Di flower shop miliknya, Ino tengah sibuk mengurus beberapa bunga yang akan di jualnya hari ini. Sesekali Ino mengusap peluh yang mengalir di dahinya. Meskipun sedang panas terik, tapi hal itu tak menyurutkan semangatnya untuk tetap melakukan kegiatan yang tampaknya sangat sering di lakukannya setiap hari. Dari kejauhan seorang wanita paruh baya sedang mengamatinya, wanita itu adalah ibunya. Ibunya tersenyum hangat melihat yang di lakukan putrinya. Ia pun berjalan mendekati putrinya itu.
"Hari ini kau bersemangat sekali Ino-chan!" seru sang ibu pada Ino.
"Ah ibu.. Sejak kapan ibu berada di sini?" tanya Ino kebingungan. Ibu mengeluh sambil setengah bercanda. "Astaga... Jadi kau tidak tau bahwa Ibu sudah berdiri di belakang mu sejak 10 menit yang lalu?"
Ino kaget. "Benarkah ibu? aku sampai tak menyadari keberadaan Ibu, ah benar-benar..." Ino memukul-mukul pelan dahinya. Ibu tertawa geli melihat tingkah Ino dan mengatakan kalau sebenarnya Ia baru saja datang. Mereka kini tertawa bersama-sama, saat sedang asyik tertawa pandangan mereka teralih pada Sakura yang berlarian masuk ke dalam toko.
Ia berhenti tepat di depan mereka sambil memberi salam pada mereka.
"Maafkan aku bi.. Karena aku tidak sopan berlarian ke dalam toko"
Ibu tersenyum sambil menepuk pelan punggung sakura. "Tidak apa-apa sakura-chan. Tapi kau sampai tersengal-sengal begini..."
"Sakura sebenarnya ada apa sampai kau berlari seperti ini?" tanya Ino penasaran. Sakura tersenyum senang lalu nemeluk erat ino. Ibu juga tersenyum melihat keduanya tampak berpelukan lalu meninggalkan mereka sendirian. Ino kebingungan dengan ulah sakura.
"Sebenarnya aku ingin memesan Beberapa buket bunga, aku juga ingin kau mendekorasi ruangan yang akan ku gunakan nanti dengan bunga-bunga.. Aku tau kau paling pandai dalam hal mempercantik ruangan menggunakan bunga jadi..."
Ino tampak berpikir.
Mendekorasi ruangan? Buket bunga? Apa hari ini ulang tahunnya? Ah tentu saja tidak. Apa mungkin ulang tahun paman dan bibi ? Itu juga bukan, lalu apa?
"Jadi aku ingin kau membantu ku.. Ino.. Ino apa kau mendengarkan aku bicara?" tanya sakura sambil mengguncang pelan tubuh ino. Pikiran Ino pun buyar seketika. Ia tertawa.
"Eh? Maaf, tentu saja aku mendengarkan mu.. Oh iya Apa kau ingin mengadakan acara keluarga?"
Sakura menggelengkan kepalanya, ia tersenyum penuh arti dan menyuruh ino menebak. Tapi ino berkata bahwa ia tak tahu dan ia ingin Sakura segera memberitahukannya. Sakura menghela nafas sesaat seolah mengumpulkan tenaganya.
"Ino... Sebenarnya.. Aku... Aku.."
Ino mengerutkan keningnya. Tak sabar mendengar kelanjutan dari perkataan Sakura.
"Aku apa? Cepatlah jangan membuat aku penasaran!"
"Huhhhh baiklah.. Sebenarnya besok Aku akan menikah dengan Sasuke.. Kau tau betapa bahagianya aku ino-cha?"
Bagaikan tersambar petir di siang hari. Ino pun terdiam kaku. Air matanya keluar begitu derasnya. Ia seakan tak percaya dengan pendengarannya. Bagaimana tidak, besok sahabatnya akan menikah dengan orang yang sangat di cintainya. Yah memang ia tahu sakura juga menyukai Sasuke, mereka bahkan sempat bermusuhan karena hal itu tapi berbaikan kembali. Namun mendengar kenyataan bahwa kini Sasuke akan menikahi Sakura hal itu membuat Hati ino benar-benar terasa pilu, sakit teramat sakit tak bisa di deskripsikan dengan kata-kata.
Sakura menatap Ino yang tengah menangis dalam diam.
"Ino apa ada yang salah?" tanya sakura hati-hati. Ino tersadar dan menghapus air matanya. Ia memaksakan diri tersenyum.
"Tidak ada.. Aku.. Aku hanya terlalu bahagia mendengar sahabat ku akan menikah besok.. Kau tenang saja.. Aku akan melakukan yang terbaik"
Sakura tersentuh dengan kata-kata ino. Ia memeluk erat Ino dan berterimakasih. Sambil berlari keluar. Dari kejauhan Ibu melihat ino dan menyadari kalau ino menangis bukan karena bahagia.
"Baiklah.. Sampai jumpa besok.. Ino-chan"
Saat Sakura sudah menghilang dari pandangannya. Dengan langkah gontai Ino memasuki rumah lalu jatuh terduduk di lantai. Ia menangis sejadi-jadinya. Ibu sangat khawatir. Ia mendekati Ino serta memeluk Ino.
"I..ibu.. Besok sakura akan menikah dengan sasuke.. Aku... Hiks..hiks..."
"Sudahlah sayang.. Ibu tau kau menyukai Sasuke, tapi kalau kau menangis terus itu tak akan merubah apapun" Ibu mencoba menenangkan Ino. Tapi Ino masih saja menangis. Ia tau apa yang ibunya katakan memang benar namun tetap saja ia tak bisa menerima kenyataannya secepat itu. Ibu menawarkan diri agar Ia saja yang melakukan permintaan sakura. Ino menggelengkan kepalanya dan berkata kalau Sakura itu sahabatnya. Ia bahkan sampai datang kesini untuk meminta bantuannya, akan lebih baik kalau ino sendiri yang melakukan tugas itu. Ibu mengerti dan kembali memberi kekuatan pada Ino.
***
Ke esokan harinya. Ino benar-benar melakukan permintaan Sakura. Meskipun matanya sembab akibat menangis semalaman namun hal itu tak mengurangi kecantikannya. Ino memakai dress berwarna merah selutut dan memakai make up untuk membuat wajahnya terlihat fresh. Ia tampak teliti melihat dekorasi di ruangan itu. Beberapa kali ia memastikan agar tak ada yang salah dengan dekorasinya. Ruangan itu kini benar-benar terlihat indah dan elegant. Ino tampak puas dengan hasil kreasinya itu. Beberapa menit kemudian para tamu undangan sudah hadir. Beberapa temannya yang sudah lebih dulu menikah pun tampak hadir. Ada pasangan NaruHina, ShikaTema, ChoujiKarui, hingga teman-temannya yang lain kiba, Lee , Shino.. Dan banyak lagi.
Mereka semua terlihat bahagia atas pernikahan Sasuke dan Sakura. Setelah mereka kini giliran sang pengantin yang tiba. Mereka sudah berada di atas altar bersiap untuk mengucapkan janji sehidup semati. Ino berusaha tegar untuk melihat prosesi itu. Ia mencoba untuk tersenyum dan tetap berada di situ namun tak bisa air matanya kembali mengalir dengan derasnya. Ia pun berlarian keluar, memilih duduk di bangku taman dengan keadaan yang kacau.
"Aku tidak bisa... Ada apa dengan diri ku? Bukankah itu pilihannya. Aku harusnya bisa menerima itu tapi..." Ino tak bisa melanjutkan kata-katanya. Yang ia bisa hanya menangis terisak. Ia tak sadar jika sedari tadi ada seorang pria yang berhenti dan mengamatinya. Pria itu kebingungan namun ekspresinya terlihat datar. Dengan hati-hati pria itu mendekati Ino lalu duduk di sampingnya.
"Ino-san apa anda baik-baik saja?" tanya pria itu hingga membuat ino tersadar dan langsung menghapus air matanya. Matanya membulat sempurna melihat pria itu, pria yang sudah di kenalnya sejak 5 tahun yang lalu.
"Sai? Sejak kapan kau di sini kau benar-benar membuat ku terkejut!" Ino pura-pura memarahi Sai yang mengejutkannya, sebisa mungkin ia mencoba agar tak terlihat rapuh di hadapan pria itu.
"Anda kelihatannya sangat sedih. Apa terjadi sesuatu?" Sai kembali bertanya, Ino pura-pura tersenyum dan berkata ia baik-baik saja.
"Aku baik-baik saja.. Apa kau tidak lihat senyuman di wajah ku ini?"
Sai mengamati wajah ino secara dekat. Tangannya terangkat untuk membelai pipi Ino. Ino terkejut dan menjauhinya.
"Hei apa yang kau lakukan huh?"
"Ino-san anda menangis?" tanya Sai innocent. Tentu saja Ino terlalu gengsi untuk mengakuinya. Ia malah berkata kalau Sai tidak tau apa-apa soal perasaan seseorang jadi bagaimana bisa Sai menyimpulkan begitu saja kalau Ia sedang menangis. Sai mengangguk mengerti. Ia hanya diam saja hingga membuat ino merasa bersalah.
Apa kata-kata ku terlalu kasar untuk Orang seperti Sai, yang baru saja bisa bergaul dan mengerti perasaan orang lain?
Cukup lama mereka terdiam hingga membuat keduanya tampak canggung. Ino tak suka berada dalam keadaan seperti itu, sesekali ia melirik ke arah sai. Sai tetap saja diam. Ia sadar menunggu Sai untuk memulai pembicaraan duluan itu sangat mustahil. Pada akhirnya ia berinisiatif untuk memulai pembicaraan.
"Emhh Sai.. Sebenarnya apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku di undang ke pernikahan sakura-san dan sasuke"
Sasuke lagi.. Kenapa dia harus menyebut nama sasuke. Aku takut jika air mata ku tak bisa di control. Ah.. Ino kau harus bisa tegar.. Jangan mempermalukan diri mu di depan Sai.
"Begitu ya? Lalu kenapa kau tidak masuk? Pernikahan mereka kan sudah mau selesai"
"Aku tidak bisa meninggalkan anda dalam keadaan sedih"
Mendengar kata sedih yang di lontarkan untuknya, Ino sedikit kesal pada Sai. Entah kemana rasa sedihnya menghilang kini yang ada ia tengah berdiri sambil menudingkan telunjuknya ke arah Sai. "Aku kan sudah bilang kau ini tidak tau apa-apa! Kenapa kau bisa menyimpulkan seperti itu?!"
Sai hanya tersenyum lalu ikut bangkit berdiri. Sepertinya ia paham Ino sedang berusaha menyembunyikan rasa sedihnya.
"Aku pernah mengetahui hal semacam ini di buku. Baiklah aku akan pergi sekarang"
Ino terdiam sejenak. Ia harusnya berterimakasih karena sai sudah peduli padanya bukannya malah memarahinya dan mengeluarkan kata-kata yang agak kasar padanya.
"Tunggu. Kau mau kemana?"
Sai berbalik melihat Ino dan mengatakan kalau ia akan pergi memberi selamat dan buket bunga yang sudah ia siapkan untuk Sakura. Entah mendapat inisiatif dari mana, Sai memiliki keberanian untuk menawarkan Ino agar ikut masuk bersamanya. Ino sedikit kaget tak menyangka Sai berani mengajaknya.
"Apa anda ingin masuk bersama ku?"
Awalnya Ino tampak ragu. Ia tak yakin jika ia bisa mengontrol dirinya. Namun melihat ketulusan Sai, pada akhirnya ia mau menerima permintaan Sai.
"Ya" jawab ino singkat.
"Ah akhirnya kalian menikah juga? Sepertinya aku harus segera menikah juga tapi dengan siapa ?" keluh tenten pada Sakura. Sakura hanya tertawa melihat tingkah Tenten sedangkan Sasuke hanya diam saja seperti biasanya.
"Hehe kelak kau pasti akan menemukan pasangan mu tenten-chan"
"Ah mungkin tidak bisa.. Karena sampai sekarang Neji belum bisa ku lupakan"
Sakura terlihat sedih melihat ekspresi Tenten. Yah sudah beberapa tahun berlalu sejak meninggalnya Neji memang Tenten selalu memilih sendiri dan ia juga sering mengunjungi makam neji untuk sekedar melepas rindu atau membersihkan makamnya. Tenten sadar ini adalah hari bahagia Sakura. Ia tak ingin sakura juga ikut sedih. Ia tersenyum lebar seraya berpamitan pada Sakura dan Sasuke.
"Aku harus pergi menemui seseorang. Sekali lagi selamat untuk kalian berdua semoga kalian bahagia"
Tak jauh dari situ sudah ada NaruHina dan Lee. Mereka juga ingin memberi selamat pada SasuSaku. Lee melihat kepergian tenten dan mengomentarinya. Kalau Tenten pasti ingin pergi menemui Neji (ke makam neji).
"Hah Aku iri pada Neji, Tenten selalu memperhatikannya"
Perkataan Lee membuat Sakura serta naruto dan hinata tertawa. Lee mengambil buket bunga lalu memberikannya pada Sakura. Ia juga berjabat tangan dengan Sasuke.
"Selamat akhirnya kau menikah juga dengan Sakura-san.. Aku juga iri pada mu. Ku harap kau bisa menjaga Sakura-san dengan baik Sasuke"
"Ya" jawab Sasuke singkat. Kini giliran Naruto dan Hinata yang memeberi selamat. Dengan cengiran khasnya, Naruto memeluk Sasuke Erat. Ia tak percaya bahwa teman sekaligus saudarnya itu kini menikahi Sakura.
"Ku kira kau tidak tertarik dengan masalah percintaan. Aku jadi khawatir jika kau sebenarnya..." Naruto memghentikan kata-katanya lalu tertawa. Sasuke terlihat kesal melihat tingkah Naruto sama halnya dengan Sakura.
"Naruto... Kau ini cerewet sekali" ujar Sakura.
"Hehe maaf-maaf sakura-chan aku hanya senang melihat kalian bersatu"
Sakura mengalihkan pandangannya pada Hinata yang sedari tadi hanya tersenyum melihat tingkah mereka. Ia memebelai perut Hinata yang tengah mengandung buah hatinya dengan Naruto. Sakura sangat Exited karena bayi di kandungan Hinata menendang-nendang.
"Hinata-chan.. Lihat keponakan ku menendang-nendang.. Aku harap keponakan ku lebih mirip dengan mu, agar ia tak seceroboh ayahnya"
Mendengar perkataan Sakura, Naruto mengeluh. Sasuke yang sedari tadi diam saja kini ikut berkomentar.
"Aku juga berharap anak itu mirip dengan mu hinata"
"Hah kenapa kalian berdua selalu memojokan ku?" keluh Naruto dan membuat ketiga orang di hadapannya tertawa.
"Anak ini pasti akan mirip dengan mu Naruto-kun." kata hinata lembut hingga membuat hati naruto sejuk kembali. Mereka pun saling berjabat tangan kemudian Naruto dan hinata berpamitan untuk pulang. Semua tamu undangan satu persatu sudah meninggalkan tempat Itu. Sakura melihat kesekeliling ruangan itu untuk mencari 2 sahabatnya yang dari tadi tak terlihat keberadaannya.
"Sasuke.. Sejak tadi aku tidak melihat Ino-chan.. Padahal tadi dia kan berada di sini... Sai-kun juga tidak datang.. Apa dia sibuk ya?"
"Sepertinya tidak. Lihatlah siapa yang datang"
Sakura mengikuti arah pandangan Sasuke. Senyuman manis mengembang di pipinya kala melihat kedua sahabatnya datang bersamaan. Sai membawa sebuket bunga dan sebuah kado. Ino mengikutinya di belakang.
"Hahh... Aku kira kau tidak bisa datang Sai-kun.. Kenapa kau datang terlambat!? Kau juga Ino-chan.. Kau menghilang kemana saja?!" tanya Sakura sambil pura-pura marah pada keduanya. Ino hanya diam tak mampu menjawab pertanyaan Sakura. Ia memandangi lantai tak sanggup untuk memandangi sasuke dan Sakura. Sai berbalik melihat Ino ia menyadari keanehan ino mungkin di sebabkan karena kedua orang di hadapannya. Sejak dulu ia tau Ino juga sangat menyukai Sasuke lalu sekarang Sasuke menikah dengan sakura. Dalam hatinya ia menebak-nebak ino mungkin belum bisa menerima kenytaan kalau kedua orang itu telah menikah. Ia pun berinisitif untuk mengubah topik pembicaraan.
"Maaf aku terlambat. Selamat atas pernikahan kalian berdua" Sai menyodorkan bunga dan kadonya pada sakura. Lalu berjabat tangan dengan sasuke.
"Ah kau ini.. Benar-benar.. Terimakasih sudah datang Sai-kun!" kata Sakura Tulus. Sasuke juga berterimaksih pada Sai. Sekarang giliran Ino. Perlahan ino mulai mendekati Sasuke dan Sakura. Tubuhnya bergetar menahan tangis. Sakura melihat keanehan yang terjadi pada Ino.
"Ino-chan kau tidak apa-apa?"
Aku benci diri ku yang tak bisa menanahan tangisanku.. Apa yang harus aku lakukan sekarang..
Sai juga menyadari keanehan itu. Dengan sigap ia melepas mantelnya lalu memakaikannya pada tubuh Ino.
"Ino-san sedang kurang sehat, aku harus segera mengantarnya pulang, sekali lagi selamat atas pernikahan kalian"
Sai memegang kedua lengan Ino lalu membawanya keluar. Sakura heran namun tersenyum senang. Ia berpikir bahwa kedua sahabatnya itu memiliki hubungan spesial.
"Sasuke.. Apa menurut mu mereka berpacaran? Ah dulu bukannya Ino menolak sai-kun? Lihat sekarang mereka benar berpacaran kan?" Sasuke menghela nafas sejenak melihat tingkah sang istri yang menurutnya kekanak-kanakan.
"Hhhhh... Hentikan itu. Aku lelah. Ingin segera pulang"
"Hmmh iya iya" ujar Sakura dengan bibirnya yang mengerucut.
TBC
