Hyuuga Hinata berdiri di balik pohon besar ditaman kota.

Masih dengan blus dan jas kerja-nya, ditangannya ada sebuket bunga lily putih yang cantik, dan sekarang sudah terjatuh ke tanah.

Wajahnya seolah menahan emosi yang menjadi-jadi, matanya mulai meneteskan air mata seraya melihat sepasang pria dan wanita yang hanya berjarak beberapa meter darinya, sedang bercanda gurau, sesekali pria itu akan mengecup bibir wanita yang duduk di bangku taman itu.

Jahat sekali.

Padahal beberapa jam yang lalu, Hinata baru saja mendapat kiriman buket bunga dari kekasihnya, Uchiha Sasuke, dan sebuah note yang memintanya segera ke taman kota.

Ah, melihat momen ini, Hinata mengingat sebuah kalimat.

"curiga lah saat kekasihmu tiba-tiba memberi perhatian lebih padamu, bisa jadi dia sedang menutupi kebohongannya"

Langkah gontainya mulai melangkah, namun di langkah ketiga, dia berhenti.

Entah apa yang dia pikirkan, karena Hinata memilih membalikkan badannya dan menjauh dari taman kota.

Menjauh dari kekasihnya yang sudah memiliki hatinya selama 8 tahun, Uchiha Sasuke.

Dan tau apa yang lebih menyakitkan?

Ini bukan pertama kalinya Sasuke begitu tega padanya, namun sudah melebihi jumlah jari tangan manusia.

Kebal?

Tidak.

Setiap hari adalah hari yang baru bagi Hinata.

Hari yang baru bagi hatinya untuk selalu dipatahkan oleh seorang Uchiha yang angkuh.

Kenapa Hinata bertahan?

Pernahkah kalian mendengar alasan "aku yakin dia akan berubah?"

Itulah alasan Hinata.

Namun diam-diam, Hinata tau, seorang Uchiha Sasuke tidak akan berubah.

~SasuHina~

sasuke membuka pintu apartemennya, melepas sepatunya di lantai tanpa meletakkannya di lemari sepatu.

Matanya memandang sekeliling, lampu apartemen sudah menyala, berarti Hinata sudah pulang.

Kakinya melangkah gontai menuju dapur, berharap menemukan makanan sudah tersaji diatas meja seperti biasanya.

Ya, seperti biasanya selama 4 tahun mereka hidup bersama.

"Hinata,"

Hening membuat Sasuke menaikkan alisnya, tidak biasanya Hinata belum pulang ssat dia sudsh pulang.

Sasuke membuka jas kerjanya, membuka pintu kamarnya dan Hinata, namun tidak ada orang disana.

hanya sebuah note kecil diatas kasur.

Sasuke-kun, Maaf aku pergi tidak mengatakan apapun, aku pergi mengunjungi bibi di Kyoto.

Makan malam sudah kusiapkan, dan air hangat juga sudah siap..

Aku mencintaimu,

Hinata

Pria 25 tahun itu menghela nafas saat membuka pintu kamar mandi, airnya masih hangat, seperti baru saja disiapkan.

Bila baru saja pergi, kenapa tidak menunggunya pulang dulu?

Dan malam itu, Sasuke menghabiskan makan malam sendirian.

~SasuHina~

Keesokan harinya, pagi-pagi buta Hinata sudah berada didepan pintu apartemennya dengan Sasuke, tangannya nerogoh saku mantelnya yang sedikit basah karena terbias air hujan saat berlari dari halte dan meraih kunci.

Saat dia membuka pintu dan mengambil satu langkah maju, dia tersenyum getir saat melihat sepatu kerja Sasuke masih tergeletak dibawah, tangannya tergerak mengambilnya dan menyusunnya di rak sepatu.

"aku pulang" lirihnya saat menatap keadaan apartemen saat ini.

Hinata meletakkan bungkusan plastik berisi belanjaan bahan makanan diatas konter dapur dan mulai berkutat dengan bahan bahan itu.

Sepertinya ikan panggang dengan sup miso cukup untuk sarapan dihari hujan seperti ini.

~SasuHina~

Sasuke mengucek matanya perlahan, dia berjalan menuju kamar mandi tak langsung membuka bajunya, mengguyur tubuhnya dengan air dingin.

"Hinata?" Sasuke memanggil Hinata dengan suara pelan saat melihat satu set baju kerjanya sudah digantung di depan lemari, lengkap dengan dasi dan penjepitnya.

"selamat pagi Sasuke-kun" ucap Hinata sambil tersenyum saat melihat Sasuke sudah rapi dan duduk di kursi meja makan.

"hn"

"ini bekal makan siangmu" Hinata menyodorkan sebuah kotak yang sudah terbungkus rapi diatas meja, Sasuke meliriknya sebentar.

"aku takut tidak sempat mengantarkannya, hari ini ada rapat dengan klien yang akan menikah bulan depan"ucap Hinata yang notabene nya adalah seorang designer dan planner sebuah wedding organizer.

"aku juga sibuk hari ini" Hinata tersenyum getir mendengarnya.

"oh iya, terima kasih untuk bunganya, aku menyukainya Sasuke-kun, dan maafkan aku karena tdk sempat ke taman kota kemarin, aku buru-buru dan lupa mengabarimu"

Sasuke terdiam, dia menatap mata Hinata sebentar yang tersenyum padanya.

"aku tidak mengirimimu bunga" Hinata pun ikut terdiam, lalu siapa?

"apa kau selingkuh?" mata Hinata membelalak.

"tentu saja tidak, aku mendapat ini kemarin siang" Hinata berdiri dan mengambil sebuah kertas dan memberikannya pada Sasuke yang terlihat tidak bergeming.

"katakan saja kalau kau sedang bermain dibelakangku"

Tega sekali.

"apa maksudmu berkata seperti itu?" tanya Hinata datar.

"kau bertanya kepadaku? Kenapa tidak bertanya pada dirimu yang mendapat kiriman bunga?" Sasuke melempar sumpit yang dia pegang sejak tadi

Sasuke berdiri dan meninggalkan Hinata yang terpaku sendirian di dapur.

Selalu seperti ini.

Setiap perdebatan terjadi diantara mereka, Sasuke lebih memilih meninggalkan daripda menyelesaikan.

Sedangkan seseorang yang masih memegang kenop pintu apartemen itu hanya terdiam, kakinya terasa berat untuk melangkah masuk.

"Teme, kau melakukan kesalahan besar" lirih Naruto yang kemudian menutup pintu apartemen Sasuke.

Dia sudah bersahabat 8 tahun dengan Sasuke dan Hinata, ya sejak mereka masih SMA.

Hanya sekedar password apartemen bukan hal asing bagi Naruto.

Namun hari itu, dia merasa asing di apartemen Sasuke, dia mulai merasa asing dengan sahabatnya sendiri.

~SasuHina~

Pria emo itu menggerutu kecil saat merasa perutnya meronta minta diisi, ada perasaan menyesal tidak membawa bekal yang disiapkan Hinata tadi pagi.

Sepertinya tidak ada pilihan lain selain makan di kafe kantor.

"oh, hai Sasuke" Sasuke mengernyit saat mendengar Naruto yang memanggilnya dengan nama, bukan Teme.

"tumben makan disini, apa Hinata tidak membuatkanmu bekal?" pertanyaan Naruto membuat Sasuke semakin kesal.

"kau bilang akan ke apartemenku, kemana kau tadi pagi?" tanya Sasuke to the point.

"ah, ada sedikit masalah. Jadi aku langsung ke kantor, aku lupa mengabarimu" jawab Naruto dengan grin khas-nya.

Makan siang mereka lewat dengan hening, Sasuke tidak suka makan sambil bicara, dan Naruto yang sangat mengerti itu.

"jadu kapan kau akan melamar Hinata?" tanya Naruto

"entahlah"

"kalau kau tidak melamarnya juga, aku yang akan melamarnya hahaha" ujar Naruto sambil tertawa.

"kenapa menanyakan hal itu?"

"tidak apa-apa, aku hanya merasa kau sedikit berbeda belakangan ini"

"jangan campuri urusanku dengan Hinata, naruto" terdengar nada penekanan dikalimat Sasuke.

Padahal Naruto ingat, 8 tahun yang lalu, sahabatnya ini sangat kikuk saat memilih bunga untuk diberikan pada Hinata saat akan menyatakan perasaannya.

"aku sudah tau, kau punya hubungan dengan Karin" aktifitas makan Sasuke terhenti.

"jangan lanjutkan lagi Sasuke, Hinata dan Karin akan sama-sama terluka"

"sudah kubilang jangan campuri urusanku" Sasuke menatap Naruto tajam.

"aku ikut campur karena Karin sepupuku dan Hinata adalah sahabatku"

Terlihat senyum hambar di bibir Sasuke.

"kau yakin bukan karena kau menyukai Hinata?"

"kau memulainya Sasuke" ucap Naruto tak kalah tajam.

"kau pikir aku tidak tau perasaanmu terhadap Hinata selama 8 tahun ini? Apa kau pikir aku sebodoh itu?"

"bila aku bodoh lalu kau apa? Apa kau pria hebat yang menyelingkuhi kekasihnya yang sudah merawatmu dari nol?"

PLAK

Tamparan telak mendarat di pipi kanan Naruto.

Namun bukan Sasuke yang menamparnya, namun seorang gadis yang berdiri disampingnya sambil membawa kotak bekal dan mata yang menahan sesuatu, entah itu amarah atau rasa kecewa.

"jangan katakan hal buruk tentang Sasuke-kun" ucapnya.

Semua orang yang berada di kafe melihat aksi Hinata, begitupun Sasuke yang sedikit terkejut melihat Hinata yang berbuat kasar. Dia langsung berdiri dan meraih tangan Hinata, menariknya keluar dari kafe menuju ruangannya.

"Sasuke-kun sa-sakit.." rintihnya saat Sasuke tetap tidak melepas pegangannya di lengan Hinata yang sudah memerah.

"jangan lakukan itu lagi" ucapnya sambil melempar kasar lengan Hinata.

"kenapa?"

"sejak kapan kau berubah jadi suka main tangan?" tanya Sasuke seraya menatap mata Hinata.

"kenapa aku tidak boleh membelamu dari kata-kata Naruto-san?"

"JAWAB PERTANYAANKU'" bentak Sasuke membuat Hinata memejamkan matanya.

"sejak aku mendengar kalimat Naruto-san tadi" ucap Hinata pelan.

Hinata memalingkan matanya dari tatapan tajam Sasuke, dan menangkap sesuatu di sofa ruangan itu.

"tatap aku Hinata" sasuke merasa perhatian Hinata teralihkan.

"Sasuke-kun" panggil Hinata dengan manis, namun Sasuke langsung berjalan dan memunggunginya.

"aku hanya ingin mengantarkan ini, dan aku mau mengingatkanmu, kalau hari ini adalah hari anniversary kita ke sembilan tahun" Hinata meletakkan kotak bekal yang dia bawa di atas meja.

"bila kau bisa pulang lebih awal, aku akan sangat senang" ucapnya lagi, namun Sasuke tetap tak bergeming.

BLAM

Suara pintu menyadarkan Sasuke, apa dia terlalu kasar pada Hinata?

Persetan.

DRRT DRRT

Sasuke menatap layar ponselnya yang berdering dan menekan tombol hijau.

"Sasuke-kun sudah makan siang? Ayo makan siang bersama" sasuke menatap kotak bekal di meja, jujur saja makan siangnya belun tuntas di kafe karena pertengkarannya dengan Naruto.

"aku sibuk Karin"

"hm kau itu selalu sibuk, tapi aku tau kau tidak bisa menolakku seperti tadi pagi"

Ah ya, tadi pagi.

"oh iya, apa kau menemukan celana dalamku? Sepertinya ada di sofa ruanganmu"

Sofa?

Hati Sasuke mencelos sedikit menatap sofa yang kini dipandangnya dari tempat Hinata berdiri tadi.

Dia melihat potongan kain berwarna pink disofa berwarna hitam miliknya.

" kenapa bisa meninggalkannya disini?" Sasuke langsung menutup panggilannya.

~SasuHina~

Hinata masih sibuk dengan bumbu dan bahan-bahan dihadapannya, berusaha mengubahnya menjadi masakan lezat untuk Sasuke.

Namun saat tangannya sibuk mengiris sayuran,Bibirnya bergetar, matanya basah.

Dia teringat kata-kata kakaknya yang beberapa menit lalu menelponnya.

"Hinata, bila kau terluka dan merasa sakit, itu bukan lagi cinta, tapi keegoisan"

Hinata menangis karena dia menyadari itu.

Bukan, bukan karena dia tidak lagi mencintai Sasuke, tapi Sasuke yang tidak lagi mencintainya.

Dan itu menusuknya begitu dalam.

"aku pulang" Hinata terkesiap mendengar suara itu dan langsung menghapus air matanya.

"selamat datang Sasuke-kun" balasnya dengan senyum.

Sasuke masuk dan langsung menuju kamarnya.

Hinata langsung menghampiri Sasuke yang sudah berdiri di panggir kasur, jas kerjanya sudah terlepas namun matanya menatap koper ungu disebelah lemarinya.

"kau mau kemana" tanya Sasuke sambil membuka dasi dan kemejanya.

"ah, tadinya aku akan berpamitan setelah makan malam"

"kau mau ke rumah bibimu? Kenapa membawa begitu banyak baju?"

"aku akan pergi dari sini"

Hening.

"karena aku tidak bisa pergi begitu saja, jadi aku membuat pesta perpisahan malam ini, dan aku meninggalkan sesuatu di konter dapur, lihatlah sendiri nanti" ucap Hinata sambil tertawa hambar.

"kau pergi karena mendengar omongan naruto tadi?"

Iya.

"tidak" ucap hinata bohong.

"lalu?"

"aku tidak bodoh Sasuke-kun" ucap Hinata sambil tersenyum, menahan air mata yang hampir turun.

"apa maksudmu?"

"kau tidak lagi tersenyum kearahku, kita tidak lagi menghabiskan waktu berdua tanpa ada pertengkaran, dan kau.." kalimat Hinata tertahan, entah kenapa dia sangat berat mengatakan ini

"aku apa?"

"kau tidak lagi bahagia denganku"

Bodoh.

Sasuke hanya terdiam seperti orang tolol bukan karena semua kalimat Hinata salah, tapi karena kalimat Hinata benar.

"karena itu aku minta maaf karena telah memaksakan dirimu tetap disisiku selama ini Sasuke-kun, dan kali ini, aku tidak akan lagi menahanmu"

Hinata berjalan disamping Sasuke yang masih enggan menatapnya, dan meraih koper miliknya.

"makanannya sudah siap, aku juga sudah menyiapkan semuanya, selamat tinggal Sasuke-kun, semoga kali ini kau benar-benar bahagia"

Setelah itu tidak ada suara lagi dari Hinata, apalagi Sasuke.

Hanya bunyi debaman pintu yang menutup dan koper yang ditarik.

Malam itu, Sasuke tidak menyentuh makanan yang disediakan Hinata, keluar dari kamarpun dia enggan.

Untuk sesaat, Sasuke merasa bisa hidup tanpa Hinata, toh sebelum bertemu dengannya, Sasuke baik-baik saja.

Ah, Sasuke lupa, sebelum bertemu dengan Hinata, sebelum Hinata yang mendukung dan berjuang dengannya, dia hanya anak manja keluarga Uchiha.

TBC

Hola minnaa!

Aya kembali dengan fanfic baru setelah hiatus untuk beberapa saat :)

Fanfic ini hanya akan ada 3 chapter, jadi tuliskan komentar dan saran kalian tentang bagaimana kalian mau hubungan Sasuke dan Hinata nantinya!

Fanfic My First Love is A Dryad sedang dalam proses penggarapan langsung 2 chapter,jadi mohon bersabar :D

Kritik dan saran dari kalian utk Aya akan sangat membantu Aya dalam menulis, Terima Kasih! ^^