise lagi.
"Telkunci di kamal masing-masing, mungkin? Lubang kuncinya kan tellalu tinggi," jawab Kuroko.
"Tapi kau bisa keluar, Kurokocchi."
"Aku kelual kamal sebelum belubah jadi kecil, tepatnya tadi tengah malam aku kelual untuk jalan-jalan dan tiba-tiba teltidul di lapangan tanpa sadal," lanjutnya. "Begitu bangun balusan aku telnyata sudah jadi kecil dan akhilnya Kise-kun datang."
"Ohh..." Kise menatap keduanya lagi. Mereka bertiga terdiam sejenak. "Jadi... Momocchi, Murasakicchi, dan Akashicchi terkunci, ya?" tanyanya khawatir. Kise pun langsung kabur ke kamar Akashi.
"Akashicchi? Murasakicchi?" panggilnya sambil mengetuk pintu. Tak ada jawaban. Kise mencoba membuka pintu itu. Ternyata terbuka. Tidak dikunci. Astaga, jangan-jangan sejak malam tidak dikunci dan keduanya sudah diculik?
Kise masuk ke dalam ruangan.
Ckris.
Suara mengagetkan dan khas itu terdengar. Kise menoleh ke bawah dan hampir menjerit kaget. Akashi versi bocah sedang mencoba menggunting tali sepatunya!
"Wuah! Akashicchi!" Kise mengangkat kakinya sebelum Akashi sempat menggunting tali sepatunya. Akashi mendecak kesal.
Kise menggendong Akashi dan mendudukkan Akashi, Kuroko, dan Midorima di meja. Sekarang ada tiga anak dadakan ini. Ia menatap Akashi versi bocah dalam-dalam.
"Um... namamu...?"
"Akashi Seijuulou," jawab Akashi versi bocah dan membuat Kise terdiam lagi. "Mantan kapten SMP Teiko. Jangan bilang kau lupa," kalimat terakhirnya terdengar seperti ancaman, apalagi dengan tatapan matanya dan gunting di tangannya.
"Ti—tidak kok! Cu—cuma memastikan!" Kise panik duluan.
"Hmph, buat apa memastikan hal itu kalau kau sudah melihat dua orang ini menjadi anak kecil."
Kise bingung mau bicara apalagi sekarang. "Um... Murasakicchi... mana?"
Om Nom Nom.
"Hoaah~ tampaknya lasa balu snack ini kulang enak dibandingkan yang kemalin," terdengar suara orang yang dicari. Panjang umur.
Terlihat seorang anak nyasar berambut ungu panjang yang tingginya tetap sedikit kelewat dibandingkan anak normal sedang menikmati snack.
"Murasakicchi!" panggil Kise. Yang dipanggil nengok.
"Ada yang memanggil?" tanya anak itu.
"Kau... Murasakicchi, kan?"
"Mulasakibala Atsuchi," ujar anak itu. Kise menghela napas. Lagi-lagi salah satu mantan rekannya menjadi bocah.
"A—ah!" Kise menatap Akashi. "Bagaimana dengan Momocchi? Jangan-jangan dia terkunci di kamarnya-ssu?"
"Oh, dia?" Akashi menghela napas. "Mungkin telkunci. Buka saja kamalnya, aku minta kunci dali lesepsionis dulu," Akashi berjalan pergi—tapi, ya, dia tak bisa membuka pintu kamarnya sendiri.
"Sudah biar aku saja!" Kise membuka pintu dan berlari ke resepsionis.
Setelah mendapat kuncinya, Kise langsung membuka pintu kamar Momoi tanpa pikir panjang.
"Momocchi!" panggilnya panik.
Pluk!
Tiba-tiba ada yang nemplok di kakinya. "Ha—hah?!" Kise kaget dan menoleh ke bawah.
"Ki—Ki-chan..." terdenga suara yang sangat dikenalnya—dan suara itu tampak panik.
"Mo—Momocchi?! Kenapa menangis?" tanya Kise.
"A—aku telkunci! Kukila tak bisa kelual lagi!" Momoi versi bocah semakin memeluk kaki Kise erat. Kise bingung harus apa.
Keenam sahabatnya dari SMP sama-sama berubah menjadi anak kecil dan Aomine tidak ada. Dia harus bagaimana? Rasanya ia ingin menjerit.
AKU HARUS BAGAIMANA?! AOMINECCHI, KEMBALILAH DAN TOLONG AKUUU!
.: To Be Continued :.
