WHAT ABOUT OUR BABY / KYUMIN / GS / CHAPTER 1

Author : Amilia Marisca Kyumin Shipper

Cast : kyumin, dll

genre : family, romance

warning : maaf kalo pendek,banyak typo, judul tidak singkron dengan cerita, alur cerita bisa ketebak, dll. Maklum masih pemula.

-

-KYUMIN-

-

Kulepaskan sepatu yang dari tadi kupakai untuk bekerja, meletakkannya di rak sepatu yang ada di dekat pintu masuk, kemudian berjalan menuju ruang keluarga.

"PAPA!"

Sesosok bayi yang baru bisa berjalan itu melangkahkan kaki kecilnya pelan kearahku, sedikit terseok-seok memang.

Akupun berhenti di tempatku, menunggu malaikat kecilku berjalan kesini sendiri, menggunakan kedua kaki kecilnya.

Lengan kecilnya terjulur kearahku, seolah sudah tidak sabar untuk menggapaiku. Bibir kecilnya masih meneriakkan kata yang sama, 'PAPA'.

Karena jaraknya yang sudah dekat, akupun berjongkok, kemudian merentangkan kedua tanganku lebar, siap menerima tubuh kecilnya, ah, perlu kuralat, tubuhnya ini sedikit gempal, menandakan kalau buah hatiku ini bayi yang sehat.

hap~

Dengan sigap, akupun menggendongnya kearah sofa ruang keluarga.

"Ahahahaha!" tawa bayiku keras.

Entah apa yang ditertawakannya, atau dia tengah dalam keadaan bahagia mungkin.

"Aigoo, uri Minhyunnie sudah mahir berjalan rupanya" ujarku seraya menggesek-gesekkan hidungku dengan hidung mungil Minhyun, nama anakku.

Sedangkan Minhyun terus saja tertawa, sebahagia itukah bertemu denganku? Aku bukannya terlalu percaya diri, tapi memang dapat kurasakan kalau Minhyun benar-benar menyayangiku, seakan hanya akulah yang ia miliki. Dia selalu saja berjalan dengan tergesa ketika aku datang. Dan jika bukan aku yang menyanyikannya lagu, menimangnya, serta memberinya susu sebelum tidur, Minhyun tidak mau tidur, terus saja rewel dengan meneriakkan 'PAPA'. Membuatku harus meluangkan waktu makan siangku di rumah agar Minhyun bisa tidur siang, kemudian aku kembali ke kantor. Melelahkan? Memang. Tapi menyenangkan.

"Ahjumma, titip Hyunnie dulu ne?" ujarku pada Ahjumma yang membantuku di rumah ini.

Kuberikan Minhyun pada ahjumma, dan reaksi Minhyun pasti akan selalu sama, memberontak.

"PAPA! PAPA!" teriaknya tak terima.

"Sebentar saja sayang. Appa mau mandi dulu" ujarku seraya mengelus puncak kepalanya yang ditumbuhi rambut-rambut halus nan lembut.

Kukecup pelan dahi lebar putraku ini, kemudian berjalan kearah kamarku yang berada tak jauh dari ruang keluarga.

Memang aku sengaja tidak membeli rumah dengan dua lantai, agar tidak ada yang terjatuh.

Kubuka kenop pintu kamarku, membukanya secara perlahan. Kulihat disana, sesosok wanita cantik nan manis tengah duduk di ujung kasur.

Tangan mungilnya digunakannya untuk memainkan ujung pakaiannya. Kepalanya tertunduk dalam, mengamati entah apa itu. Aku yakin kalau dia tidak menyadari kehadiranku.

Setelah menutup pintu rapat-rapat, akupun berjalan mendekatinya, duduk tepat di sampingnya.

Kuraih tangannya, membawanya kedalam genggamanku, kemudian mengecup tangannya lembut.

"Aku sudah pulang. Kenapa tidak menyambutku, eoh?" ujarku pelan.

Diam. Wanita di sampingku ini hanya diam saja. Kepalanya yang menunduk, secara perlahan diangkat, tepat menatap kearahku.

Pandangan matanya seolah berbinar cerah, menatapku penuh harap. Bibir merah mudanya melengkung membentuk senyuman yang benar-benar manis.

"Minnie..." ujarnya dengan pelan.

"Sayang Kyunnie..." sambungnya.

Kemudian ia memelukku erat, benar-benar erat. Seolah takut aku akan melepaskan pelukannya.

Hh~ Apa yang kutanyakan tadi tidak dijawabnya dengan benar. Kau harus lebih bersabar Cho Kyuhyun.

Lama ia memelukku, hingga aku yang melepaskannya terlebih dahulu.

Raut wajahnya berubah, raut wajah bahagia tadi kini berganti dengan raut wajah kecewa yang sangat.

"Kyunnie tak menyukainya?" tanyanya dengan nada kecewa.

Buru-buru aku memberinya pengertian, sebelum sesuatu terjadi, "Kyunnie menyukainya, tapi Kyunnie mau mandi dulu. Badan Kyunnie bau" ujarku beralasan.

Aigoo~ Apa yang kukatakan?!

"Minnie sayang Kyunnie" ujarnya kini dengan raut wajah kembali cerah.

Lagi, jawaban yang sama pada pertanyaan berbeda. Dan ia kembali menjawabnya dengan kata yang tidak tepat.

Akupun menuntunnya berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamar.

'Aku yakin kalau kau belum mandi' ujarku dalam hati.

Walaupun dia tidak mandi sekalipun, kurasa bau tubuhnya akan tetap sama wanginya. Aku sebenarnya juga heran, apa dia tidak mengeluarkan keringat?

Segera saja kulepaskan seluruh pakaian yang menepel di tubuhnya. Hei, aku ini suaminya, tak ada salahnya kan kalau aku melakukannya, bahkan aku sudah sering melihatnya, dulu.

Kamipun mandi bersama di dalam kamar mandi. Istriku hanya diam saja, dia tipe istri yang penurut.

-

-KYUMIN-

-

Kulangkahkan kakiku keluar kamar, dengan pelan tentu saja. Tadi aku sudah berhasil membuat istriku tidur dengan mudah.

Sekarang giliran anakku.

Ah, Minhyun masih asyik bermain dengan mainan-mainannya di depan TV. Belum mau tidur rupanya.

"Maaf lama. Ahjumma boleh pulang. Apa perlu kuantar ahjumma?" ujarku merasa tak enak.

Ahjumma yang membantu merawat Minhyun sekaligus mengurus rumah ini memang tidak tinggal disini.

Setiap hari, ahjumma akan kesini pagi-pagi sekali, sebelum aku berangkat ke kantor. Dan pulang ke rumahnya yang tak jauh dari sini setelah aku memperbolehkannya pulang. Biasanya setelah aku berhasil menidurkan istriku, agar aku tak repot mengurus istri dan anakku.

"Aniyo, tuan. Saya bisa pulang sendiri" tolak ahjumma.

Malam-malam begini mana mungkin aku membiarkan ahjumma pulang sendiri, apalagi dengan jalan kaki. Sama saja aku membiarkan ummaku. Mana aku tega kalau begitu.

"Ahjumma, ini sudah malam. Biar kuantar" ujarku bersikeras.

Tanpa mendengar ucapan protes dari ahjumma, akupun segera kembali ke kamarku, untuk mengambil kunci mobil. Kemudian ke kamar Minhyunnie, mengambilkan jaket untuknya. Mana mungkin aku meninggalkan Minhyunnie sendiri.

"PAPA!"

Bayi montok itu berdiri dari posisi duduknya, kemudian akupun menggendongnya, memakaikannya jaket kecil yang tebal.

"Kaja ahjumma" ujarku seraya berjalan kearah mobil.

Kubiarkan Minhyun duduk tenang dengan memakai sabuk pengaman tentu saja.

Ahjumma sudah kuantar pulang, kini tinggal aku dan Minhyun saja.

Kruyuk~

Aigoo~ aku sampai lupa kalau aku belum makan sejak pagi tadi. Pantas saja lapar begini.

Kalau saja istriku baik-baik saja, pasti aku akan terurus. Jadwal makanku akan terpenuhi, tidak seperti sekarang. Dan yang paling penting kebutuhan seorang 'suami' yang pastinya selalu menyiksaku tiap malam.

Hh~ apa yang kau pikirkan Cho, kau sudah berjanji di hadapan Tuhan kalau akan menerima istrimu dalam keadaan suka maupun duka.

Kau harus bertanggung jawab pada keluarga kecilmu. Komitmen itu yang harus selalu tercatat di otakmu.

"Ah, Ah, Ah..." kudengar suara cempreng Minhyun dari sampingku.

Aigoo~ Ada-ada saja bayi kecilku ini.

Tangan mungilnya sibuk melepaskan sabuk pengaman yang mengitari tubuh gempalnya.

Kuletakkan sebelah tanganku diatas kedua tangan kecilnya yang masih sibuk itu. Minhyun langsung saja menoleh kearahku.

"Jangan dilepas, eoh" ujarku memperingatkan.

Yah, walau sudah tentu Minhyun tak akan tahu apa yang kuucapkan di umurnya yang menginjak satu tahun ini.

Tapi, meskipun kuyakin bayi itu tak tahu apa yang kukatakan, Minhyun seolah mendengarku dengan baik, mematuhi apa yang kuucapkan. Terbukti dari pergerakan tangannya yang sudah berhenti.

"Good boy!" ujarku seraya mengelus puncak kepalanya.

Ah, aku lupa menanyakan pada ahjumma apa Minhyun sudah makan atau belum. Bagaimana kalau belum? Kasihan juga, ini sudah malam.

Kuparkirkan mobilku ke garasi, kemudian berjalan masuk dengan membawa Minhyun serta.

Tek~ Tek~ Tek~

Bunyi benda yang bersahutan terdengar di telingaku. Kupercepat langkah kakiku ke arah sumber suara, dapur.

Oh, istriku rupanya.

Ada apa dengannya? Dia hanya memandang kosong kearah piring dihadapannya yang juga kosong. Tangan lentiknya digunakan untuk mendentingkan piring kosong itu dengan sendok yang dipegangnya.

Sebelum menghampiri istriku, kuletakkan dahulu Minhyun di karpet, di depan TV.

"Main sendiri dulu ya, sayang" ujarku tepat di telinga kecilnya. Entah kenapa aku berfikir kalau Minhyun tahu apa yang kukatakan kali ini, serta melakukan apa yang kukatakan padanya. Semoga saja benar.

Kutinggalkan bayi gempal itu bermain sendiri. Kaki panjangku berjalan kearah dapur, menghampiri istriku, duduk di kursi tepat di sebelahnya.

"Sudah bangun eoh?" ujarku padanya.

"Minnie lapar Kyunnie" rajuknya padaku.

Aish, bahkan aku tadi lupa kalau istriku ini belum makan malam. Pantas saja dia lapar. Bagaimana bisa teledor seperti ini?

Kuambilkan makan malam untuk istriku dan tentunya untukku juga.

Kamipun makan malam dengan tenang, tanpa ada percakapan sedikitpun. Hanya suara piring yang beradu dengan sendok serta garpu yang memenuhi ruang makan.

Hari ini ahjumma memasakkan makanan tradisional. Tak begitu buruk menurutku.

Setiap hari ahjummalah yang memasak, karena kemampuanku memasak tidaklah baik. Tapi, jika hanya bubur untuk Minhyun aku masih mampu membuatnya.

Setelah selesai, aku membereskan bekas piring yang kami gunakan. Ada bekas mangkuk kecil milik Minhyun di tempat untuk mencuci piring. Pasti ahjumma repot sekali hari ini, sampai tak sempat mencuci mangkuk Minhyun.

Tapi ada untungnya juga, aku jadi tahu kalau Minhyun sudah makan setidaknya.

"PERGI! PERGI!"

Kudengar suara istriku berteriak. Segera saja kuhentikan kegiatan mencuciku, berlari ke tempat istriku berada.

"LEPASKAN KAKI MINNIE!" teriak istriku semakin kencang.

Ya Tuhan...

-
-

-KYUMIN-

-
-

TBC?/END?

Bertemakan yang sama, namun dengan cerita yang berbeda, lia bikin ff ini dengan judul yang sama juga. . :-D

Soalnya, mau lanjutin yang chapter belom ada ide, jadi bikin kyumin version aja...

Mian kalo pendek, kan baru chapter 1

RnR please~