Hari ini masih menyisakan langit sore yang cerah di sudut kota Kyoto. Pepohonan melambai-lambaikan dedaunan musim seminya saat angin semilir berhembus. Surai pendek sewarna iris merah milik Akashi Seijuurou tersibak pelan menutupi sisi wajahnya, menyembunyikan seraut sendu pada roman itu.

Langkah-langkahnya pelan memijak setapak sempit di tepian sungai. Sementara tatapnya mengambang jauh ke ufuk yang luas. Pikirannya masih diliputi banyak hal yang berjejal. Ada kalanya seseorang merasa lelah menjadi sosok yang selalu sempurna. Ada kalanya sosok yang mutlak pun terkalahkan oleh ketotalitariannya sendiri.

Sebuah suara mengurai lamunan sang pemuda. Seorang anak kecil menangis tak jauh darinya. Selama beberapa saat Seijuurou mengamati anak perempuan itu dari tempatnya berdiri. Ia tak terlihat kesakitan atau pun terluka, pikirnya.

"Onii-chan... sepatuku... jatuh ke sungai..." Ia tersedu saat melihat Seijuurou mendekatinya. Rambut kucir kudanya tampak acak-acakan, wajah mungilnya merona kemarahan, ia memiliki mata yang indah meski tengah berurai air mata. Seijuurou mengira-ira usianya sekitar 9 tahun.

"Dimana kau menjatuhkannya?"

Tatap mata Seijuurou mengikuti arah telunjuk anak itu. Sebelah sepatunya tersangkut di antara ranting-ranting yang hanyut di seberang sungai. Ia menatap penuh rajuk pada Seijuurou agar mau mengambilkan benda itu.

"Baiklah... tunggu disini."

Seijuurou menanggalkan sepatunya, dengan hati-hati menapakkan kaki ke dalam air sungai yang tak terlalu deras. Semakin berpijak jauh, kakinya terendam semakin dalam hingga menyentuh sebagian pahanya.

"Hati-hati, Onii-chan!" seru gadis kecil.

Berangsur-angsur, Seijuurou berhasil meraih sepatu itu dan kembali ke tempat si gadis kecil yang menantinya dengan raut berbinar.

"Terima kasih, Onii-chan!" serunya girang. Kedua bola matanya berseri-seri serupa kilau permukaan air sungai yang tersorot matahari di atasnya.

"Lain kali berhati-hatilah," ucap Seijuurou. Tangannya menepuk pelan kepala mungil itu.

"Onii-chan, ambil ini sebagai ucapan terima kasihku."

Anak itu menyodorkan sesuatu di telapak tangan kecilnya.

"Ah, apa ini?"

"Clover." Senyumnya mengembang seraya menyodorkan sebuah tumbuhan unik berdaun empat.

"Four leaf clover? Oh, terima kasih. Dimana kau mendapatkannya?" Sedikit terkejut, Seijuurou meraih hadiah kecil dari tangan si gadis sebelum ia berpamitan pergi.

Dari kejauhan, Seijuurou dapat melihat gadis itu melambaikan tangan seraya tersenyum lebar ke arahnya.

"Onii-chaaaan... semoga kau selalu bahagia dan beruntung!"

Lekuk senyum tipis di wajah tirus Seijuurou mengembang seraya mengamati kepergian sosok itu. Entah karena selembar daun keberuntungan yang ia terima atau karena senyum hangat gadis kecil itu, Seijuurou menggenggam benda di tangannya dengan sukacita.

- THE END -

Note:

Four leaf clover adalah semanggi berdaun empat yang langka, hanya dapat ditemukan dengan perbandingan 1:10.000 dan dipercaya dapat membawa keberuntungan bagi yang menemukan/memilikinya.

Maaf kalo ceritanya ga jelas. Ini cuma sekedar distraksi karena malem ini saya lagi galooo ww.

Thanks!