Disclaimer: Astro Boy dan Black Rock Shooter bukan punyaku.

Warning: membingungkan, lumayan maksa, tidak jelas, tidak nyambung dengan judul, OOC, dll.

Chapter 1

Kepolisian Kota Metro sedang gempar dengan isu yang muncul mengenai sebuah senjata berbahaya yang dimiliki oleh Organisasi Anti-Robot. Nama senjata itu adalah Seven Apostles. Dari namanya diduga senjata itu ada 7 buah atau satu buah dengan 7 kemampuan.

Kini keberadaan senjata itu diketahui berada di sebuah pabrik yang sudah tidak beroperasi yang terletak jauh dari pinggiran kota. Astro dikirim sendiri ke sana untuk memeriksanya. Sebenarnya dia akan pergi bersama pasukan robot polisi. Namun, terjadi keributan di wilayah lain yang mengharuskan robot polisi dikirim ke sana. Karena ini cuma pemeriksaan dan Astro biasa menghadapi masalah sendiri, dia pun pergi sendirian ke sana.

Setibanya di sana, Astro melihat kalau pabriknya terlihat berbeda dari yang dia lihat di kantor polisi. Yang dilihatnya sekarang tampak begitu besar dengan model bangunan yang tidak lagi bisa ditebak jenis apa. Sedangkan yang dilihatnya di kantor polisi jauh lebih kecil karena pabrik tersebut juga bukan milik perusahaan besar. Seluruh cat bangunan itu berwarna hitam sehingga terkesan seram.

Astro mendarat di depan pintu. Dengan hati-hati dia membuka pintu tersebut yang merupakan pintu ganda. Dalamnya lumayan gelap. Hanya cahaya remang-remang yang menerangi. Tapi, Astro masih dapat melihat tanpa penerangan tambahan.

Dia melangkah masuk, menapaki lantai yang berpola papan catur. Kotak-kotak berwarna hitam putih. Bagian dalamnya tampak berantakan dan ada banyak gear di mana-mana. Terutama di bagian atas. Ukurannya pun bermacam-macam. Tapi, rata-rata berukuran besar. Rasanya jadi seperti berada di dimensi lain.

"Selamat datang."

Astro tersentak kaget saat seorang wanita berpenampilam serba hitam ungu dan bertopi kerucut seperti penyihir muncul menyambutnya jauh di depannya. Wanita itu duduk di atas salah satu gear raksasa.

"Robot yang manis," wanita itu menatap tertarik pada Astro. Dia melompat turun dan berjalan mendekati Astro yang masih diam di tempat. "Ada perlu apa datang ke sini, robot manis?" tanyanya dengan nada agak kegenitan.

"Aku sedang mencari senjata bernama Seven Apostles," jawab Astro sambil terus memperhatikan wanita ungu itu. "Nona sendiri siapa? Dan sedang apa di sini?" tanyanya tanpa curiga dia berbahaya.

"Namaku MEFE," jawab wanita itu. "Omong-omong, mengenai senjata yang kau cari itu," dia semakin mendekatkan diri pada Astro dan berbisik, "aku adalah salah satu dari 'senjata' yang bernama Seven Apostles itu."

Astro sontak kaget tidak percaya. Senjata itu sebenarnya manusia? "Tidak mungkin!" pekiknya tertahan.

MEFE terkekeh pelan melihat reaksi Astro itu. Dalam sekejap dia sudah berada di belakang Astro dan menahan memeluk tubuh robot kecil itu. Astro semakin terkejut saja. Dia mencoba melepaskan diri, tapi wanita itu ternyata lebih kuat dari penampilannya yang kurus. Bahkan lebih kuat dari manusia karena dia sudah mencoba melepaskan diri sekuat tenaga, tapi tetap saja tidak bisa melepaskan diri.

"Sebenarnya sangat disayangkan kalau kau harus kurusak," bisik MEFE. "Tapi, aku mendapat perintah untuk menghancurkan siapa pun, tentu saja termasuk robot, yang bukan berasal dari Organisasi. Sebenarnya aku bukan pembenci robot. Aku hanya ingin mencari kegiatan. Mungkin setelah kurusak, aku bisa meminta pimpinan untuk menjadikanmu bonekaku." Seringai jahat terbentuk di bibirnya.

Firasat Astro semakin memburuk.

-x-

Lumpuh dan tak berdaya. Hanya itu yang Astro rasakan sekarang. Tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Pandangannya kosong. Wanita itu, MEFE, benar-benar monster. Dirinya dihajar tanpa belas kasihan sama sekali dan wanita itu melakukannya sambil tertawa-tawa seolah itu hal yang sangat menyenangkan.

Astro pun tidak bisa membalas serangan-serangan wanita ungu itu mengingat dia adalah manusia. Sekarang tidak ada yang bisa menolongnya. Dia sudah mencoba menghubungi yang lain, tapi sama sekali tidak bisa menghubungi. Siapa pun.

MEFE berjongkok di hadapan Astro dengan senyum licik yang tidak pernah lepas dari wajahnya. "Kudengar kalau kau adalah robot terkuat yang pernah ada. Sepertinya itu tidak terbukti, ya," sindirnya sarkastis. "Sekarang aku akan menghubungi atasanku. Semoga saja aku diizinkan menjadikanmu bonekaku."

Astro tidak bisa apa-apa sekarang. Tapi, dia sama sekali tidak ingin sampai berakhir menjadi boneka wanita itu. Dia harus segera memberi tahu yang lain mengenai bahayanya Seven Apostles serta wujudnya. Tapi, tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Bahkan mulutnya sekalipun.

"MEFE!"

Seorang gadis kecil muncul dari balik salah satu gear. Mengejutkannya, kedua tangan gadis itu adalah tangan mekanik besar dengan tiga jari. Pakaiannya agak mirip balerina dengan tudung yang menutupi kepala dan berhiaskan telinga kelinci dari logam. Pakaiannya didominasi oleh warna hitam merah jambu.

Astro semakin tercengang saja. Ada anak-anak juga dalam organisasi? Dan kalau dilihat dari penampilannya yang serupa dengan MEFE, bisa ditebak kalau gadis itu juga adalah salah satu Seven Apostles.

"Oh, hai, XNFE," sapa MEFE dengan tidak semangat pada gadis kecil itu.

"Kau lama sekali mengurus 'tamu' kita," gerutunya. "Kau tahu, Bos tidak suka mengurus sesuatu berlama-lama."

"Jangan salahkan aku. Dia cukup tangguh juga soalnya," kata MEFE, membela diri. Matanya melirik Astro yang masih terbaring.

XNFE menatap Astro sebentar. Lalu, pandangannya kembali pada MEFE. "Sekarang sudah selesai, 'kan? Aku akan membuangnya."

"Tunggu dulu!" cegah MEFE. "Bisakah dia kujadikan bonekaku? Aku suka padanya."

"Tidak bisa, MEFE. Kau tahu dengan pasti kalau Bos tidak suka pada robot. Kau bisa dipecatnya."

MEFE akhirnya hanya bisa mengumpat-umpat kesal.

Dengan tenang, XNFE menarik Astro begitu saja dengan tanganya yang berupa mesin itu. Dia menarik seperti Astro itu sampah.

"Mau dibawa ke mana?" tanya MEFE.

"Tempat sampah," jawab XNFE singkat. Ternyata Astro benar-benar dianggap sampah.

-x-

Astro terus diseret hingga tiba di tempat pembuangan sampah. Lalu, dia dilempar ke salah satu gunungan sampah elektronik begitu saja. Setelah itu, XNFE pergi.

Tubuh Astro dalam posisi telungkup. Dia tidak bisa melihat banyak dalam posisi itu. Tapi, dia tahu kalau sekarang langit sudah mendung. Beberapa menit kemudian, hujan pun turun dengan lebat. Astro tetap hanya bisa diam menerima guyuran hujan dan terus berharap kalau ada yang bisa menolongnya. Tapi, penantiannya hingga 3 hari tidak ada hasilnya. Tidak ada yang menolongnya. Tidak ada yang menemukannya. Sampai akhirnya energinya habis total.

-x-

Astro tersadar. Energinya sudah kembali terisi. Awalnya dia mengira kalau dirinya sudah pulang. Ternyata dugaannya salah. Dia sekarang berada di sebuah ruangan seperti gudang. Di sebelahnya berdiri seorang gadis berkuncir dua yang mana bagian kiri lebih panjang dari yang kanan. Dia memiliki warna mata biru langit dan berkulit pucat. Dia hanya mengenakan bra bikini hitam dan celana pendek hitam. Juga sepatu bot hitam yang sampai betis.

Tatapan gadis itu begitu datar. Sama sekali tidak terlihat memiliki emosi. Tapi, itu tidak membuatnya dinilai buruk karena kenyataannya dia menolong Astro.

"Sudah merasa baikan?" tanya gadis itu dengan ekspresi yang tidak berubah.

"Ya, terima kasih sudah menolong," jawab Astro sambil tersenyum ramah.

"Kau mengalami kerusakan parah saat kutemukan kau di tempat sampah di tengah hujan. Kau habis bertarung?" tanyanya lagi dengan ekspresi yang sama.

"Ya," jawab Astro murung. Dia teringat pada kekalahannya itu saat melawan MEFE.

"Lawan siapa?"

"Anggota Seven Apostles," Astro menjawab pelan.

"Kau memilih lawan yang salah," kata si gadis yang membuat Astro terkejut karena kedengarannya dia tahu tentang Seven Apostles.

"Kau tahu mereka?"

"Tentu saja," jawab si gadis. "Mereka menyerang tempat tinggalku untuk mencuri serum yang membuat mereka menjadi kuat lebih dari manusia biasa."

"Serum?" Astro terkejut.

"Ya, serum itu adalah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuan atas permintaan seseorang. Sebenarnya mereka tidak ingin melakukannya, aku tidak tahu kenapa mereka tetap melakukannya. Pastinya orang itu melakukan sesuatu yang membuat mereka terpaksa melakukannya."

Astro benar-benar baru tahu hal itu. Tapi, siapa yang punya ide untuk membuat serum seperti itu?

"Lalu, bagaimana dengan para ilmuan yang membuat serum itu?" tanya Astro.

"Mereka semua meninggal," jawab si gadis.

Astro semakin terkejut saja. "Meninggal?"

"Ya. Karena serangan yang terjadi itu, ada beberapa bagian bangunan rawan yang rusak. Akhirnya bangunan itu hancur. Tidak ada yang selamat karena terjadi tiba-tiba. Hanya aku yang saat itu tidak berada di bangunan yang hancur itu yang selamat."

"Aku turut berduka," kata Astro pelan.

"Terima kasih." Si gadis tersenyum tipis.

Astro tertegun melihat gadis itu tersenyum. Ternyata manis juga daripada dengan ekspresi datarnya.

"Ah, aku harus pergi!" Astro baru tersadar kalau dirinya masih punya misi. Dia pun turun dari ranjang. "Sekali lagi, terima kasih sudah menolongku, ng...," dia belum tahu nama gadis itu.

"Stella."

"Ah, ya, Stella. Namaku Astro. Aku akan membalas kebaikanmu suatu hari nanti."

Stella hanya diam saja.

Astro pun beranjak keluar. "Sampai jumpa, Stella."

Setibanya di luar, dia menemukan pemandangan pelabuhan tua yang sudah tidak terpakai. Di laut terdapat banyak bangkai kapal dan di sekitarnya terdapat gudang-gudang yang terlantar. Dia belum pernah ke tempat seperti itu sebelumnya yang pasti berada di pinggiran kota.

Astro menatap langit. Lalu, dia terbang ke udara. Dari atas dia langsung bisa melihat Kota Metro yang berada cukup jauh. Ternyata dia berada di daerah terpencil yang jauh dari kota tempat tinggalnya. Dia pun bisa melihat banyak bangunan kosong yang berada di dekat pelabuhan. Bagaimana dia bisa tidak tahu kalau ada tempat seperti itu? Dan bagaimana Stella bisa tinggal seorang diri di tempat yang seperti kota mati itu?

Astro tidak bisa memperhatikan lebih lama lagi. Dia harus segera melaporkan mengenai Seven Apostles. Dengan kecepatan tinggi, dia pun melesat menuju Kota Metro.