Impossible
Cast: Wu YiFan (Kris), Kim Kibum, Yang Yoseob, Yong JunHyung and other
Summary: Seperti layaknya Api dan Es, kita takkan bisa bersama. Bukan karena perbedaan diantara kita, namun karena persamaan yang begitu mencolok. Tapi tahukah dirimu? Disaat Api dan Es itu bertemu, akan ada kekuatan lain yang muncul. Air, sumber kehidupan mahluk di muka bumi ini.
Rated: T
Genre: Romantic, Hurt/Tragedy
Warning: Typos, BL, Crack pair, don't like don't read.
Disclaimer: Semua milik Tuhan, dan Kibum serta FF ini milik ika zordick
%ika. Zordick%
Terinspirasi dari sebuah kisah nyata.
Dengan tambahan untuk menunjukkan ke kreatifitasan saja.
.
.
Cinta itu siapa yang tahu?
Cinta itu bisa saja muncul dan aku hanya membatasi cinta kita dengan komitmen
Apakah kesalahan ada pada caraku?
Sayang, jawab aku. Di dunia ini biarkan aku mencintaimu.
Di dunia lain biarkan aku menjadi sahabat terbaikmu.
Ini hanya kepalsuan, kumohon.
Berikan aku kesempatan.
.
.
Hosh...
Hosh...
Drap... drapp...
Suara langkah seorang anak kecil terdengar di tengah hiruk pikuk malam bersalju ketika itu. Dia terus berlari dengan sepasang kaki kecilnya. Sesekali menabrak orang yang lewat dan mendapat umpatan kecil.
Ia tak peduli.
Bahkan kepulan asap di depan bibirnya yang telah memucat tak begitu ia hiraukan.
Ia memerlukan sebuah tempat untuk bersembunyi. Ia merasa terancam akan dirinya sendiri. Ia ketakutan, tapi di sisi lain ia ingin sekali melindungi seseorang. Dadanya terasa sesak, karena ia tahu ia egois. Tapi langkah kakinya terasa ringan saat menyadari bahwa ia takut pada takdir di depannya.
"Hah... hah.." nafasnya terdengar memburu. Ia duduk di salah satu kursi di tepi jalan bersalju. Di rapatkannya syal dan jaketnya ke tubuh kecilnya. Ia merasa kedinginan yang menusuk hingga ke dalam tulangnya.
Ketika malam bersalju tanpa bintang itu aku menemukanmu
Sosok yang terlihat begitu mungil dan rapuh di hadapanku
Bola mata coklat yang begitu jernih
Kulit yang seputih salju dan bibir pucat yang hampir mengalahkan kulitmu
Tatapan matamu yang tajam namun menenangkan
Memerangkapku, kehangatanmu terlihat indah di hati manusia dingin sepertiku.
"Hei.." Dia mendongak, menatap seseorang yang sedang menyapanya. Sekaleng susu hangat langsung tersodor di hadapannya. Membuat dia mengerjap polos, melihat bocah yang lebih tua beberapa tahun darinya yang kini hanya menatapnya dingin. "Untukku?" tanyanya polos.
Bocah yang lebih tua mengangguk, dia tersenyum simpul saat mengambil sekaleng susu hangat yang di berikan oleh bocah yang lebih tua tersebut. "Terimakasih" dia membungkuk sekilas dan bocah yang lebih tua darinya itu mengambil tempat di sampingnya. Bocah yang lebih tua meneguk susu kalengan miliknya, melirik sesekali pada dia yang melakukan hal yang sama.
"Aku takut" dia membuka pembicaraan.
"Hmm" hanya gumaman yang diberikan oleh bocah yang lebih tua. Ia memperhatikan dengan seksama air mata yang mengalir di pipi dia. Tangannya terulur untuk menghapus. "Aku takut, adikku sedang sakit sekarang. Ia membutuhkan ginjalku, aku takut jika saja ginjalku harus diambil sebelah"
Sebuah elusan di rambut pirang dari tangan bocah yang lebih tua membuat dia tersentak. "I will do everything for my dongsaeng"
Dia bukan anak yang tak mengerti apa yang dikatakan oleh bocah yang lebih tua darinya itu. Mommynya yang memang orang Kanada cukup membuatnya bisa berbahasa inggris dengan sangat fasih. "Jadi apa yang harus kulakukan?"
"I think you know what you must to do now"
"Oppa..." suara pekikan anak perempuan membuat bocah lebih tua melirik ke sekelilingnya. Ia berlari meninggalkan dia yang menatap sepi. "Bolehkah aku meminta seorang hyung padamu Tuhan?"
%ika. Zordick%
Seoul, 12 Maret 2013
"Kris!" pekik seorang anak lelaki bertubuh tinggi dengan topi yang terlihat begitu fashionable di kepalanya—Park Chanyeol. Tak ada tanggapan yang berarti, anak lelaki yang mengenakan seragam yang sama dengan Chanyeol masih tampak asyik memejamkan matanya di bawah pohon rimbun, merasakan deru angin yang lembut menghembus pelan permukaan kulit wajah tampannya.
"Apa dia tertidur lagi?" tanya Yoseob—teman satu sekolah mereka yang memasang wajah bingungnya. "Entahlah, mungkin saja" jawab Chanyeol asal menaikkan bahunya dan memilih langsung berlari menghampiri sahabatnya dengan tinggi menjulang sepertinya.
"Kris... Bangunlah!" Chanyeol mengetukkan ujung sepatunya ke kaki Kris, mencoba membangunkannya. Sekali lagi tak ada tanggapan, membuat Chanyeol dan Yoseob saling bertatapan—saling bertukar pikiran dalam diam. Hingga dalam beberapa detik sebuah seringgaian terlihat di bibir keduanya.
Kedua remaja itu cepat memetik rerumputan di sekitar mereka. Memasukkannya ke dalam hidung sahabat mereka, si blasteran China-Kanada—Kris. Sreet.. sreet... sepertinya sang pangeran yang terdampar dari negeri dongeng tersebut mulai terganggu. Sementara Chanyeol dan Yoseob mulai terkikik geli.
"Hatchiiimmmm!"
"BWAHAHAHHAHAHA" tawa keduanya pun meledak. "Sialan kalian!" pekik Kris cepat menarik kaki keduanya yang sudah hendak beranjak kabur. "Maafkan kami~" cengir Yoseob dan Chanyeol dengan wajah semiris mungkin. Mereka pun tahu, Kris akan sangat mengerikan jika mengamuk. Menyerupai naga mungkin.
"Oppa..." sebuah suara menginterupsi kegiatan ketiganya. Suara manis tinggi yang membuat ketiganya menatap horor dengan senyuman terlihat kaku di wajah mereka. "Hei... Chorong—ah" ucap Kris, "Eunji—ya" sambung Yoseob kemudian dan "Seongsenim" lirih Chanyeol dengan muka memucat—bagaimanapun sepertinya kekasihnya yang terlihat paling mengerikan diantara ketiganya.
"Berhenti membolos dan masuk ke kelas kalian!" pekik sang guru yang membuat ketiganya berlari kencang sambil diiringi tawa.
%ika. Zordick%
"Ahh..." suara helaan nafas terdengar saat seorang lelaki fashionable dengan kaca mata hitamnya menutup sambungan pada smartphonenya. "Damn!" rutuknya pada smartphonenya.
"F*ck Sexy" sahut lelaki tampan lain dengan wajah datar saat seorang wanita cantik melintas di hadapan mereka sambil mengedipkan sebelah matanya. "Kibum—ah, Stop to be a player. Remember how much your girlfriend now"
"I broke with them"
"Yeah.. I know, Mr. Flat" gerutu Junhyung—lelaki yang sibuk merutuki smartphonenya tadi. "Hara, right?" Kibum memasukkan telapak tangannya di saku celananya, sementara tangan lainnya ia gunakan untuk mendorong kopernya. "I think, I bore"
"You always bore"
"Hei.. I'm not Romeo. I'm Yong Junhyung"
Kibum memutar bola matanya bosan. Dengan cepat ia menyerahkan kopernya pada supir taxy dan membiarkan sahabatnya terburu-buru mengejarnya. "Damn flat"
%ika. Zordick%
"Test.. test..." Yoseob mengetuk-ngetuk microphone di hadapannya. Ia kemudian tersenyum puas kemudian mengangguk pada Chanyeol yang tampak mengacungkan jempol padanya. "Apapun caranya kita harus mendapatkan lagu baru atau kita akan kalah dalam pertandingan" omel Kris tak jelas melangkahkan kakinya mengintari seluruh ruang musik pribadi rumahnya.
Chanyeol menepuk bahu Kris, memberikan sedikit ketenangan. "Kau di tolak Chorong lagi?"
Hening...
Yoseob bahkan hampir saja tertawa geli ketika melihat tampang Kris yang terkenal sadis berubah menjadi mewek. "Boleh aku tahu aku kurang apa?" tanya Kris mendudukkan dirinya di sofa. Chanyeol menyandarkan tubuhnya di dinding, memasang wajah sendu untuk kemalangan kesekian kalinya sahabat tampannya. Benar... apa yang kurang dari seorang Wu Yi Fan?
Wajah... oke..
Karisma.. dia yang terbaik sesekolahan?
Pintar? Dia tidak terlalu bodoh... dia bisa jika ia belajar.
Lalu apa yang kurang?
"Kau memang kurang segalanya" Yoseob mengeluarkan suara tenornya. Seluruh mata kini tertuju pada sosok paling pendek diantara ketiganya. "Yang terpenting kau kurang imut"
Seluruhnya mengangguk setuju. Siapapun tahu, bahwa gadis-gadis di sekolah mereka sedang menggilai wajah-wajah imut, seperti Kim Ryeowook dan Lee Sungmin—artis yang sedang naik daun saat ini. "Beruntunglah kau yang imut Yang Yoseob" gerutu Kris.
"Puja kerang ajaib" demi apapun, suasana berduka langsung rusak akibat kata-kata singkat yang dilontarkan oleh Chanyeol.
%ika. Zordick%
"Sekolah ini lumayan juga kurasa" ucap Junhyung membuka map berisikan data-data sekolah yang merupakan tempat mereka melalukan riset universitas mereka dari Amerika. Kepala sekolah terlihat menganggukkan kepalanya senang, menunjukkan bahwa ia amat antusias jika sekolahnya termasuk sekolah yang beruntung mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan universitas ternama di Amerika.
Kibum tak menggubris, mata hitamnya menelusuri lapangan luas di luar sana. Mencoba mencari objek yang bisa di jadikannya perhatian. Deg... jantungnya berdegup. Menemukan sosok yang entah kenapa sepertinya pernah ia kenal. Seorang anak lelaki yang tak asing dimatanya. Seorang anak lelaki tinggi yang kini tengah menulis di lapangan dengan tongkat di tangannya.
"Chorong... Be Mine" Kibum membaca dengan jelas kalimat yang tertulis. Seketika kericuhan terdengar. "Astaga... anak itu membuat masalah lagi!" sang kepala sekolah menepuk dahinya. Junhyung tertawa geli melihat tingkah remaja yang tentu saja pernah ia lewati masa-masanya. Kibum menopang dagunya, memperhatikan dengan seksama cengiran yang dapat ia lihat dari wajah sang remaja tampan.
Seorang remaja wanita terlihat berlari menghampirinya. "Apakah ia akan di terima?" tanya Junhyung seolah mengajak temannya bertaruh. "Ia akan di tolak, bukankah itu jelas?" sahut Kibum melirik Junhyung. "I think so"
"Kami akan melakukan riset di sekolah anda, tolong tanda tangani ini"
Aku menemukannya...
Seseorang yang pernah menggetarkan jiwa raga ini
Seseorang yang dapat mengukir senyum di wajah yang tak berekspresi ini.
Aku menemukannya...
Dia yang sejenak masuk ke dalam dunia ini kemudian menghilang begitu saja.
%ika. Zordick%
Tok.. Tokk...
Suara ketukan pintu membuat seorang yang terbuai di bawah selimut itu menggeliat. "Ahh... Sialan, siapa yang menggangguku di minggu yang indah ini?" gerutunya tak jelas. Mata yang terlihat membengkak bahkan sama sekali tak mengurangi guratan tampan di wajahnya.
"Pasti Yoseob dan Chanyeol" terkanya asal menatap langit-langit kamarnya. Mengumpulkan kesadaran, menggapai sesuatu yang ada di udara. "Padahal aku sedang memimpikan Chorong cantikku" ungkapnya sinis kemudian menyingkap selimutnya.
Dengan langkah gontai, lelaki dengan tinggi yang tak layak untuk umurnya tersebut membuka pintu apartementnya. Ya.. apartement yang dibelikan oleh sang ayah yang terlanjur kaya yang sekarang sibuk berkeliling dunia demi urusan pekerjaan. Kriieett... pintu terbuka, memperlihatkan dua idiot—dimata Kris sedang tersenyum dengan begitu lebarnya.
"SIANG PANGERAAAANNN!" teriak mereka bersamaan.
BRAAKKK... Entah sengaja atau tidak, Kris otomatis menutup pintu apartemennya. "Mereka pasti berniat mengejekku lagi karena sudah di tolak untuk kesekian kalinya. Sialan!"
"Hoi! KRIS! Buka pintunya!" pekik Chanyeol dari luar sana masih dalam acara 'Mari menggedor pintu apartemen sahabat kayanya'
Krieet... sekali lagi pintu terbuka. "Mau apa kalian kemari?"
"Apa lagi? Tentu saja menghiburmu yang ditolak untuk kesekian kalinya" ujar Yoseob kegirangan. Dia memang selalu ceria setiap saat. BRAAAKK... sekali lagi pintu tertutup secara paksa akibat ulah Kris.
Chanyeol mendecih, "Ya.. lihatkan! Aku sudah bilang untuk menutup mulut besarmu itu, Yang Yoseob" bentak Chanyeol menjitak sahabat yang lebih pendek darinya tersebut.
"Kenapa kau menyalahkanku! Bukannya masalahnya sekarang cengiran jelekmu itu"
"YA.. KALIAN BERDUA DIAMLAH!" pekik Kris yang tiba-tiba kembali membuka pintunya. "Kami boleh masuk? Ayolah!" keduanya tampak memelas dengan muka yang sama sekali tak membuat Kris tersentuh.
Kris melipat kedua tangannya di depan dada, dikeluarkannya tatapan mata setajam elang miliknya. Kedua sahabatnya terdiam, menunggu sahutan dari Kris. "Tidak!" ungkapnya jelas dan lugas. BRAAAKKK ... sekali lagi suara pintu di tutup dengan sangat tidak elit.
"Ah... kau lihat, bagaimana caranya aku akan menyelesaikan gameku yang tertunda Seobi?" Chanyeol membuka topinya, mengacak-acak rambutnya sendiri. "Kau kira aku senang? Cemilan. Huwooo~~" rengek Yoseob tak mau kalah.
Tap..
Tap...
"Permisi" sebuah suara menginterupsi keduanya. Mata mereka sontak mengarah pada sesosok namja tampan yang mengenakan kaos V-Neck dan celana selutut. "Apa dia model?" Yoseob menyikut perut Chanyeol. "Entahlah" ungkap Chanyeol.
"Apa orangnya ada di dalam?" lanjut sang namja tampan yang mungkin beberapa tahun lebih tua dari duo sahabat tersebut. "Ah... iya... Kris ada di dalam" ungkap Yoseob dan Chanyeol berbarengan.
"Kibum—ah, kau melupakan—"seorang lelaki fashionable tampak keluar dari kamar yang tepat berada di kediaman Kris. Baru saja Kibum mengetuk pintu kediaman Kris. BYURRRRR... "Hadiahnya~" lanjut Junhyung dengan mata membulat sempurna melihat adegan penyiraman patnernya oleh tetangga baru mereka yang jelas jauh lebih muda dari mereka.
"Demi tubuh tinggi Chanyeol" gumam Yoseob menunjukkan rasa ketidak percayaannya
"Demi tubuh pendek Yoseob" gumam Chanyeol sama terkejutnya.
"Ya Tuhan~" gumam Kris yang merupakan tersangka penyiraman. "Mom, Dad~ I don't believe it" lanjut Junhyung.
"Hatchiiiimmm~~" oke korban tidak sedang bergumam.
%ika. Zordick%
Kris tak henti-hentinya membungkukan tubuhnya pada seseorang yang sedang ia keringkan rambutnya. Sementara tawa tak berhenti terdengar dari mulut Junhyung, Yoseob dan Chanyeol. "Wow.. pangeran sedang meminta maaf" ungkap Chanyeol kegirangan.
"Diamlah!" bentak Kris
"Putri salju kedinginan... bwahahahha" pekikan tawa Junhyung menggema.
"Diamlah!" kali ini Kibum yang membentak dengan muka datarnya.
Junhyung mengangkat bahunya masa bodoh. Ia melirik pada dua bocah SMA di sampingnya. "Kalian tertarik untuk berkunjung ke sebelah? Aku punya banyak cemilan dan kaset game"
"Benarkah hyung!?" pekikan melengking kembali terdengar dan suara tawa mereka semakin menghilang ketika ketiga sosok itu menghilang di balik pintu.
Kris menggerutu dalam hatinya, di liriknya kembali seseorang yang menunduk di hadapannya. Kris kembali menggerakkan tangannya demi mengeringkan rambut Kibum yang duduk di sofa yang sama dengannya. "Aku sungguh minta maaf"
"Lupakanlah" satu kata yang entah kenapa cukup membuat seorang Wu YiFan penasaran dengan sosok yang ada di hadapannya. Kibum mendongakkan wajahnya, melihat wajah yang memperhatikan wajahnya secara lekat. Mereka terdiam sejenak, saling menelusuri wajah di hadapan mereka. "Maafkan aku!" Kris memutus kontak mata yang terjadi diantara mereka.
Kibum menatap lantai. "Anak semuda dirimu tak seharusnya hobi meminta maaf" ujar Kibum santai.
"Ahh... Namaku Wu Yi Fan, kau bisa memanggilku Kris"
"Kim Kibum"
"Kibum hyung"
Kibum melirik Kris, masih dengan mimik tanpa ekspresi yang entah kenapa membuat Kris amat suka menatap wajah itu balik. "Cukup nama saja, aku orang Amerika" ungkapnya yang cukup Kris mengerti.
%ika. Zordick%
"Berapa kali aku harus katakan Kris? Aku tidak ingin berpacaran dulu, aku ingin fokus belajar" sekali lagi kata menyakitkan itu menggelegar. Kini bukan hanya diantara mereka berdua melainkan seluruh penghuni kantin di sekolah. Kris menggaruk kepalanya yang tak gatal, sedikit malu. Tentu saja ia kemari tak sedang melakukan aksi gilanya lagi dan berhasil di permalukan oleh wanita pujaan hatinya.
Otak pintar Kris terus berputar. Jika ia mengatakan "Aku kemari hanya menyampaikan pesan dari Kepala Sekolah kalau kau dipanggil bukan untuk menyatakan cinta lagi" maka ia yakin Chorong—wanita pujaan hatinya itu pasti akan malu besar. Ia menundukkan wajahnya. "Maaf" permintaan maaf itu kembali terdengar.
PLAAANGG...
Chanyeol bahkan sudah melempar garpu yang ia gunakan. Mata Yeseob terlihat berkaca-kaca. "Bisakah kau tak memperma—"
"Tutup mulutmu Park Chanyeol!"
Hening...
"BERHENTILAH MELINDUNGI WANITA YANG BAHKAN TAK PERNAH BISA MELINDUNGIMU!" teriak Chanyeol tak mau kalah. Yoseob tepat menangis saat itu juga. Demi apapun, persahabat mereka yang telah lama terjalin baru kali ini Chanyeol dan Kris seperti ini.
"Diam kau bedebah!" bentak Kris menatap tajam Chanyeol. "DIA MEMILIKI ORANG LAIN, BUKAN KARENA DIA INGIN BELAJAR! WANITA INI PEMBOHONG!" Seolah tak peduli, Chanyeol masih melanjutkan kata-katanya.
BUAAGGHHH...
"ASTAGA! KUMOHON HENTIKAN!" Teriak Yoseob memeluk tubuh tinggi Kris saat tinju Kris mendarat di bagian tubuh Chanyeol. "Jangan katakan apapun lagi Chanyeol! Kris tidak suka... jangan katakan lagi, kumohon jangan katakan!" Yoseob masih memekik tak karuan dengan air mata di pipinya.
Chanyeol diam, terlihat sekali rasa sakit di dalam kilatan matanya. Yoseob terduduk, sahabat mereka itu memang tidak terlalu suka ketika mereka berkelahi. Tapi kenapa selalu Kris? Kenapa harus dirinya lah yang selalu di salahkan? Apa kedudukannya di hati Yoseob berbeda dengan Kris?
"Yoseob tenanglah..." Eunji—kekasih Yoseob menghampiri lelaki bertubuh mungil itu. Yoseob tak menggubris. "Berbaikan ya" masih itu yang ia ucapkan.
"Kalian tahu apa? Kalian mempunyai kekasih sedangkan aku? Aku..." kata-kata Kris terpotong saat matanya menangkap sosok Kibum yang kini menghampiri. Kenapa tetangganya itu berada di sini? "Park Chorong—ssi, you are called by headmaster" suara berat yang entah kenapa meringankan hati Kris.
Hanya aku yang ada disisimu ketika kau butuhkan
Hanya aku tempatmu berpegang saat kau lelah dan sakit
Hanya aku tempatmu mengadu
Dan hanya aku yang mampu melindungimu
%ika. Zordick%
"Kau putus dari Hara?" Kibum menutup pintu kulkas setelah mengambil sekaleng kopi dari sana. Ia turut mendudukkan dirinya di samping sahabatnya yang kini sedang merebahkan kepalanya di meja. "Kata-kata itu terucap begitu saja, aku tak sengaja sebenarnya"
"Hmm..." Kibum hanya bergumam, membuka minuman kaleng di tangannya dan mulai meneguknya. "Siapa suruh dia terlalu cerewet, mengatai aku selingkuh dan lain-lain. Padahal dia tahu, aku kemari karena tuntutan universitas. Apa-apaan itu?"
"Kau yakin kau tak jatuh cinta dengan yang lain" ucapan Kibum tepat menusuk hati Junhyung. Segera lelaki bertato itu menatap sahabat dinginnya tak percaya. "Kau kira aku jatuh cinta begitu? Dengan siapa kali ini? Oh... Tuhan. Apa dengan guru bernama Ailee itu? Apa kau gila, dia terlihat tertarik padamu"
"I don't know" sambut Kibum singkat. "Arrgghh! Aku benci ini, kepada siapa aku jatuh cinta kali ini!" teriak Junhyung frustasi sambil menghantukkan kepalanya ke meja.
"Hati-hati kau merusak mejanya"
"Damn!"
Kibum memutar bola matanya, ia berjalan kembali ke kulkas. "Hei.. jika kau terlalu banyak minum kopi malam ini aku tak yakin kau akan terlelap sampai pagi Kim Kibum!"
"I'm not your son, Yong Junhyung" balas Kibum berjalan ke beranda apartementnya.
Menatap bintang yang ada di sana sedikit merindukan sosokmu
Setiap kecerobohan yang memang pantas di lakukan olehmu
Sesuatu yang seolah menjadi kewajibanku untuk menuntunmu
Tapi untuk apa aku peduli? Apa karena aku mencintaimu?
Dia memejamkan matanya sejenak, merasakan semilir angin malam musim panas menerpa kulit putihnya saljunya. Rambut hitam kelamnya ikut bergerak, dia kemudian menoleh ke samping. Menemukan sosok yang lumayan ia kenal sedang melakukan hal yang sama sepertinya.
Hidung mancung, bibir merah menggoda dan rambut pirang yang bergerak mengikuti semilir angin dengan kelopak mata yang menutup. "Beauty~" gumaman sehalus suara angin terdengar dari bibir Kibum.
"Eh" cukup membuat sang tetangga tersentak.
SREETT...
Kibum menyodorkan sekaleng kopi dingin itu pada Kris, membuat lelaki yang terpaut umur cukup jauh darinya itu menoleh padanya. "Untukku?"
Hanya anggukan kecil sebagai jawaban. Kris tersenyum simpul, menerima dengan senang hati dan menikmati minumannya sambil menatap lurus pada bintang yang bertebaran di langit di kala itu. "Aku pendengar yang baik" Kibum membuka pembicaraan, ia tampaknya tahu jika mereka berdua dihadapkan dalam pilihan mengobrol—akan sangat tidak mungkin.
Entahlah, Kris terkikik melihat tingkah sang tetangga, membuat Kibum menaikkan sebelah alisnya. "Kau menjadi trending topic di sekolah, hyung"
"Don't call me with hyung"
"Tapi aku ingin" Kibum terdiam. Baru kali ini ada yang membantah kata-katanya. Apa bocah di sampingnya ini tak tahu bahwa seorang yang dingin sepertinya tak suka di bantah? Kris melirik ke arah Kibum, tatapan yang begitu memenjara hati terlihat di sana. "Panggil sesukamu" ungkap Kibum kemudian. Sepertinya ia kalah.
Senyuman kemenangan terlihat kemudian di wajah sang pangeran tampan yang seolah keluar dari buku cerita dongeng tersebut. Kibum menggeleng tak percaya. "Hyung, boleh aku tahu aku kurang apa?" sebuah pertanyaan dari Kris membuat Kibum kembali menfokuskan perhatiannya pada sang bocah SMA.
Kau sempurna...
"Kau mungkin kurang pengalaman dan pengetahuan"
Kris tertawa miris, "Kau benar. Pasti begitu... kalau begitu hyung..." Kris menegak kopi kalengannya. "Ajari aku untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan!"
"Kenapa aku harus melakukannya?"
Seolah tertimpa beban ribuan ton, Kris tidak menyangka Kibum akan berkata seperti itu. "Pelit..."
Sebuah senyuman yang jarang terlihat kini menghiasi bibirnya. Sedikit tersipu, Kris bahkan tak mengerti kenapa ada senyuman yang seindah ini. Apakah karena ia tak pernah melihatnya sebelumnya. Kibum kini tersenyum menatapnya, "Aku bercanda" katanya dengan sedikit acakan di bagian rambut pirangnya.
"Hyung... kadar ketampananku berkurang"
Entah sejak kapan... di bawah sinar bintang yang berkelap kelip dengan indahnya. Seolah tak ada jarak diantara mereka. Dua pria berbeda usia itu begitu akrab.
%ika. Zordick%
Junhyung menaikkan sebelah alisnya, pemandangan apa yang sedang ia saksikan ini. "Hmm... untuk apa kalian saling bergandengan tangan begitu?" sebuah pertanyaan yang sukses membuat Kris menarik tangannya dari genggaman Kibum disampingnya.
Tidak terlalu mempermasalahkan, Junhyung kembali fokus pada setumpuk dokumen-dokumen sekolah yang perlu ia periksa kemudian di laporkan pada universitasnya. Tangannya dengan lincah menari-nari diatas keyboard laptopnya. Sesekali ia menaikkan kacamata yang ia gunakan untuk mengatasi minus matanya.
"Jun, I need your help" suara berat Kibum terdengar. Junhyung menghentikan gerak jemarinya di keyboard, di bukanya kacamatanya, melirik Kibum dengan tatapan yang terlihat... err—memelas. "I will do it" lanjut Kibum mengetahui maksud dari tatapan Junhyung.
"Perfect! So what do you want from me, Bryan?"
"Kami memerlukan lagu" ungkap Kris dengan kesan sedikit gugup saat Jun menatapnya. Baiklah, lelaki ini memang terkesan sedikit sangar.
...
Jika kau ingin mendapatkannya, buatlah ia bangga padamu
Jauhi dia dan jadilah yang tak pernah dapat ia sentuh.
Saat itu kau seutuhnya memilikinya.
Tiga minggu.. ya tiga minggu bukan waktu yang sebentar untuk ketiga sahabat itu tak saling berbicara. Kris melirik sang sahabat—Park Chanyeol yang kini lebih memilih membisu di ruang musik mereka. Memainkan secara asal gitar di tangannya, memetik satu persatu senar di sana kemudian menghela nafasnya. Sepertinya moodnya telah memburuk ketika Kris melangkahkan kakinya masuk keruang tersebut.
"Maafkan aku" begitu tenang dan berkarisma. Kris berucap sambil menatap Chanyeol dalam. Yoseob menggigit bibir bawahnya, turut berdoa dalam hati semoga ke dua sahabat terbaiknya saling memaafkan dan dia tak perlu lagi harus berbagi waktu demi menemani keduanya.
Chanyeol kembali menghela nafas, diliriknya Yoseob yang balik menatapnya dengan pandangan yang penuh harapan. Sesungguhnya ia tak pernah marah pada Kris, hanya saja ia benci jika sang sahabat seolah buta akan hati. Banyak orang diluar sana yang lebih baik dari seorang Park Chorong. Kris bahkan memiliki banyak hal yang membuat orang akan terpikat padanya.
"Yeol... I'm so sorry"
"Permintaan maafmu di terima. Kembali ke belakang drum mu, Pangeran" ucap Chanyeol dengan senyuman ribuan watt di wajahnya. Ikut membuat kedua manusia di sana menarik sudut bibir mereka, membuat lengkungan senyum yang sama indahnya.
"Hi.. boleh mengganggu?" sebuah suara berat menyadarkan Kris bahwa ada dua orang yang harus dia tunjukkan pada Chanyeol. "Junhyung—ssi? Kibum—ssi?"
"Apa kabar? Siapa vokalis utamanya?" Junhyung bertanya to the point—menunjukkan kertas-kertas paranadanya yang masih kosong. "No inspiration baby~" keluhnya sambil memasang senyuman yang mampu memikat ribuan gadis dalam pelukannya.
Dengan takut-takut, Yoseob mengangkat tangannya. Menundukkan sedikit wajahnya, Junhyung menaikkan sebelah alisnya. "Menyanyilah untukku, cukup tangga nada" ungkap Junhyung melipat tangannya di depan nada. Kibum mengambil gitar di tangan Chanyeol. Sepertinya mereka cukup pro masalah musik—mengingat mereka mahasiswa musik berprestasi di universitas.
Yoseob menelan ludah, sedikit ragu saat Junhyung menatapnya. Mata yang sepertinya memberikan harapan yang begitu banyak—mata yang penuh rasa kesepian yang tak terbaca. Satu petikan dari Kibum, menyadarkan Yoseob, ia mulai mengikuti nada yang di mainkan Kibum. Sementara Chanyeol fokus dengan tangan Kibum yang memetik gitarnya.
"Ikuti semuanya" perintah Junhyung memberikan beberapa not balok di garis paranada pada Yoseob. Kibum melirik kertas itu sebelumnya, mencoba mengira-ngira dan menghapalnya dalam pikirannya. Kibum memulai memainkan gitarnya, jemarinya menari dengan sangat cepat di antara senar. Yoseob mengucapkan nada-nada dengan pitch yang tepat.
Kris dan Chanyeol bahkan berdecak kagum, tak mereka sangka Yoseob dan perpaduan gitar seperti itu akan terdengar begitu mengagumkan. "Siip.. amazing voice, Yoseob—ssi" Junhyung mengulurkan tangannya. Tersenyum dengan begitu indahnya, cukup membuat seorang Yoseob tersipu—apalagi ketika tangan mereka bersentuhan. "Aku akan membuat lagu hebat untukmu"
Deg...
Deg...
Suara detak jantung Yoseob bahkan terdengar menggema. Chanyeol dan Kris sontak tertawa sangat keras. Entah untuk menutupi suara memalukan itu atau karena ingin mengejek seorang Yang Yoseob yang selalu menyombongkan dirinya yang tak pernah berdebar dengan begitu keras di hadapan para wanita yang mengelukan suara indahnya.
"Tinggalkan mereka! Sekarang berlatihlah untuk memainkan alat-alat musik ini" ujar Kibum saat Junhyung dan Yoseob menghilang ke luar ruangan musik. Chanyeol dan Kris hanya mengangguk patuh. Kibum mengacak rambut Kris, "Berusahalah lebih keras!"
TBC
Baiklah~ siapa sangka ini akan sepanjang ini. Tapi biarlah toh juga akan selesai juga di chap selanjutnya XD
Benar.. benar... ini pairnya sangat impossible. Makanya judulnya impossible. Kibum x Kris atau Kris x Kibum. Tenang saja, bagi yang tak suka mereka bersatu toh mungkin di akhir mereka memang tak bersatu hahahahha...
Baiklah silahkan meminta Kibum x siapa disini. Bwahahahhaa...
