Bakery

.

.

.

.

Sasuke Uchiha, Sakura Haruno

.

.

.

.

©Aomine Sakura

.

.

.

Masashi Kishimoto

.

.

.

DILARANG COPAS dalam BENTUK APAPUN! (Jika tidak suka dengan cerita yang dibuat Author atau konten di dalamnya, silahkan klik tombol 'BACK')

DLDR! Selamat Membaca!

oOo Bakery oOo

Sasuke tidak tahu mengapa dia selalu suka datang ke Cherry Blosoms Bakery. Dia bahkan tidak suka makanan manis dan tidak pernah melirik toko roti sederhana manapun. Banyak toko roti yang lebih enak dari Cherry Blossoms Bakery, tetapi Sasuke selalu menyempatkan diri untuk datang ke toko roti itu.

Awalnya, dia tidak sengaja melihat toko roti yang ada di pinggir jalan itu. Karena perutnya begitu lapar saat itu, akhirnya dirinya memilih untuk menepikann mobilnya dan masuk ke dalam toko roti sederhana itu.

Saat Sasuke membuka pintu toko roti itu, terdengar bunyi lonceng dan bau harum roti mulai menguar. Tidak hanya itu, perpaduan bau kayu manis juga mendera indra penciumannya. Seorang gadis berambut merah muda menyambutnya dengan senyuman di wajahnya.

"Selamat datang tuan! Apa ada yang ingin anda pesan?"

Sasuke memandang tata ruangan di dala m toko roti itu. Begitu sederhana dan di dominasi warna coklat yang manis. Sasuke memandang beberapa roti yang terpajang di rak dan mengambil sebuah sandwich sebelum akhirnya memesan kopi hitam kesukaannya.

"Ini minumannya, tuan!" gadis itu tersenyum lembut. "Apa ada yang ingin anda tambahkan?"

"Hn. Bawakan aku saos tomat."

"Baiklah!"

Entah mengapa, melihat senyuman gadis berambut merah muda itu membuat sesuatu dalam dadanya menghangat. Dan ketika satu gigitan sandwich itu masuk ke dalam mulutnya, Sasuke langsung jatuh cinta. Rasanya asin dan pedas menjadi satu, rotinya yang lembut juga begitu memanjakan indra perasanya.

Dan mulai saat itu, Sasuke selalu datang ke toko roti itu.

.

.

.

.

.

.

Klining!

"Selamat datang!"

Sasuke memandang Matsuri yang menyambutnya. Alisnya terangkat satu ketika melihat Matsuri, biasanya bukan gadis berambut cokelat itu yang ada di balik kasir. Kemana Sakura?

"Oh- Sasuke-san." Sakura muncul dengan apron di tubuhnya. "Seperti biasanya?"

Sasuke tersenyum tipis sebelum menganggukan kepalanya.

Matsuri tersenyum menggoda dan memandang bosnya yang sedang menyeduh kopi. Menopang tangannya di dagu, Matsuri mulai berbicara.

"Jatuh cinta itu indah ya, Sakura-san?"

Sakura menyiapkan sandwich kesukaan Sakura dan memandang Matsuri dengan pandangan bingung.

"Apa maksudmu, Matsuri?"

Matsuri tersenyum menggoda dan mengangkat kedua alisnya naik turun. Matanya melirik Sasuke yang sedang memainkan ponselnya.

"Jangan pura-pura tidak tahu, Sakura-san. Dia menyukaimu, dan kamu tahu itu."

"Matsuri, jangan aneh-aneh." Sakura tersenyum. "Dia hanya pelangganku. Dia juga pelanggan setia di toko ini. Dia tidak mungkin jatuh cinta padaku."

"Ah! Jadi kau berharap untuk menjadi pacarnya!" Matsuri tersenyum lebar.

"Matsuri! Jangan mulai menyebalkan lagi!" Sakura merengut kesal dan mengantarkan pesanan Sasuke. "Maaf membuatmu menunggu lama!"

Sasuke memasukan ponselnya ke saku jasnya dan memandang Sakura.

"Hn. Terimakasih."

Sakura buru-buru meninggalkan Sasuke dengan jantung yang berdegub kencang. Apa-apaan itu! Sasuke sudah berbulan-bulan datang menjadi pelanggannya dan baru kali ini dirinya menyadari bahwa Sasuke itu tampan.

oOo Bakery oOo

Sasuke mendesah lelah ketika pekerjaannya berakhir. Memandang jam yang menunjukan pukul delapan malam, segera saja dirinya bangkit untuk memakai jasnya. Keluar ruangannya, Sasuke menganggukan kepalanya kearah satpam yang kebetulan berjaga.

Pria berusia dua puluh tiga tahun itu memasuki Lamborghini miliknya dan menyusuri jalanan Tokyo. Ketika melewati sebuah toko Bakpao, barulah dirinya menyadari jika dia hanya makan sandwich saat makan siang tadi.

Memutar balik mobilnya, Sasuke menuju Cherry Blossoms Bakery untuk makan malam. Dia sedang tidak ingin masak ramen cup untuk makan malamnya.

.

.

Sakura sedang menyapu lantai tokonya ketika bel toko rotinya berbunyi. Tanpa menolehkan kepalanya, Sakura berbicara.

"Maafkan saya, tuan. Rotinya sudah habis dan kami sudah tutup."

"Hn."

Sakura menolehkan kepalanya dan terkejut melihat Sasuke berdiri di depan pintu tokonya.

"Ah- Sasuke-san." Sakura tersenyum. "Maaf, kami sudah tutup dan rotinya sudah habis."

"Hn. Baiklah kalau begitu."

Sakura bisa melihat lelah di wajah Sasuke. Memandang jam yang menunjukan pukul setengah sembilan malam, pasti Sasuke datang untuk makan malam.

"Sasuke-san." Sakura memanggilnya. "Akan aku buatkan sesuatu."

.

Sasuke menunggu sekitar lima belas menit sebelum Sakura muncul dengan sepiring nasi goreng dan segelas ocha hangat. Melihat makanan yang begitu mengguggah seleranya itu membuat perutnya keroncongan.

"Hanya ini yang ada di kulkasku, semoga kamu menyukainya Sasuke-san."

"Hn." Sasuke mengambil sendok. "Ittadakimasu."

Sakura tidak bisa menahan senyum gelinya melihat Sasuke yang makan dengan lahap. Pria dihadapannya itu pasti begitu kelaparan hingga makan dengan lahap seperti itu. Sasuke mengangkat kepalanya dan memandang Sakura dengan pandangan tidak mengerti.

"Kenapa tersenyum?"

"Ah- tidak, tidak." Sakura mengibaskan tangannya.

Sasuke memandang Sakura sebelum kembali melahap nasi gorengnya. Dan dalam hitungan menit nasi goreng di piringnya telah tandas.

"Kamu tinggal disini?" tanya Sasuke memandang sekeliling ruangan toko.

"Ya. Kedua orang tuaku tinggal di Akita. Aku disini untuk melanjutkan kuliahku dan menjalani bisnis ini."

Sasuke menganggukan kepalanya.

"Baiklah, berapa semuanya?" tanyanya mengeluarkan dompet.

"Tidak usah, Sasuke-san." Sakura menolaknya. "Anggap saja ini pemberianku karena kamu menjadi pelanggan tetapku disini."

Sasuke tersenyum tipis dan bangkit dari duduknya.

"Baiklah. Terimakasih kalau begitu."

Sakura mengantarkan Sasuke hingga pintu tokonya.

"Jangan lupa tutup pintu dan jendela. Jangan bukakan pintu bagi orang yang tidak kamu kenal."

Sakura tidak bisa menahan rona merah di kedua pipinya.

.

.

.

"Bagaimana, Matsuri?" tanya Sakura penuh harap.

"Seperti biasanya, pizza mini ini begitu lezat." Matsuri mengunyah pizzanya. "Bolehkah aku membawanya pulang?"

Sakura tertawa renyah.

"Ambilah berapapun kamu mau, Matsuri."

Matsuri tersenyum.

"Tapi, coba berikan pizza mini ini pada Sasuke-san." Matsuri melirik Sasuke yang sedang menyesapi kopinya.

"Tapi, sepertinya dia tidak suka makanan manis." Sakura mendesah panjang.

"Kalau belum dicoba siapa yang tahu." Matsuri mendorong Sakura.

Gadis berambut merah muda itu tersenyum menghampiri Sasuke.

"Hn. Ada apa?" Sasuke mengangkat kepalanya.

"A-aku sedang mencoba membuat pizza mini dengan selai kacang. Aku ingin kamu mencobanya."

Sasuke memandang pizza mini dengan selai kacang diatasnya. Mengambilnya satu, Sasuke memakannya. Unik. Satu kata yang terlintas di benak Sasuke. Rasa pizza yang asin bercampur dengan selai kacang, rasa yang unik.

"Enak."

Sakura tersenyum.

"Terimakasih, Sasuke-san."

Sasuke tidak bisa menahan senyumnya ketika melihat sinar kebahagiaan di wajah Sakura. Dan Sakura sendiri, merasakan sebuah perasaan yang sejuk di hatinya.

.

.

.

"Matsuri, sepertinya aku jatuh cinta."

"Nah! Sudah aku bilang, bukan!" Matsuri begitu bersemangat. "Siapa orang itu, Sasuke-san?"

"Matsuri! Suaramu begitu kencang!" Sakura melirik Sasuke yang berjalan menghampiri mereka.

"Bisa bungkuskan aku strawberry shortcake?" tanya Sasuke.

"A-ah, tunggu sebentar." Sakura menyiapkan pesanan Sasuke. "Ini."

"Hn. Terimakasih."

"A-apakah itu untuk kekasihmu?" tanya Sakura.

"Hn."

Sakura tidak bisa menahan rona kekecewaannya. Jadi, pria dihadapannya ini sudah memiliki kekasih. Sakura tersenyum pahit ketika Sasuke memberikan uang untuk membayar makanannya.

"Terimakasih, Sasuke-san."

.

.

Sasuke memarkir mobilnya di depan sebuah rumah megah. Membuka pintu mobilnya, Sasuke melangkah turun dan berjalan masuk.

"Tadaima."

"Sasuke-kun!"

Sasuke merasakan tubuhnya sesak ketika ibunya memeluknya dengan erat. Ibunya terkadang selalu melebih-lebihkan seperti ini.

"Ibu pikir kamu sudah lupa pulang karena pekerjaanmu." Mikoto merengut kesal.

"Aku tidak mungkin lupa, Ibu." Sasuke menyerahkan sekotak Strawberry shortcake.

"Apa ini? Apa kamu mencoba menyogok ibu?" tanya Mikoto.

"Ibu." Sasuke mendesah lelah.

"Hahhaa.. ibu bercanda, ayo masuklah. Biar ibu buatkan makanan kesukaanmu."

Sasuke mendudukan diri di sofa sembari menunggu ibunya memasak. Mikoto tersenyum ketika menemukan sebuah strawberry shortcake yang menggugah seleranya.

"Sebenarnya ibu sudah tidak boleh makan manis, namun apa daya ini benar-benar menggugah selera ibu." Mikoto memotong strawberry shortcake itu. "Ini enak, kamu pintar sekali membelikan ibu ini. Apa ini buatan pacarmu?"

Sasuke tersenyum tipis.

"Hn."

"Siapa dia? Kenapa kamu tidak memperkenalkannya pada ibu?" Mikoto mendudukan diri di samping Sasuke dengan senyuman di wajahnya.

"Hn. Nanti akan aku kenalkan."

oOo Bakery oOo

"Tidak! Aku akan membayarnya tapi berikan aku waktu."

"Tidak bisa! Kau sudah menunggak selama dua bulan! Aku akan menyita toko ini jika besok kau tidak membaw uangnya!"

Sasuke segera turun dari mobilnya dan menghampiri Sakura yang sedang berhadapan dengan dua orang berbaju hitam dengan badan yang besar.

"Hn. Ada apa ini?"

Pria dengan masker dan rambut mencuat itu memandang Sasuke dengan pandangan tidak suka.

"Siapa kamu?"

"Sakura, ada apa ini?" Sasuke mengabaikan pertanyaan dari pria itu.

"A-aku-"

"Dia menunggak pinjaman bank! Aku akan menyita toko roti ini."

Sasuke memandang Sakura yang kini menggigit bibrnya menahan tangis. Mengeluarkan dompetnya, Sasuke menyerahkan kartu namanya.

"Datang ke kantorku."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Sasuke-sama ada di ruangannya. Silahkan masuk."

Sakura menarik nafas panjang dan membuka pintu di hadapannya. Sasuke mengangkat kepalanya ketika melihat Sakura masuk.

"Hn. Ada apa, Sakura?"

Sakura menggigit bibirnya sebelum menarik nafas panjang.

"Terimakasih karena sudah melunasi semua hutangku. Aku akan segera melunasinya," ucap Sakura.

Sasuke bangkit dari duduknya dan menghampiri Sakura. Gadis itu memundurkan tubuhnya ketika Sasuke semakin mendekatinya.

"Aku akan menganggapnya lunas, tapi dengan syarat."

Sakura menelan ludahnya.

"Menikahlah denganku."

Sakura membeku di tempat. Kami-sama, pria dihadapannya pasti sedang bercanda sekarang.

"Kau?!" Sakura memandang Sasuke dengan pandangan tidak percaya.

Sasuke mencium bibir Sakura dengan panjang dan dalam.

"Aku yakin jika kamu tidak akan menolakku, sayang."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Owari

Hoaaaaa! Fict gaje macam apa ini :3 fict ini muncul karena stres.. apalagi hari ini mulai ujian praktek :3 yaaahh.. doain aja yaaaa.. :3

-Aomine Sakura-